Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Sajak-Sajak Arif Hidayat

0




Aku yang Mengantarkanmu

untuk Akhmad Saufan

 

Aku pergi mengantarkamu dari sepi menjadi tiada

karena kau memiliki dunia yang lain

yang tersembunyi di balik bukit itu.

Langit mungkin akan tertawa

melihat kita dijebak oleh waktu

dan berpisah karena waktu juga

dengan perasaan masing-masing

untuk saling menjadi dingin dalam hujan.

 

Jalan-jalan itu, ingatan-ingatan itu,

aku melihatmu tumbuh dan berubah

dengan cara yang berbeda dari rumput dan pohon.

Pada setiap langkahku, detak jantungku,

ada senyummu, juga seluruh manuskrip

yang tak sempat kita abadikan

yang akan terus bercahaya di sore hari

sebelum kau meninggalkanku, tempatmu

hingga kau berada dalam kegelapan

karena kau tak nyata lagi di dekatku.

 

Pada setiap airmataku di puisi ini

masih ada mimpi yang tak sempat terwujud

untuk melacak jejak ulama Nusantara.

Dapatkah aku berjalan seorang diri

tanpa arah yang jelas di kota ini,

sementara orang-orang sibuk

bertarung dengan dirinya sendiri

dan muntah dengan kata-kata mereka.

 

Kau mungkin berpikiran sama denganku

sama-sama memikirkan senja yang pergi

sama-sama memiliki kenangan tentang laut

dengan dada yang sesak 

menahan beban doa yang menggumpal di udara.

Bahwa hidup ini sering tak terduga seperti hujan

maka tak ada yang bisa kutahan dengan angin.

Aku hanya bisa mengantarkamu pada sunyi

lewat jalan kecil di tepi sungai,

sangat jauh sekali, dan tak kembali.

Dan aku hanya bisa merindukanmu

yakin bahwa kita akan berjumpa

pada suatu masa yang lain

dengan cahaya kehidupan

yang lebih indah dari semua cahaya di dunia ini.

 

 

2018


 

Doa Pagi

 

Semoga matahari selalu bersama kita,

karena setiap cahayanya yang menerobos dari celah

ada isyarat kerinduan

dari suatu tempat yang entah.

Kau yang berangkat menyusuri jalanan,

semoga kebaikan tumbuh bersama tunas pohon kersan

dengan buah-buah yang mengobati luka di dada

tersebab dendam dan masa lalu.

Mungkin suara burung-burung, mungkin gercik air,

mungkin angan saja, di situlah aku berharap

bahwa dunia tetap utuh dengan kerendahan semesta

yang menjaga waktu tetap ada untuk kita.

Sehari tak melihatmu tersenyum

telah menjadi kegelisahan musim kemarau yang gersang.

Pagi ini, setelah sujud ini,

kubayangkan aroma tubuhmu serupa bunga kopi

di tengah hutan yang menampung berkah Tuhan.

 

Kabulkanlah rasa gelisah ini menjadi kebahagiaan di waktu asar

sebab tak ada yang lebih baik

selain bisa bersamamu dengan memetik doa-doa

dalam buah-buah yang kita tanam pagi hari.

Aku ingin kau mengerti alasan ada kekosongan,

yakni karena doa itu adalah waktu

yang menguji kesabaran.

Sebelum matahari bergeser, aku telah tumbuh

bersama yang ada di ladang jagung.

 

 

2018


 

Yang Basah:

Sore dan Sepeda Motor

 

Yang basah adalah cinta

seperti jalan-jalan yang mengalir

hingga tak batas tentu takdir.

Dan kau menjaga setiap tikungan,

setiap keraguan yang menghalangi mataku.

 

Sebagai penyair,

aku mencintaimu dengan rasa dingin.

 

Sepeda motorku melaju

menembus gemuruh,

membawamu ke meja perjamuan.

Hujan hanya kata-kata yang berdenging,

yang kerap mengumpat dan mendendam;

semacam isyarat langit tak terpahami

oleh kebajikan bumi.

 

Hidup kita yang mengalir

adalah jarak yang jauh

yang mesti ditempuh

dengan laju dan keyakinan.

 

Mulailah kau membuat batas

untuk mengikatku pada tepian.

Dinding rumahku bergetar,

buku-buku dan almari menggigil

seperti ada petir yang menyelinap.

 

Kita sudah tidak muda,

cinta selalu punya usia

untuk mencapai sagala rahasia.

Adalah tanah yang basah

sementara langit kadang berjubah

kadang bercahaya.

 

Maka aku percaya

ketika mengantarmu menuju rumah,

mata mesti dibentangkan.

Jawaban akan diketemukan

tentang hitungan hari

yang bakal kita jalani bersama.

 

Kita akan sama-sama mengalir

sebelum senja, sebelum cahaya sirna,

menuju laut yang penuh kebebasan.

 

 

2013

 


Tentang Penulis

ARIF HIDAYAT, lahir di Purbalingga pada 7 Januari 1988 dari pasangan Kodri Zaenal Arifin dan Rusmiyati. Ia besar di Desa Banjarsari RT 04/RW 07 Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tulisannya pernah dipublikasikan di Harian Koran RakyatKedaulatan Rakyat, Wawasan Sore, Minggu Pagi, Kendari Pos, Merapi, Kompas, Suara Karya, Radar Banyumas, Suara Merdeka, Lampung Post, Republika, Joglosemar, Suara Pembaruan, Majalah Horison, Majalah Mayara, Majalah Basis, Majalah Merpsy, dan Rakyat Sultra. Kini ia tinggal di Desa Karangnanas Rt 06/Rw 02, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.Email: arif19hidayat88@gmail.com dengan No.HP:  085726564738.
Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top