Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Esai Ryan Rachman

0


Meramu Resah, Merawat Kenangan

 

“Waktu kecil saya sering berpikir tentang sesuatu yang bisa melestarikan kenangan. Begitulah mulanya saya mengakrabi musik, aroma dan puisi.”

-Helvy Tiana Rosa

 

DALAM sering kesempatan, saya selalu bercerita ihwal bagaimana saya senang membaca dan akhirnya senang menulis. Dulu saat masih kecil, saya bersama ibu dan adik sepekan sekali, saban sore, diajak bapak ke kota kecamatan naik becak. Hampir sepanjang jalan, mata saya jelalatan ke kanan kiri Jalan Raya Kuwarisan-Kutowinangun, sepotong jalan nasional Purwokerto-Yogyakarta di sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen. Saat menangkap sebuah tulisan, entah itu nama toko, nama gedung atau iklan produk, mulut saya selalu mengucapkan tulisan itu.

Beberapa yang masih ingat saat ini "Jamu Jago", "Toko Anyar", "Bangunan Baru", "Pertani", "SMA Negeri 1 Kutowinangun", "Warung Asli", "Toko Ada" dan "Sarwo Ono". Usai letih membaca, sampainya di kompleks Pasar Lawas, kami kemudian berhenti di salah satu warung nasi goreng. Saya memesan mi goreng dan sebotol Sprite. Sekelumit kenangan masa kecil yang selalu tersimpan rapi di otak kecil saya. Juga kenangan-kenangan lain. Senang, bahagia, haru, takut, harap, lucu. Atau peristiwa-peristiwa yang disengaja maupun tidak disengaja.

Kenangan menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjalanan hidup seseorang. Sampai usia senja, seseorang akan selalu mengenang peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Kenangan atau sebagian orang sering menyebut nostalgia, banyak yang hilang seiring perjalanan waktu dan usia. Namun nostalgia itu terkadang muncul tiba-tiba oleh suatu hal, suasana atau benda di masa kini.

Setiap manusia memilik cara tersendiri untuk merawat kenangan. Sebastian Bach mencoba mengguncang ingatan tentang kekasihnya yang hilang. Rasa paling sentimentil karena hubungan asmara yang hancur, tetapi, gitaris band rock Skid Row ini tak mau membuang pengalaman berkasihnya secara percuma. Disimpannya dalam lagu berjudul "I Remember You". William Shakespeare dalam drama “King Henri IV”, mengingat kenangan hari-hari yang telah dihabiskan dengan cara mengingat kawan-kawan lamanya yang sudah mati.

Rangkuman kenangan perjalanan hidup Jean-Paul Sartre bagaimana dia menjadi seorang pembaca dan penulis yang tekun dia tuangkan dalam bukunya "Words". Dengan detail, Sartre merinci setiap peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas membaca sejak kecil dan awal mula menulis hingga menjelang kematiannya. Tidak hanya itu semata, bahkan hal-hal kecil lainnya, seperti ketika ibunya memarahi, ibunya memberikan jaket wol dan mengajaknya ke bioskop.

Walt Whitman, dalam puisinya "Memories" menyebutkan, kenangan adalah penelusuran masa lalu yang manis. Sebuah pengembaraan yang penuh cinta, kegemberiaan, orang-orang dan perjalanan. Sedangkan Jane Austen berujar, pikirkan hanya masa lalu, karena ingatannya memberi anda kesenangan. Kita juga baca, novel-novel NH Dini banyak berlatar belakang pengalaman-pengalamannya saat kecil, remaja, dewasa dan usia senjanya dengan peristiwa-peristiwanya masing-masing.

Lalu bagaimana dengan Iis Sugiarti, penyair muda asal Kebumen, yang tengah kuliah di IAIN Purwokerto dalam merawat kenangan? Baginya, kenangan merupakan sesuatu yang harus terus dikenang. Harus dicatat dan diabadikan. Puisi merupakan cara paling ampuh untuk merawat kenangan.

Lihatlah dalam puisi berikut:

 

Kenangan dan Doa

dalam perjalanan fajar

aku menemukan benang-benang cahaya

yang memikat kalbu

 

halimbubu menjatuhkan namamu

namun aku tak mampu menjeremba

 

kini aku menjelma embun

di setiap jalan ke rumahmu

 

2015

 

Iis mencoba mengingat perasaan hatinya terhadap seseorang yang pernah mengisi ruang hatinya. Benang-benang cahaya menjadi kias sesuatu yang membuat terang, bahagia, menyenangkan dan mencerahkan. Hal itu diperkuat dengan baris "yang memikat kalbu" di baris berikutnya. Sayangnya, sosok yang membuatnya terpesona itu tak sempat diraihnya. Halimbubu alias pusaran angin telah menerbangkannya, bisa dikatakan telah membuatnya menghilang. Nah, dua baris terakhir, menjadi simpulan bahwa penyair betul-betul merawat kenangan itu. Asyiknya di sini, Iis benar-benar memilih kata dengan cermat. Beberapa kata yang mungkin asing bagi pembaca awam membuat pesan dalam puisi ini tidak tersampaikan secara vulgar.

Mungkin, bagi Iis, kenangan-kenangan terhadap seseorang yang pernah mengisi ruang hati itu adalah kenangan yang indah. Seperti yang disampaikan Nuran Wibisono mengutip Erica Hepper, dosen School if Psychology, Universitas Surrey, bahwa nostalgia adalah perasaan hangat yang kita rasakan sewaktu kita memikirkan tentang kenangan-kenangan terindah dari masa lalu kita.

Hal serupa juga tergambar dalam puisi berjudul "Memoar Silam". Kesunyian yang dirasakan seolah-olah menjadi kenangan yang hangat yang selalu berkelindan di ingatannya. Kenangan akan seseorang yang selalu dirindukan. Coba tengok dalam lirik /rumahmu yang tak berjendela/ mengkaribkanku dengan sunyi/ dan lembaran kenangan/ dan bertumpuk di rak-rak buku/. Ada keinginan penyair untuk bisa bertemu dengan orang tersebut, entah kapan di suatu tempat. Dan bila pertemuan itu terwujud, seolah paripurna rasa rindu yang mendendamnya. Ini tersurat pada larik /andai kita bertemu di negeri awan/ dan dipungkasi dengan /lalu aku turun ke bumi/ menggali tanah/ untuk kutanami benih dewi sri/.

Kemudian pada puisi "Menziarahi Balai Kenangan", Iis benar-benar ingin membuka kembali lembaran-lembaran masa lalu yang telah tersimpan rapi dalam rak otaknya. /Ketika kau mengajakku bercerita/ tentang padi-padi yang menguning/ dan burung-burung emprit berpeci putih/. Kenangan itu dia munculkan dengan hal-hal kecil seperti padi menguning dan burung emprit kaji. Dalam novel Remembrance of Things Past, Marcel Proust membuat istilah involuntary memory. Di mana kenangan-kenangan itu muncul karena pemicu khusus seperti rasa makanan, aroma atau peristiwa masa kini yang hampir serupa dengan masa lalu. Puisi "Menziarahi Balai Kenangan" bisa jadi merupakan involuntary memory sehingga membuat Iis harus meramu kata-kata, mengubahnya dari sekadar di dalam kepala, menjadi bentuk nyata (baca: puisi).

Nah, involuntary memory tersurat secara lugas oleh Iis pada puisi "Pawon". Dia bercerita tentang masa kecil di desanya. Benda-benda di dapur menjadi pelecut kenangan. Klasa, pawon, dingklik, ceret dan kenceng atau wajan besar. Suasana dapur digambarkan dengan lugas minim permainan bahasa kias. Meskipun demikian, puisi utuh ini, merupakan metafora sesungguhnya. Sebuah paradoks tentang keluarga secara umum di daerah pedesaan.

 

matang dan lezatlah segala rindu

rutinitas di dapur saban pagi

sedang aku masih saja bertahan pada mimpi

tentang roti dan keju

 

Puisi lain yang berhulu pada kenangan yakni "Sua", "Mencari Asal Keberadaan" dan "Zaman Purbani yang Tak Lagi Berpuisi". Adapun dua puisi pertama, Iis lebih menguak kenangan-kenangan bersama sosok yang paling muasal, yakni ibu. Sosok ibu digambarkan tempat kembali paling nikmat dari pengembaraan. Kasih sayang ibu, baginya adalah telaga air yang tak pernah kering. Kemudian pada puisi "Hariku Sudah Petang" penyair mencoba mengambil peran sebagai sosok ibu yang merindukan kepulangan anaknya. Hal ini mempertegas bahwa, ibu adalah tempat kembali paling nikmat.

 

jika kau tak pulang ke doaku

sampai hariku yang malam

maka penantianku hanya akan

menjadi hikayat waktu yang cacat

 

Menyitir Rob Sheffield, yang membandingkan musik dengan mesin waktu, demikian pula dengan puisi. Puisi meningatkan kita tentang waktu dalam hidup kita. Kata-kata yang akrab memicu gambar-gambar yang akrab di kepala kita. Dengan membacanya, kita dibawa kembali ke peristiwa itu. Dengan puisi pula lah, Iis meramu kata-kata, mencatatnya, menjadi mesin waktu agar bisa senantiasa kembali ke kenangan-kenangan silam. Kenangan itu, semua dapat tempat, semua harus dicatat.

Tabik.

 

 

 

Tentang Penulis

Ryan Rachman, bakul banner, stempel, medali dan buku yasin ideran, tinggal di kaki Gunung Slamet, Desa Bumisari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top