Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Aprinus Salam

0


 
NUN, SEBUAH RUMAH (1)
 
Ketika aku temukan tanah itu, di selatan
Merapi, awan bergoyang ramah
 
di sebelah timur dan barat
rumput menggeliat, daun-daun menyapa
suara-suara sayup kembali terdengar
 
di sini aku akan tinggal, kataku
mata air meleleh gembira, ilalang bersahutan
dari utara angin mendesau, bercampur abu
menimbun dirimu dalam ingatan yang remang
 
Aku hela batu-batu, dan kayu-kayu
aku ikat dengan rotan dan tali cinta
 
benih-benih tanaman aku simpuhkan
berdampingan dengan bunga kuning dan
merah, dalam bayang-bayang seperti gunung
meruncing ke atas, ke satu titik, bersilang
melebar ke bawah, ke mana-mana
mencari dirimu merambat ke ujung
 
sudah kuputuskan, di mana akan aku
letakkan tidurku



 
NUN, SEBUAH RUMAH (2)
 
Di regol yang langsing, dan sepasang kelapa gading
berjalan diam melewati seketheng
aku pasrahkan jiwa ragaku, dalam tubuhmu
 
Berpayung genteng dan tiang-tiang yang bersiku
ruang-ruang seperti terbagi dalam angan
sentong dan pringgitan menyatu di dalam
disimpul wuwung bergambar wajahmu
 
Dengan gebyok yang semakin licin
aku telusuri bayangmu, dari pendapa yang terbuka
hingga ruang dalam yang sejuk, mencari huruf
yang tersisa dari jemarimu, atau mimpimu
 
nanti, di kala rasa itu mendahaga
biarkan aku duduk di pawon yang tak selesai
agar keringat bahagiaku bisa diketahui
 


NUN, SEBUAH RUMAH (3)
 
Tamu datang silih berganti, membawa
umur dan rezeki, tahun-tahun berlalu tumpang
tindih, tak ada sejarah yang mencatatmu
 
Di gandok, yang bergerak ikut bermain
melompat dan menari, melambaikan
tangan, seperti menjawab panggilan
 
Tapi aku harus bergegas, mengemas
buncahan air, dan ceceran butir-butir padi
agar pawon tetap candradimuka
 
Di pojok rumah, sumur bersama pohon-
pohon menjaga dari kering dan panas
 
Ketika matahari berniat ngaso
rumah lumer bermandikan
percah-percah kehangatan
 
NUN, SEBUAH RUMAH (4)
 
Aku melihat anak-anak ikut bermain
main petak umpet, berlari dari pendapa
bersembunyi di balik bilik, tak ada tembok
 
Di longkangan, anak-anak berteriak
“ Ini bukan rumah untuk kami,
Ini rumah orang tua, tak ada tempat yang
asyik untuk menyuruk”
 
Aku pun menjelaskan,
“Semua telah dipikirkan matang-matang
Rumah ini untuk menjaga harga diri
ada batas-batas, tidak boleh ngawur”
 
Anak-anak bergegas, bemain di luar rumah
Di kuncung aku termangu
Melihat anak-anak lebih gembira
 
 
 
 
NUN, SEBUAH RUMAH (5)
 
Pada sebuah senja, aku menggambar
sebuah rumah, tempat anak-anak bermain
 
tak ada sekat, pohon dan tanaman bertumbuhan
kupu-kupu hilir mudik dan mainan itu
masih kau biarkan
 
sawah terbentang di samping kolam
dengan riang kecipak ikan, meloncat-loncat
menyatu dalam senda guraumu
 
ketika hari mereda, anak-anak tidak lagi bermain
anak-anak berkarya membangun rumah
masing-masing
dalam kerinduannya
sendiri-sendiri
 
Biarlah aku di sini, menunggumu
Rumah masa depanmu
 
 
Sleman, 10-1-22.



 
Tentang Penulis

Aprinus Salam pernah menulis puisi dan cerpen, tetapi sangat tidak produktif. Hijrah ke Yogyakarta Desember 1977, setelah lulus Sekolah Dasar di Riau,  hingga kini ia telah dan tetap bermukim di Yogya. Pada tahun 1992, ia menyelesaikan skripsi tentang  puisi, tahun 2002 menyelesaikan tesis juga tentang puisi, dan tahun 2010 menyelesaikan disertasi tentang prosa/novel Indonesia di UGM. Kini, ia menjadi staf pengajar FIB UGM. Pernah mendapat tugas sebagai Kepala Pusat Studi Kebudayaan dari 2013-2020, Konsultan Ahli di Dinas Kebudayaan Yogya (2014 dan 2015), dan anggota Senat Akademik UGM (2012-2017). Pada Januari 2021, ia menjadi Kaprodi Magister Sastra. Beberapa buku telah ditulisnya, antara lain Oposisi Sastra Sufi (2003), Biarkan Dia Mati (2003), Politik dan Budaya Kejahatan (2015), Kebudayaan Sebagai Tersangka (2016), Sastra, Negara, dan Politik (2019), Biokultural: Dari Fantasi Kerakyatan hingga Menolak Identitas (2020), Sosiologi Kehidupan: Fragmen-fragmen Teoretik (2020), dan Kesahalan dan Kejahatan dalam Berbahasa (2021). Untuk buku cerpen, ia menulis Keboji (2015); buku puisi, Mantra Bumi (2016), dan Suluk Bagimu Negeri (2017).


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top