Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Mauliya Nandra Arif Fani

0




Hikayat Ladang Kesuburan

 

Lagu-lagu kecil bersenandung

Di pelataran tidur

Mengantar bunga penghias mimpi

Kepada indah wajah

Yang melayu

Terlebam lelahnya hari

Saat itu tiada yang hinggap di pipiku

Selain lembut kecup bibirmu

Hingga cermin jiwaku

Mengkilap, memandang cahaya di wajahmu

 

Maka bila dapur belum juga mengasap

Dan sumur telah mengering

Tiadalah kata yang meletup

Sedang hati tetaplah sutra

Penghias diri di pesta ria

Lagu yang bernadakan putri violet

Menambah derunya air muka

Tanda hati adalah ladang

Yang merayu kepada kesuburan

Hingga terpetik buah yang manis

 

Sebab jiwa kasihmu

Terletak dalam dadaku

Dunia tak mampu mengambilnya

Sedang diri sudah menjadi satu

Di keabadian ladang kesuburan

Cinta kasihmu

 

 

Purwokerto, 22 Januari 2020


 

Rumah Kekasih

 

Kala nanti singgasana menjadi milik

Semua ada di sana

Adakah yang lebih gemerlap

Dari kerlap-kerlip lampion

Yang terpajang di setiap sudutnya?

 

Atap menjadi kehangatan

Dari sejuknya musim dingin salju Greenland

Dinding-dinding menjadi tempat

Memasang lukisan kasih

Warna jingga pada kanvasnya

Melambangkan indah di setiap nafas cintanya

 

Ialah rumah kekasih

Segala kelembutan kasurnya

Jadilah ia penghibur diri

Dari semua luka dunia

Hiruk-pikuk harinya alam

Dan kursi kayu berukir rotan

Tempat segala tangis terserap

Oleh busanya ternyaman di bumi

 

Kadang aku ditenggelamkan

Dalam air pemandian sebagai cintanya

Dan enggan ia mengeluarkan tubuhku

Dari bejana

Air, bercampur air mawar

 

Itulah sepenggal hidup dengan kekasih

Hingga kutemui adagium Rumi

Tempat tergelap di dunia

Adalah rumah kekasih

Tanpa kekasih

 

 

Purwokerto, 22 Januari 2020


 

Rahasia Indahnya Alam

 

Ada rahasia indahnya alam

Sampah plastik menjelma barang antik

Ada pula kisah anggur

Ia berubah menjadi manisan segar

Cerita sang ulat

Kita tahu ia menetaskan kupu-kupu

Yang dengan sayap cantiknya

Terjamahlah penjuru negeri

Pun hamba bertahta menjadi raja

 

Siapa pengantar semua itu?
Cinta seseoranglah sang pengatur

Dalam tubuhnya mengalir

Senyawa darah pesulap

Ia mengalirkan cairan keajaiban

Kepada tanah di hati yang gersang

Hingga setiap manis yang tersembunyi

Kutemukan dalam buah syair cintamu

 

 

Purwokerto, 22 Januari 2020


 

 

Pita Merah Januari

 

Dalam tujuh musim, aku kembali

Kepada waktu yang terpecah lamanya

Diantar sepasang langkah

Yang mengubah tanah keliling

Seakan ditumbuhi ilalang yang menawan

Bunga dari segala kasihmu

 

Sempat aku berpikir lari jauh-jauh

Agar petir dalam jiwamu

Tidak menyambar nadiku

Dan hembusan nafasku

Bukanlah tawanan kilat hasratmu

 

Kali ini aku tersadar dari mimpi panjangku

Petir yang kau alirkan itu

Tiadalah selain menyalakan lampu jiwaku

Juga kunang-kunang penghias malamku

Dari hitam pekat kabut gelap

 

Pendar sinar hidupku

Dalam ikatan pita merah

Bulan Januari

Dua tahun lalu

Dari pancaran kasihmu

 

Kalau saja kau bernaluri Ares

Padam gelap ruhani cintaku

Tiadalah yang purna

Selain jarimu menghempaskan

Dunia sadarku

 

 

Purwokerto, 23 Januari 2020


 

 

Hikayat Pujangga Desa

 

 

Kepada pujangga desa

Kukirimkan kenangan arloji waktu

Tentang sejumlah rindu yang jauh mengakar

Dalam kertas putih tak berdalih

Masihkah ingat

Kala angin meniupkan tarian

Daun-daun pohon singkong

Disambut mentari pagi

Serta ribuan tetes embun subuh

 

Di antara ranting-rantingnya

Tergores catatan masa kita

Di usia yang kedelapan

Di mana tangis menggegerkan semesta

Sebab tarikan ada di rambut kepang

Dan tangan-tangan mungil

Ada di antara cubitan nakal

 

Sedang di lain waktu

Gelak tawa mengisi hari-hari libur panjang

Senyum dan manja menghias

Angkasa langit kanak-kanak

Saat itu kubiarkan semesta

Memainkan biolanya

Mengiringi langah kecil kita

Dari pangkuan ibunda

 

Di taman belakang rumah

Kita bangun gubuk mungil

Beratap daun kelapa

Berhias teriakkan kebahagiaan

Dengan lumpur kita buat aneka kue

Bunga putri malu

Menambah aura cantiknya

 

Aku ingin mengulur masa itu

Tetapi hari semakin larut

Alur cerita tergenang waktu

Tetesan hujan menghapus jejak yang dulu

Tidak terdengar lagi panggilan ibu

Di kala adzan telah mengalun

Sebab usia tengah menyambut

Sebuah asa di angkasa

 

 

Purwokerto, 23 Januari 2020

 


Tentang Penulis

Mauliya Nandra Arif Fani, berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekarang dia menempuh pendidikan S1 di IAIN Purwokerto, Pendidikan Agama Islam. Dia anggota di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Karyanya dimuat di : simalaba.net, koran Kabar Madura, tembi.net (dibukukan dalam antologi berjudul Mata Air Hujan di Bulan Purnama); dan buku antologi puisi 100 puisi terbaik Lomba Cipta Puisi ASEAN IAIN Purwokerto; Antologi Pilar Puisi 5 IAIN Purwokerto; Lomba Cipta Puisi Rumah Kreatif Wadas Kelir; 100 puisi terbaik Lomba Puisi Nasional Antologi Kata; 250 puisi terbaik Lomba Puisi Sahabat Inspirasi Pena. Dia pernah jadi juara 3 Lomba Puisi Nasional Event Hunter Indonesia sehingga berkesempatan melakukan kunjungan sastra ke Singapura. No. HP 085726377842; Email: mauliya.nandra@gmail.com;  Facebook Mauliya Nandra Ariffani; Instagram @mauliyanandra.

 

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top