Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Cerpen Barrotut Taqiyyah

0


APA ARTI UANG TANPA KASIH SAYANG

 

Di sebuah desa hiduplah seorang remaja cantik, kaya, pintar bernama Laras. Tapi, dari itu semua hidupnya tidak puas akan kasih sayang orang tuanya. Dari kecil dia besar bersama sang nenek, sedangkan kedua orang tuanya  sibuk mencari uang di luar negeri. Ia menyadari orang tuanya kerja keras juga untuk kebutuhanya bersama sang nenek. Tapi, apakah orang tuanya lupa bahwa ada gadis cantik yang haus akan kasih sayangnya.

Pada suatu hari dia minta untuk dibuatkan sebuah rumah yang megah, bertingkat, dan bergaya rumah joglo. Dengan senang hati orang tuanya pun mengabulkan permintaanya karena apapun yang dimintanya bisa membuat ia bahagia akan dilakukan.

Setelah rumah yang diinginkanya berdiri kokoh dengan segala kegemegahanya, tapi ia tidak selalu tidur di dalamnya, karena selalu merasakan kesepian. Maka dari itu ia memilih untuk hidup di pondok pesantren sambil menyelesaikan sekolah menengahnya. Di pondok ia merasa terhibur karena memiliki teman yang bisa mengerti keadaanya dan teman-temanya pun sangat sayang padanya.

Singkat cerita, ia sudah lulus SMP dan berniat untuk mencari sekolah SMA yang berbasis Negeri. Tapi, sayang, keinginanya tersebut jadi dinomer duakan karena sekarang ia sakit, sakitnya cukup banyak dan butuh penanganan khusus oleh medis. Lambat laun, penyakitnya  banyak mengalami penyembuhan karena ia menjalani berbagai terapi bahkan sempat beberapa kali kemoterapi yang mengakibatkan sehelai demi sehelai rambut hitamnya meninggalkan kulit kepalanya. Tapi, ia tak pernah menampakkan rasa sakitnya kepada teman sebayanya karena ia tak mau dikasihani oleh teman-temanya. Ia bisa menunjukkan rasa sakitnya cuma pada nenek dan kedua orang tuanya. Sempat ia berkata

”Bu, pulang. Aku sakit.” Ujar Si Gadis.

“Kalau ibu pulang, siapa nanti yang akan membiayai pengobatanmu Nak?” Jawab Si Ibu.

“Aku mau ibu pulang!” Jawab Si Gadis sembari mematikan sambungan teleponnya.

Setelah terjadi percakapan singkat itu ia langsung menangis sesegukan, ia merasa yang dibutuhkan untuk saat ini hanyalah pelukan hangat orang tuanya, bukan uang ataupun semacamnya.

            Pada keesokan harinya ia meminta kepada orangtuanya untuk membelikan sebuah mobil. Ia  berfikir pada saat berobat jalan atau terapi yang biasa dilakukanya, tidak mungkin jika harus menyewa mobil orang lain, maka dari itu ia minta dibelikan mobil. Pada sore harinya, ia kelihatan begitu ceria seperti orang sehat pada umumnya. Ia berniat ingin naik kereta mini mengelilingi desa ditemani sepupunya, dengan senang hati sepupunya pun mengiyakan keinginannya.

Pada malam harinya, siapa yang menduga tiba-tiba penyakitnya kambuh begitu saja. Lantas  nenek dan pamanya langsung membawanya ke rumah sakit biasa ia berobat. Selama di perjalanan ia meronta-ronta kesakitan.

“Kenapa sakitnya begitu terasa, Ya Tuhan.” Ujar Si Gadis.

“Sabar Nak, sebentar lagi kita sampai.” Jawab sang nenek.

“Jika engkau mau potonglah saja tanganku ini, Ya Tuhan. Celetuk Si Gadis.

“Jangan bicara seperti itu!” Jawab tegas sang nenek

Ia tidak menjawabnya lagi, hanya suara tangisan yang keluar dari mulutnya. Sampai di rumah sakit ia langsung dibawa ke ruang ICU dan mendapatkan tindakan khusus. Waktu terus berjalan, sampai akhirnya sang dokter keluar dari ruang ICU dan mengatakan, “Keadaannya sudah membaik, anda membawa kesini dengan tepat waktu. Kata sang dokter.

“Syukurlah Dok kalau begitu. Jawab sang nenek.

“Baik, saya tinggal dulu. Jawab sang dokter singkat.

            Pada keesokan harinya ia dijenguk oleh kedua temannya semasa di pondok dulu. Awalnya ia tidak merasakan sakit apapun karena keasikan ngobrol. Tapi dengan tiba-tiba dadanya terasa sangat sakit, perutnya mual serasa ingin memuntahkan semua isi perutnya. Lalu ia bergegas ke kamar mandi dan yang ia muntahkan itu sebuah darah. Sontak kedua temannya begitu kaget dan tanpa pikir panjang salah satu dari mereka memanggil sang dokter. Kedua temannya disuruh menunggu di luar selama dokter memeriksanya. Semua muka terlihat sangat cemas, karena dokter yang menanganinya tak kunjung keluar dari ruangan.

Dan pada saat pintu ruang ICU terbuka sang dokter harus menyampaikan kabar tidak mengenakkan  kepada semua keluarga bahwa  Laras sudah meninggal dunia. Sontak semua keluarga menangis tersedu-sedu siapa yang menyangka seorang gadis yang selalu terlihat ceria kini sudah tak bernyawa. Pada saat itu juga sang nenek langsung memberi kabar orang tua Laras, bahwa Laras sudah meninggal. Sang ibu menangis sesegukan didalam telepon tersebut.

“Ya Tuhan. Mengapa engkau mengambil anakku secepat ini?” Kata sang ibu terbata-bata.

“Yang sabar Nak, mungkin ini sudah takdir." Jawab sang nenek sambil mengusap air mata.

Sesampainya semua keluarga beserta jenazah di rumah duka, ramai warga, teman, dan saudara jauh yang berkunjung. Terlihat lewat telepon genggam milik paman Laras sang ibu hanya menangis sesegukan melihat jenazah sang anak karena ia tidak bisa pulang pada saat itu juga karena cuaca sedang tidak baik-baik saja maka penerbangan ditiadakan.

Dua hari setelah kepergian Laras barulah mereka sampai di rumah pada pukul 9 malam dan tanpa pikir panjang mereka langsung bergegas ke makam Laras. Sesampainya mereka di makam Laras, air mata sudah tidak bisa ditahan lagi sang ibu langsung terduduk lemas di samping gundukan tanah yang masih basah dan berbau wangi.

“Maafkan ibu tidak bisa menemani disaat-saat terakhirmu, Nak.” Kata sang ibu dengan muka frustasinya.

“Menyesalpun sudah tidak ada artinya, Bu. Anak kita sudah tiada." Jawab sang ayah sambil mengusap punggung istrinya itu. Mereka berduapun hanya saling menangis di samping makam Laras.




                       Tentang Penulis









Barrotut Taqiyyah. Kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 17 Februari 2003. Mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Penulis dapat dihubungi melalui HP 08979022401 atau Email: barrotutqyh@gmail.com


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top