Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Cerpen Sri Nur Handayani

0

OBROLAN DI MEJA MAKAN

 

Sore itu, saat gerimis mulai membasahi dedaunan. Aku melihat ibuku mondar -  mandir keluar masuk rumah.

“Ibu sedang apa?. Tanyaku

Bapakmu sampai jam segini belum pulang, nak. Kemana dia?.”

 Oh iya Bu, Ani lupa. Bapak tadi bilang akan pulang malam karena Pak RT juga minta dipijit oleh bapak.”

Owalah nak, ibumu ini khawatir kok ya malah kamu lupa ngasih tahu ibu.”

Hehe.” Aku terkekeh sambil melanjutkan mengerjakan PR.

 

Pukul 8 malam Bapak sudah kembali ke rumah.  Ibu menyambut bapak dengan pertanyaan bernada kekhawatiran khas ibuku

Kok sampai malam, pak? Kata Ani, bapak ke rumah pak RT ya?.”

Iya, Bu. Tadi ketemu Pak RT dan beliau minta dipijit setelah bapak selesai memijat Kang Samsul.” Jawab Bapak sambil menyodorkan Kresek putih yang sedari tadi dipegangnya

Apa ini pak?.”

Makanan dari Pak RT, Bu. Ibu belum masak kan?.”

Belum, Pak. Lhawong tidak ada bahan apa-apa pak, beras juga habis.”

Alhamdulillah dikasih makanan sama Pak RT Bu, dan ini uang bisa untuk belanja besok.”

Ani, ayo makan nak.”

Baik Bu.” sahutku dari dalam kamar

aku keluar dan bergabung di meja makan bersama bapak dan ibu

makan yang banyak nak, ini ikan untuk Ani saja.”

buat bapak sama ibu saja, Ani makan telur ini saja Bu.”

makan, nduk biar kamu pintar dan nantinya bisa menjadi orang sukses. Jangan seperti bapak dan ibumu ini. tidak berpendidikan jadi ya begini nak, hidup seadanya. Kerja sebisanya bapak. Dari dulu ya begini-begini saja.”

Sudah pak, ayo makan. Ani besok juga harus sekolah.”

Kami makan dengan penerangan seadanya. Kami sudah sangat terbiasa dengan keadaan seperti ini. bukan karena tidak ada listrik di kampung kami melainkan karena keterbatasan biaya sehingga aliran listrik di rumah kami diputus oleh pihak yang bersangkutan.

Setelah makan. Aku pergi ke kamar tidur sedang bapak dan ibu masih mengobrol di meja makan. Aku mendengar jelas obrolan mereka karena memang ruang makan terletak di depan kamarku.

“Bu, tadi Pak RT bilang sama bapak, ada tawaran pekerjaan Bu, jadi kuli bangunan.

Adiknya Pak RT yang jadi pemborong itu butuh orang

di mana pak.”

Di kota Bu, kata Pak RT kalau bapak mau, nanti berangkat sama Kang Samsul juga.”

Jadi bapak mau merantau pak? Bapak kan belum pernah jadi kuli bangunan pak?.”

Kalau bapak ya tergantung bagaimana ibu saja, kalau ibu boleh ya bapak berangkat. Lho belum pernah jadi kuli bangunan gimana to Bu, bapak ini sebelum menikah sama ibu ya kerja jadi kuli bangunan, ikut sama adiknya pak RT itu. Bapak memutuskan untuk tidak merantau ya sejak neneknya Ani sering sakit-sakitan jadi bapak di rumah dan kerja seadanya Bu. Bapak jadi tukang pijat itu mulanya ya Kang Samsul itu, minta dipijit dan bilang, pijatanmu wenak lho kang Mad, gimana kalau kamu jadi tukang pijat saja kang, bisa buat tambah-tambahan penghasilan kang. Setelah itu bapak jadi tukang pijat dan menikah sama ibu itu.”

Owalah pak, lha ibu kok ya nggak tau, wong sudah 15 tahun menikah.”

Hahha Bu buuu.. ibu ini.”

Mereka terdengar tertawa bersama.

Jadi gimana Bu, boleh bapak merantau? Nanti bisa buat biaya sekolah Ani Bu, sebentar lagi dia  juga masuk SMA, butuh biaya banyak Bu.”

Kalau ibu sebenarnya berat pak, bapak nanti jauh dari keluarga, belum tahu keadaan di sana seperti apa. Tapi kalau dipikir-pikir lagi ya mau gimana pak, ngandelin uang dari ibu buruh nyuci sama hasil pijat ya cuma cukup buat makan sehari-hari, itu saja masih kurang pak.”

Jadi bapak merantau saja ya Bu? Besok bapak bilang ke Pak RT kalau bapak ikut merantau. Ibu tidak apa-apa kan di rumah sama Ani saja?.”

Tidak apa-apa pak, bapak di sana ya hati-hati.”

Iya Bu, ibu ini khawatir sekali, wong bapak dulu ya sering merantau.”

Itu kan sudah lama pak, waktu bapak masih muda, sekarang bapak sudah tua, apa-apa Bu apa-apa Bu, nanti di sana bapak mau bagaimana.”

Halah ibu ini, kok ya kayak anak muda saja, bapak ya bisa di sana Bu. Sudah, ibu jangan khawatir, yang penting ibu sama Ani baik-baik saja di sini, bapak di kota juga akan baik-baik saja. Ya sudah Bu, sudah larut besok pagi bapak mau ke rumah Pak RT dan minta tolong besok pagi siapkan barang-barang bapak ya Bu.”

Baik pak, mari kita tidur.”

 

Aku mendengarkan sambil menangis, bapak yang sudah kepala tiga mau berangkat merantau. Ah berat rasanya. Tapi aku tidak bisa membantu apapun. Aku hanya bisa bertekad harus lebih rajin belajar.

Bapak dan ibu selalu mengatakan padaku sejak masih kecil sampai sekarang aku kelas 3 SMP

“Nak, kamu harus rajin belajar dengan penerangan seadanya supaya kamu menjadi orang sukses dan nantinya kamu bisa mengangkat derajat keluarga kita. Kamu harus selalu semangat meskipun fasilitas belajarmu tidak seperti teman-temanmu yang lain. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari nak. Dalam hati aku selalu bertekad harus menjadi orang sukses agar nantinya orangtuaku tidak perlu merasakan susahnya hidup seperti sekarang ini.

 

 

 

 

Tentang Penulis

Sri Nur Handayani. Mahasiswa Prodi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Lahir di Jepara 08 Februari 2002. Tempat tinggal di Jepara, Jawa Tengah. Penulis dapat di hubungi melalui HP 081543337643 atau Email : srinurhandayani2002@gmail.com.


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top