Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-Puisi Suci Wulandari

0


AKU SEDIA

 

nona,

izinkan aku menyajikan harap

akan kutuang ke selembar kertas

dengan tinta darah yang merona

sebagai sumpah nyata seorang hamba

yang santun menyanyi di depan pusara

 

nona,

aku bawakan segenggam abu

dari rindu yang terbakar hangus

oleh asa yang mustahil tumbuh

waktu bahkan teramat mahal dan terus menjauh

hingga kau aku tak mampu berpadu

 

nona,

lama nian nona terlelap

begitu nyaman di dalam sana

benarkah kata pak tua?

terbaring tanpa nyawa membawa tenang

kalau benar begitu, aku menyusul saja

menebus liang lebih awal

asal di sebelahmu, aku sedia

 

Purwokerto, 9 Januari 2022

 

 



TUNGGU DI SITU

 

Ia bertaruh akan sesuatu

Menjulang tinggi menatap lalu

Saat putusan telah ketuk palu

Gemuruh memenuhi paru

Dan ragu menghadap kelu

 

Sepiring nasi teronggok meminta disuap

Secangkir kopi bergeming menunggu teguk

Kaki-kaki berpagutan mencari tenang

Lehernya kaku sebab ratusan kali menjenguk waktu

 

Ia tidak datang

Tersesat dalam labirin yang dibangun sendiri

Ia bahkan tidak beranjak

Terjerat masa yang tergulung kusut

 

Adinda,

Bukankah suaramu amat lantang kala itu

Menjerit sampai nyaris bisu

Mendaratkan marah dengan tergugu

 

Lihatlah,

Awan biru menatapmu malu

Menunggu waktu yang tak kunjung berjalan maju

 

Purwokerto, 8 Januari 2022

 

 

 

SORAI WANITA

 

apa yang terbaca

dari pipi yang merah merona

atau kilat mata yang menyala

dan bibir merah mengkilap

seorang wanita di tengah kota

 

rambutnya mengibas perlahan

warna warni kuku memanjakan mata

tapak sepatunya mengusik kucing jalanan

dilihatnya lamat-lamat

hendak ke mana kaki membawanya serta

 

apa yang terbaca

dari sorot mata teduh

di balik kacamata yang berembun

atau kibas kain lebar yang membalut

dari ujung kaki hingga ubun-ubun

seorang wanita di tengah kota

 

jemarinya mengurut bulir-bulir tasbih

dengan raut yang tersembunyi di balik helai kain

langkah kakinya mengikuti hembus angin

dibisikinya baik-baik

waktu tak akan berputar balik

 

apa yang terbaca

dari dua wanita di tengah kota

tentulah tak ada bedanya

semua mulia, seindah mutiara

tak layak direndahkan serta merta

apapun yang melekat padanya

 

Banyumas, 26 September 2021

 

 


 

KITA TAKKAN PERNAH TAHU

 

deru mobil terdengar di luar rumah

aku memejamkan mata segera

lamat-lamat cicak berdecak

kucing-kucing bergeming

 

langkah kaki mendekat ragu

berdirilah ia di depan pintu

khayal menjadi kesukaan manusia sepertiku

bahwa ia datang dengan segenggam rindu

 

satu dua menit menghilang

tetes kata membasahi mata

berjejer rapi dalam larik aksara

jerit menjelma kepingan suara

merambat pelan menusuk lorong hampa

 

ia bungkam dengan senyum

tak mengerti aku, atau tak mendengar aku

ia diam dengan tenang

tak mencari waktu, atau tak memiliki waktu

 

kataku,

ia rindu

ternyata cuma aku

 

kataku,

ia tak ragu

ternyata cuma mauku

 

kataku,

ia selalu

ternyata juga berlalu

 

malam itu,

aku menggemuruh

kalah dalam bertaruh

rasa takut itu masih berseru

seperti takdir, kita yang tulis

tapi untuk berpadu, kita takkan pernah tahu

 

Purwokerto, 26 Mei 2021


 

 


HUJAN DAN AKU

 

selama waktu terangkai riang, hari enggan beranjak pulang

tak peduli mendung yang diam-diam mengintai di balik terang

selayaknya kejutan yang datang tanpa aba-aba,

hujan datang mengguyur kering,

menjadikan pasang-pasang kaki berlarian tanpa arti

 

ada yang menatapnya marah,

ada yang memakinya lantang,

ada yang menatapnya sedih.

ada yang menyambut tersenyum,

dan ada yang memandangnya lugu, diam tanpa seorang pun tahu

 

adalah aku, yang memandangnya lugu, diam tanpa seorang pun tahu

ia turun membawa ribuan rintik, mengusung kisah yang pelik

ia datang membawa suara, deras mendera telinga

riuh berbenturan dengan tubuh

airnya membasahi kepala, lalu tergenang di dalam tempurung

mendidih dan menguap, mendobrak keluar namun sia-sia

 

adalah hujan, yang menimpaku tanpa ampun

menyembunyikan rahasia yang disampaikan waktu

menutup kebenaran yang dibisikkan angin

tetapi hujan adalah nyaman

ia tak hanya turun di lautan yang luas,

ia mengguyur sumur dan lembah tandus

yang kering kerontang tak terurus

 

Purwokerto, 21 Mei 2021




 

NANTI JUGA TUHAN KASIH KABAR

 

Kalau hidup ibarat ujian,

Maka berapa nilainya supaya lulus?

Haruskah jadi ahli matematika?

Atau jadi ahli kimia?

 

Kalau hidup seperti halang rintang,

Maka serumit apa jaring laba-labanya?

Apa harus belajar akrobat?

Atau dengan otot yang kuat?

 

Ah kamu mumeti!

Padahal gampang, kecil!

Jalan,

Pelan-pelan,

Rehat,

Lalu lanjutkan.

Jangan tanya sampai kapan

Nanti juga Tuhan kasih kabar

 

Banyumas, 30 September 2021

 

 

 


LAUT

 

apa kau tidak mendengarnya

debur ombak itu ramai sekali

seperti tawa riang anak-anak

bersahutan saling mengharmoni

 

apakah kau tidak melihatnya

daun-daun kering ikhlas berjatuhan

bersama angin menjelajah awang-awang

dan tabah menyentuh tanah

 

apakah kau tidak merasakannya

belai lembut angin memeluk tubuh

menyibak pelan derai kerudung

membawakannya padamu sekuntum harum

 

wahai,

aku ada

di balikmu

 

Purwokerto, 15 Januari 2022


 

 


PESAN DARI TUHAN

 

Kalau tak kunjung menemui usai

Barangkali kakimu masih harus menggapai

Jarak demi jarak yang terurai

Menapaki waktu yang kapan saja bisa memuai

 

Kalau tak juga menemui rehat

Barangkali waktumu amat bermanfaat

Dipelihara langkah dan wajah pucat

Diterpa angin yang mengusung kuat

 

Kalau tak diizinkan menemui malam

Seolah duniamu tak mengenal gelap terang

Maka tak apa, sayang

Waktumu tak hilang

Ia abadi, sebagai abdi sampai mati

 

Purwokerto, 19 November 2021




Tentang Penulis
 


Suci Wulandari, perempuan kelahiran Banyumas, 23 Mei 2000. Saat ini sedang menempuh pendidikan di UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto pada program studi PIAUD. Suci bergabung di Rumah Kreatif Wadas Kelir sejak Desember 2021. Suci sangat menyukai gambar dan sketsa, pernah menjadi juara 1 Workshop Watercolor Architectural Sketch di UKRI Bandung tahun 2019. Suci juga gemar menulis, salah satu puisinya tergabung dalam Antologi Puisi September Terik dari Ellunar Publisher, dan tulisan-tulisan lain masih bersarang di blog pribadinya di sumurkeringkuuu.blogspot.com. Selain itu, Suci juga beberapa kali mengunggah konten tarik suara, bisa dikunjungi di instagram @bolususulembangggg. Kesibukannya saat ini menjadi mahasiswa, tutor Bimbel Rumah Kreatif Wadas Kelir, dan freelancer editor buku.


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top