Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Esai Risky Arbangi Nopi

0

 


Adakah di Indonesia Memiliki Seorang Pahwalan Seperti Sarah Gilbert?

Oleh: Risky Arbangi Nopi

Baru-baru ini Pemerintah sudah resmi menetapkan (Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyaraka) PPKM atau PPKM darurat sejak 3 Juli sampai 20 Juli 2021. Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang PPKM selama lima hari pada 21-25 Juli 2021. Selang beberapa lama tiba-tiba PPKM Darurat, kali ini memiliki istilah yang berbeda, yaitu PPKM Level 1-4. Perubahan istilah ini pada dasarnya mengacu terhadap ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni menggunakan level transmisi virus dan kapasitas respons sistem kesehatan. Dengan istilah-istilah baru itu membuat saya menjadi ruwet dan mumet. Kenapa? Apakah pemerintah hanya fokus mencari ide ide kreatif dan kekinian untuk mengikuti perkembangan zaman dan varian virus baru? Entahlah. Karena keadaan mumet, membuat saya mencoba mengikuti aturan tersebut dengan WFH di rumah. Sesekali saya juga menghibur diri dengan melihat tayangan Youtube.

Pada saat itu, saya menyaksikan Denny Siregar di tayangan Cokro TV. Saat itu Denny menjelaskan bahwa dalam sebua musibah, selalu muncul dua karakter berbeda, mereka adalah pahlawan dan satunya lagi pecundang. Dua karakter yang berlawanan ini selalu dihadirkan untuk kita supaya kita belajar memilih untuk menjadi karakter yang mana, dan pemilihan karakter-karakter itulah yang akan membentuk karakter kita nanti di masa depan, saya ingin menecitakan tentang karakter pahlawan dulu.

Mungkin masyarakata Internasional akan memilih orang yang sama, yaitu Sarah Gilbert. Sarah Gilbert yang berusia 59 ini sejak SMA memang sudah minat untuk masuk kedokteran supaya bisa menolong banyak orang. Perlu diketahui bahwa, Sarah Gilbert sempat mendapat banyak penghargaan untuk karya penemuannya tetapi tidak membuatnya selesai di dalam mengembangkan penelitiannya. Dan salah satu karya terbaik Sarah Gilbert adalah waktu dia memfokuskan dirinya pada pengembangan vaksinasi untuk influenza.

Di dalam penelitiannya, Sarah menemukan kalau di tubuh kita itu sebenarnya sudah mempunyai antibodi sendiri untuk melawan virus. Antibody itu ditemukan dalam sebuah sel, yang diberi nama sel T. sel T adalah kelompok sel dalam darah putih yang memproduksi kekebalan didalam tubuh. Sesudah beberapa tahun penelitian, Sarah berhasil mengembangkan sebuah Vaksin yang merangsang sel T tadi untuk melawan berbagai macam berbagai penyakit seperti virus, kanker, sampai malaria.

Sejak pertama adanya covid-19, Sarah Gilbert aktif untuk menemukan vaksinasinya, bersama 300an anggota timnnya dari Oxford, Sarah selama siang dan malam terus berada di laboratoriumnnya supaya bisa berpacu dengan waktu. Dan dalam waktu empat bulan mereka kemudian berhasil mengembangkan vaksin untuk melawan virus Covid-19 di dalam tubuh.

Nah, yang menariknya anak-anak Sarah Gilbert yang sudah dewasa justru mensuport Ibunya, bahkan sampai menyediakan diri mereka sebagai sukarelawan untuk percobaan vaksin itu. Dan hasilnya, mereka berhasil.

Bersama perusahaan farmasi multinasional astrazeneca Sarah kemudian meluncurkan vaksin terbaru yang disetujui oleh pemerintah Inggris untuk digunakan di negera itu. Kalau hanya sekedar menemukan vaksin, mungkin nama Sarah Gilbert tak seharum sekarang. Yang mengagumkan adalah, kalau dia sama sekali tidak ingin menjadi kaya raya dengan penemuannya itu.

Sarah gilbert yang bergelar sebagai Profesor itu melepaskan semua hak paten atas namanya supaya vaksin itu bisa dijual murah ke seluruh dunia. Meski apa yang dilakukan tidak banyak diketahui orang, apalagi Sarah Gilbert bukan seorang selebriti yang senang tampil dihadapan public, tapi ada beberapa orang yang ingin dunia mengenal siapa Siapa Sarah Gilbert.

Pada suatu hari, pada pertandingan tenis Wimebledon di Inggris  mengundang Sarah untuk datang menyaksikan pertandingan. Pertandingan itu sendiri dihadiri oleh ratusan orang dengan tidak menerapkan social distancing, dan tanpa masker ketika menonton di dalam stadion. Tapi, ada syaratnya untuk nonton, yaitu penonton harus sudah divaksin minimal dua kali dan penonton di dalam stadion itu sudah menerapkan Heart Infinity dengan saling berinteraksi satu dengan yang lainya.  

Tidak ada ketakutan di antara mereka. Karena meraka yakin dengan vaksin yang mereka punya, mereka bisa menangkal ganasnya virus covid-19 yang sudah sudah memakan ribuan korban jiwa. Dan penyelenggara pertandingan Wibledon itu pun menempatkan Sarah di kursi kehormatan  lalu tanpa sepengetahuan sarah mengumumkan penonton lainnya kalau diantara mereka sekarang ada penemu vaksin yang menyelamatkan mereka semua dan menjadikan tenis ini bisa berlangsung tanpa ada ketakutan. Penonton kemudian bertepatan memberikan penghargaan dan penghormatan kepada Sarah Gilbert orang yang selain berjasa juga punya sisi kemanusiaan yang tinggi dengan tidak mengambil keuntungan dari musibah.

Berita itu kemudian menyebar keseluruh dunia, dan orang pun akhirnya kenal siapa Srah Gilbert tanpa dia harus menunjukkan siapa dirinya dan apa yang dilakukannya. Lihat, tuhan menunjukkan siapa pahlawan dalam musibah ini dengan caranya supaya kita belajar untuk membumi dan tidak selalu berharap materi atau apapun yang kita lakukan.

 Itu tadi kisah pahlawan, tapi seperti biasa Denny Siregar juga memperlihatkan sosok pecundang di negeri tercinta ini, menurutnya, pecundang jauh lebih banyak dari seorang pahlawan. Pecundang yang kita tahu seperti di Indonesia,  berita mengenai “Para penimbun Masker Akan ditindak Tegas” adalah orang yang selalu memanfaatkan musibah untuk kepentingannya materinya. Orang-orang ini bisa temukan dalam bentuk seorang pencuri yang menimbun masker dan menjualnya dengan harga tinggi untuk mendapat keuntungan pribadi.

Ada pula orang-orang yang menimbun oksigen supaya bisa kaya raya dari hasil selisih karena barang menjadi langka. Dan yang biadab lagi, ada oknum farmasi yang malah menggunakan situasi untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan alat Swab bekas, supaya mereka bisa beli rumah berharga miliaran rupiah.

Belum lagi, ada orang-orang politik dari partai yang setiap pemilu kursinya semakin lama semakin turun drastic, berita dalam “Duo Yudhoyono Ibas dan AHY Kompak Kritik Pemerintah Soal Penanganan Covid-19 di Tanah Air”, mereka menggunakan isu untuk menaikan nama partainya supaya bisa tetap eksis di dunia politik, cara mereka yaitu dengan terus menerus mencaci apa yang dilakukan oleh pemerintah tanpa pernah memberikan satupun solusi yang tepat supaya pandemic ini segera berakhir.

Buat mereka, pandemi itu tidak penting, karena yang paling penting adalag bagaimana bisa meraih dukungan suara karena dianggap pahlawan dengan modus nyinyir doing setiap hari, seolah-olah merekalah yang paling berjasa terhadap Negeri.

Denny Siregar menilai bahwa, betapa banyak pecundang di sekeliling kita dan betapa sedikit pahlawan di sekitar kita. Pecundang itu lahir karena mental mereka memang mental recehan. Ia menganggap setiap musibah selalu ada yang namanya peluang. Sedangkan seorang pahlawan lahir karena merka ingin melakukan yang terbaik dalam hidup mereka yang hanya sekali seperti kata almarhum penulis Khairil Anwar “Hidup Sekali Berarti lalu mati”.

 

Penulis:


Risky Arbangi Nopi, Lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah. Beliau merupakan alumni Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMP Purwokerto. 

 

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top