SEPENGGAL CERITA LAUT
Di bibir pantai
Telah lepas sebuah petunang dari terompet thalassa
Menjelma harsa penjala dan perahu-perahunya
Berlayar landai pasang surut yang tak usai
Kita hidup dalam tubuh ombak, dengan sedikit teman angin dan panas yang menyengat
Jaring ini dijamah ramah oleh puja-puja
Dan sirip-sirip ini ditatih oleh tangan dewi
Menari beriring bersama angin dan waktu senja yang genting
Banjarnegara, 2021
Thalassa : dalam mitologi yunani berarti dewi laut
DZIKIR
Rumah ini terbuat dari tawa, tangis, ramai, sepi, hangat dan dingin
Satu tiyang jatuh kembali
Selepas subuh, kini menjelma kidung
Engkau lempar cahaya lewat pintu itu
Dan gigil mendekap dengan tergesa
Satu simpul bibir tengah terbata-bata mengeja nasib
Sedang aku masih sibuk mencari mata tenang di antara mata air, air mata
Menafsirkan tiga puluh tiga cinta
Dalam jerami jemari
Banjarnegara, 2021
Tentang Khusyuk
/1/
Sepi menyepi dan rehat di hulu kali
Seekor capung menghisapnya
Ia terbang, menari dengan lenggokan pujian tuhan
Di sepanjang musim penghambaan
/2/
Pohon beringin di halaman
Tengah bercumbu dengan ayunan yang berkelebat rindang
Doa-doa ini seringkali terjatuh
Pada tengadah yang berjarikan daun kering
/3/
Sepi, tari, tuhan dan ayunan
Khusyuk dalam ketundukkan dan ketuhanan
Purwokerto, 2018
LEGENDA SEGARA NESTAPA
Ada yang padam di pelataran sore
Tepat di hulu matamu aku menyaksikan bandang
Pohon-pohon tumbang di dadamu
Berserakan, memporak porandakan
gedung-gedung tinggi
Rumah-rumah roboh, tak ada tempat teduh kecuali doa-doa yang tergopoh
Bocah-bocah berduyun memerah dekap ibu yang sayu
Ayah telah berpulang pada kelumpuhan sayang
Biarlah, arus air ini menjadi pelayat pembawa riwayat
Sekalipun kering, tulang belulang ini adalah muasal semesta
Semogalah menjadi keabadian di gelugu jiwa-jiwa
Banjarnegara, 2021
AKU ENGKAU
Aku engkau di suatu ruang
Kau hinggap di hati dengan hati-hati mengirim satu rantang doa dan taburan
bawang goreng di atasnya
Tidak lupa satu gelas senyum manis dan hangat darimu
Satu suap kangen sudah kutelan menjadi sebuah temu
Satu teguk senyuman sudah kuminum menjadi sebuah canda
Aku engkau di antara meja
Saling beradu, rindu siapa yang paling rindu?
Banjarnegara, 2021
Tentang Penulis
Rosana Nurhuda Dewi,
gadis kelahiran Banjarnegara 24 Oktober 1999. HobInya membaca, menulis, dan
berenang. Dia seringkali menghabiskan waktu senggang sendiri hanya untuk
melihat pemandangan indah dan menanti kekasih yang tak kunjung tiba untuk
dipuisikan. Saat ini dia sedang menempuh jenjang S1 di UIN Prof. K.H. Saifuddin
Zuhri Purwokerto Program Studi Pendidikan Agama Islam, dan bergiat di Sekolah
Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP). Beberapa karyanya pernah dimuat dalam
beberapa media seperti Tanjung Pinang
Pos, Radar Banyumas, BMR Fox, Nusantara.news, dan Negeri Kertas. Di samping itu, dia juga banyak memperoleh beberapa
kejuaran lokal maupun nasional seperti juara 1 Cipta Puisi Nasional di IAIN
Tulungagung, juara 2 Cipta Puisi Nasional Kosana Publisher, juara 1 Cipta Puisi
Festival Lentera Desa, dan juara 3 Lomba Baca dan Cipta Puisi Nasional UIN Prof.
K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Dia juga menjadi editor di sksp-literary.com.
HP.085726278340. Email rosananurhudadewi@gmail.com.