Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Irna Novia Damayanti

0


Sajak Jarum Pentul Kepada Pemiliknya

 

sungguh aku tak ingin dilepaskan dari kerudung

tergeletak di atas meja menyaksikanmu

diombang ambingkan nafsu 

yang mengajak membunuh peringatan-peringatan-Nya

 

mulailah kau menjadikanku perekam paling dekat

pandangmu dan pandangnya yang

saling berkirim ribuan sajak

lalu gerai rambut dan

sentuhan tangan memulai menguasai hasrat

 

pada kisah akhirnya puisi tercium amis

dalam kamar kos yang baru digambarkan dalam ingatan

lalu mana mungkin Tuhan mendekat dan

mengabarkan semacam sabit di waktu rahasia

pada bentang mimpi

 

ingin kupinta waktu mengembalikan aku

pada gabus-gabus

lalu ketika dikenakan, tubuhku yang lancip ingin menancap

pada jari-jarinya yang lentik

 

An Najah, 11 Oktober 2015

 


 

Selembar Limapuluh Ribu

 

kau tak ingin lagi hidupmu serasa
dibeli selembar lima puluh ribu
dengan bersantai di rumah
saban hari
sebab tetes airmu dianggap mengundang kematian
 
dapur yang mengepul
juga kasur tidak memberikan hibur
sejak mata relawan merekam gerak gerik
di halaman rumah
 
kau selalu ingin mampir menuju kepala orang-orang dan
menghapus nama, wajah serta alamat rumahmu
sebab dengan cara itu, jiwamu
menemukan kemerdekaan
 
selembar lima puluh ribu ingin kau temui lagi
dari tangan ibu-ibu yang membeli sayurmu di pasar pagi
atau di pematang sawah setelah musim mengabarkan waktu panen
biarlah keringat meneteskan lelah
dan menemui percakapan yang menambah beban punggungmu
di sanalah kau ingin lagi menemukan
kasih sayang yang
kini menunggu dalam kenang
 

selembar lima puluh ribu masih menjadi hantu
bergentayangan di layar televisi
mewakili harga dirimu
dan masih membuatmu menunda menghirup aroma kebaikan pasar
sampai empat belas hari selesai merangkum kesepian

 

Purbalingga, April 2020

 


 

Gema Hadrah

 

di antara kesunyian

kami mulai memukul alat dengan nada yang

telah ditimbang mengikuti tembang dan sholawat

dan membiarkan suara yang saling mengindahkan

mengungkapkan misinya

 

darbuka

nikmatilah alunanku yang

menarik matamu

diiringi kentung dan kecrik

akan aku jelaskan bahwa ada

kebahagiaan di antara semesta yang

kau lihat terluka

 

keprak

meski kami kecil

dipukul bertalu-talu

ada kekuatan yang datang memberi salam

mengikuti alunan nada

 

genjring

kami berdelapan terbuat dari lumping

hanyalah pengiring

suara yang menjelaskan keindahan Tuhan

menyusup dari gerakan tangan

yang saling bersahutan

 

bedug

berhala telah kami pukul sampai babak belur

dengan suara yang keras

biarlah hancur di dalam dada

sampai tidak ada lagi waktu mengajari

memberi luka pada diri

 

kami melihat orang-orang bertepuk tangan

dan menebar senyum bahagia

ketika semua yang

menghalangi kami menjadi manusia sejati

telah hilang dimakan waktu

 

Rajawana, 2020

 


 

Tulang Rusuk Daun Nangka

 

aku melihatmu, Re

sedang memasukan hidupmu pada tulang rusuk daun nangka

daun simetris di kanan kirinya dan kekar

biasa kulihat di samping rumahmu

 

cintamu pada tuhan dipasang lurus dari pangkal hingga pucuk daun

lalu pada tulang rusuk pertama

kau masukan tubuhmu yang bekerja sepenuh doa

 

tulang selanjutnya bersedekah kepada orang yang

kalah dengan diri dan takdir

di atasnya menghidupkan cinta di hati gelisah dan

sisanya, pada tulang kecil dekat pucuk untuk

menabung dan membeli barang mewah

 

daunmu sungguh indah Re

meski ada tulang-tulang kecil yang

tumbuh dan menguat tidak mengikuti harapanmu

 

Rajawana, Oktober 2020


 

Apakah Aku Sudah Sembahyang

 

apakah aku sudah sembahyang

dengan benar ?

aku berdiri dengan hutang dan keributan dari meja rapat

surat yang kubaca terasa begitu panjang

lalu takbirotul ikhromku

dikerumuni teriakan orang-orang meminta kedamaian

kurasa pohon kelapa belakang rumah lebih indah sembahyangnya

;berdiri seumur hidup

 

apakah aku sudah sembahyang dengan benar ?

di dalam ruku, berkeliaran bebanku yang

bertambah berat di kepala juga persendianku

sebab orang-orang yang lidahnya meminta kemerdekaan

belum kupenuhi hasratnya

dan semakin meronta di dalam lututku

dalam hal ini, aku harus mengaku kalah dengan

kerbau milik tetanggaku yang

terus ruku dalam hidupnya

ruku saat mencari makan dan

menemukan hasrat kebinatangan

tanpa mengeluhkan tubuh

 

apakah aku sudah sembahyang dengan benar ?

ketika yang kusujudkan di atas sajadah adalah dunia

dan meminta melepas diri dari kewajiban

padahal orang di rumah menanti sebungkus roti bakar

atau martabak saat malam menjelang

sebagai penebus rindu

mereka yang beribadah seperti batu

diam dan tenang sebagai pondasi sebuah rumah

merawat usiaku dengan doa

 

apakah aku sudah sembahyang dengan benar ?

 

Rajawana, 2020



Bahan Dasar Airmata

 

sesobek kertas masih tergeletak di atas meja 

menyimpan sekian airmataku

airmataku terbuat dari luka tubuh yang kadang lupa berdzikir

padahal kasih sayang terus saja berdatangan dari tanah yang basah

juga lisan yang penuh rahmah

 

kadang terbuat dari akal yang berhenti berpikir

Padahal dari sanalah banyak kebenaran berdatangan

seperti rombongan orang mengantri kuota gratisan

 

hati penuh kibr

padahal tanah telah memberikan teladan agar

menjadi rendah hati meski

mampu menumbuhkan beraneka tanaman

 

kadang terbuat dari laku sangat kikir

sebab cahaya terhalang kelopak mata

dalam tidur yang terlalu panjang

 

mungkin aku butuh sesobek kertas lagi

menuliskan resep yang dibisikkan diriku sendiri untuk

menyembuhkan lukaku

 

Rajawana, 2020



Wajahku

 

aku berhenti di pintu masjid

sebab kata-kata yang beterbangan seperti debu

mencuri keramahan di wajahku

sementara tidak ada cermin menempel di tembok

 

aku hanya ingin tahu

apakah wajahku seperti  orang-orang yang bekerja dikantoran

atau orang pinggiran dengan pakaian penuh debu dan

beberapa bagiannya berlubang

lalu pikirannya kehilangan jalan pulang

 

aku tidak menahu kapan mataku mulai buta

melihat wajahku di dalam hati

tapi bukan itu yang perlu diperdebatkan

sebab yang paling penting aku menemukan

orang yang sudah ditugasi membawakan kabar gembira

menjelaskan rupa wajahku yang

saat ini belum kukenali sebelum masuk masjid

menjadi tamuNya

 

Rajawana, 2020


Tentang Penulis


Irna Novia Damayanti, 
lahir di Purbalingga 14 September 1992, beralamat di desa Rajawana Rt 19/07 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Peraih penghargaan “Penulis Aktif Media” tingkat mahasiswa PTAIN se-Indonesia tahun 2015 dari kementerian Agama dan DIKTI. Karyanya dimuat di Media Indonesia, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Tanjungpinang Pos, Merapi, Indopos, Solo Pos, Minggu Pagi, Radar Surabaya, Radar Banyumas, Padang Ekspres, Satelit Pos, Pos Metro, Medan Bisnis, Koran Madura, Sastra Mata Banua, Haluan, Banjarmasin Post, Bali Pos, Buletin Bener, Majalah Sagang, Buletin Provokatif, Nusantaranews dll. Email: irna_rawa@yahoo.com/ irnanovia16@gmail.com no hp: 085726262851.

 



Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top