Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Ganjar Harimansyah

0

 


TENTANG HIDUP-MENGHIDUPI

 

adalah kesungguhan

zenit yang membuat kita

berporos pada asa yang sama

 

adalah kerendah-hatian

nadir cinta

yang berputar pada

lema yang sama

 

tentang hidup-menghidupi

adalah kesinambungan

aku, kau, dan arah kita

 


 


TENTANG KITA

 

Kita pernah menimbang

tentang hal indah 

di antara hati yang melati

dan onak duri di benak

yang makin menyemak belukarnya

 

Kita pernah bicara

jika sastra itu kata yang merupa

bisa jadi belalang di ujung rumput

atau pulasan sunyi berwarna nyaring

yang meluruhkan daun yang merapuh

 

Kita pernah saling berbisik

mengandaikan musik merasuki

kanvas-kanvas tak bernapas

yang mati disesaki garis 

yang tak jelas

 

Kita pernah tak sehati

bahkan berontak tentang aku dan kau

lalu melupa pernah semesra

alunan irama dan nyanyian

 

Kita yang berbeda warna

pernah berpelukan dalam keindahan

meski sejatinya berjarak puluhan kilo

 

yang pasti, aku selalu merasa desahmu

di kuduk leherku

yang sering meremangkan 

gairah ideologi untuk tetap padamu

 

kita pernah dan akan pernah

di dunia berbeda, katamu

 

dan tegasku: waktu dan seni

telah sah menikahkan kita!

 


 


SAJAK RUMAH PUTIH*)

 

di sinilah nanti akan kita tumbuhkan

putra-putri yang gagah dan cantik

yang memberikan kesejukan dan keriangan

kemudian mereka merengek dan memeluk manja

minta dibelikan mobil-mobilan dan boneka kedap-kedip

.. dan mereka memanggilmu: ibu!

 

bersama senyum lembut dan kecupan sayang

kau sirami mereka cahaya Ilahi

sejuta kasih yang kau punya adalah matahari

harapan dalam tangan-Nya kita uraikan lewat doa-doa

dan aku bersujud lama-lama dan berkata:

“Ya Allah, Yang Mahaasih, jadikanlah istriku

bumi yang damai dan lautan kesetian untukku

jadikanlah putra-putriku orang yang kaya ilmu

dan berakhlak mulia.”

 

di sinilah nanti akan kuwariskan

kejujuran dan keadilan

di sinilah nanti akan kuwariskan

keberanian dan kelembutan

kita perkenalkan pada mereka kepasrahan pada Allah

kita beri contoh mereka tentang kerendahan hati

dan kesederhanaan

kita ajak mereka melihat betapa luasnya bumi Allah

dan kita latih kaki-kaki mereka untuk kuat  

menjelajahinya

 

di sinilah nanti kita dirikan salat berjamaah

aku, kau, dan putra-putri kita

 

 

Desember 1998 – Desember 2002

 

*) Terinspirasi puisi “Puade” karya Nita Widiati Efsa (1989).

 




BILA RINDU ITU

 

hasrat berbisik

pada amarah yang memerah:

“ ..... jika waktu 

menarik kembali tawarannya,

bergegaslah pergi

cukup tinggalkan segurat tulisan:

jemput aku nanti!”

 

 

November 2000




 

KETIKA DI SIMPANG JALAN ITU

 

keranda cinta

yang diusung

dari sunyi ke sunyi

menyebarkan aroma mawar

memestakan perkabungan *)

di hati yang rawan

 

 

Pekalongan, 2000

 

*) Kata kenangan dari Beni R. Budiman ketika di Pekalongan







Tentang Penulis

 


 

GANJAR HARIMANSYAH adalah penyuka puisi dan peneliti bahasa.  Lahir di Bandung 46 tahun lalu.  Selain menghasilkan beberapa buku/laporan ilmiah dan artikel di media massa, dia juga pernah menjadi pemain, penulis, dan sutradara beberapa karya drama bersama Teater 420 Bandung, Teater Tesa FIB UNS, dan Teater Jaring Solo. Naskah panjang yang pernah ditulis dan disutradarainya "Seribu Hitungan di Kali Nol" dipentaskan atas kerja sama Ford Foundation dan Forum Kebersamaan Bangsa di Solo, Magelang, dan Surabaya pada tahun 1998 dan 1999 yang melibatkan kru dan pemain dari lintas profesi dan agama. Antologi puisi yang pernah disusunnya: _Purnama Biru (1993), Tentang Seseorang (1994), Kau (1995), Menunggu dan Terlempar (1995), Fragmen I (1996), Karena Sayang itu Juga (1999), Tujuh Puisi Waktu Itu (2000), dan “…dalam doa cinta.” (2002)._ Dia mempunyai hobi mencoba program-program baru di komputer, melukis, jalan-jalan, menonton film, dan melamun di perpustakaan.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top