Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Tasneem Khaliqa Israkhansa

0



NAMAMU TONGGAK AKU BERDIRI
 

Oleh karenanya,

aku akan memilih menjadi puan

dengan tulang rusuk

yang tak utuh barang dua sekalipun.

Sebab, namamu untukku

ialah tonggak aku berdiri.


 

 

DAMAI KAU CIPTA

 

bola matamu,

adalah kolong jembatan

tempat para pesakitan

berperang

melawan gigil musim-musim.

setiap kali rinduku

berpulang rusuh dan bergemuruh,

di bawah matamu

aku siap-siaga

berselimut

pada hangatnya damai

yang kau cipta.

dan tepat

saat malam melarut,

aku tersenyum,

sedang Tuhan berkata,

“Benar,” lanjutnya,

“Aku menciptakanmu,

saat bahagia sedang bersemayam

dalam hati lelangit.”


 

 

TIADA CINTA MENEMPUH UMUR PANJANG

 

Tiada cinta yang benar-benar

dapat menempuh umur panjang.

Bahkan jam dinding

yang berdetak sekalipun mensinyalir:

di dalam hidup yang berkepanjangan,

akan selalu ada waktu

sebagai pengingat batasan pemberhentian.

 

Sayang, kebesaran cintamu itu

tak pernah cukup membuatnya

menjadi bertambah usia.

Kau boleh saja beranjak dewasa,

namun selamanya cintamu tidak.


 

 

GEMURUH RINDU MENGAKAR, MERAMBAT

 

Setiap Senin selalu punya cara

agar dapat bersandar

kepada sejuk akhir pekan.

Seperti kau yang kerap memohon

agar waktu-waktu penyembah penat

menyinggahi hari-hari, serupa Minggu.

 

Katamu saat itu,

sebab Senin tak punya rinai hujan

yang turun menghujani kami dengan penuh cinta,

sedang Minggu selalu;

dan Selasa terlalu akrab dengan bising kota,

maka kau takut aku akan lebih menyukainya.

 

Layaknya manusia pada umumnya,

kau menganggapnya sebagai

hari penuh kesukaran.

 

Sementara untukku,

ia serupa pohonyang amat kokoh

mengakarkan gemuruh rindu;

dan hari-hari selepasnya

adalah waktu ia merambat,

berkembang menjadi demikian hebat dan dahsyat.


 

 

 

PADAT DOA-DOA MULIA

 

Menuju waktu yang sepertiga,

malam menjadi berbeda

saat padat

doa-doa mulia

 

Bunda tanpa paksa membuka daun pintu;

ayah yang menuruni anak tangga

satu demi satu

Bunda, ayah, pun aku

kami bersemuka

 

Sepanjang sujud,

tak ada yang lebih menyiksa dari pilu kami

berwujud

Kendati itu,

kami tetap begitu

menikmatinya

 

Pada jiwa yang penuh euforia

dan prasangka,

Tuhan melempar balasan senyuman

 

“Wahai hamba-Ku,

apa yang lebih syahdu

dari memulai hari mendamba

pertolongan-Ku?”

 


 

Tentang Penulis

 


Tasneem Khaliqa Israkhansa, atau biasa dikenal dengan nama pena "Israkhansa" adalah seorang penyair muda, yang lahir di seperempat penghujung tahun 2002 di Coventry, Inggris. Dia telah menerbitkan buku antologi puisi pertamanya yang berjudul, Usai Sebelum Dimulai, pada Agustus 2019 lalu. Saat ini, kendati dirinya resmi menjadi mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI), dia tetap turut bergiat dalam menghidupkan literasi di kalangan generasi millenial melalui akun Instagram (@israkhansa @isrkhs), Tumblr(@israkhansa), dan sebagainya. Serta, turut memberikan sumbangsih karya-karyanya, yang dipublikasikan dan dapat dibaca di berbagai media cetak dan elektronik secara gratis. Selain meminati perpuisian, gadis yang pernah mengenyam pendidikan di Somechi Shougakkou, Chofu, Tokyo dan SMP Global Islamic School, Jakarta serta SMAN 14 Jakarta ini, juga meminati dunia menggambar, melukis, serta motivasi.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top