Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Esai Lee, Choong Lee

0


BAIK LUAR MAUPUN DALAM PUISI YANG KURANG SOPAN

SERTA KOEKSISTENSI YANG HILANG

 

Oleh : Lee, Choong Lee (Alm.)

        Ada dua cara untuk menempuh kehidupan ini, yakni ketergantungan total pada buku serta ilmu pengetahuan dengan penggunaan otak, atau pertarungan secara terbuka dengan tubuh sendiri untuk menghadapinya. Puisi adalah pertarungan dengan tubuh sendiri menghadapi kehidupan. Karena puisi adalah sidik jari waktu yang mengangkat substansi kehidupan dengan tangan dan kaki penyairnya sendiri. Puisi serupa ini dapat bertemu di dalam waktu dan ruang di mana sering terjadi hal-hal tidak logis dan irasional hampir setiap hari. Setelah membaca puisi, perasaan harus menyentuh sesuatu sebagai ‘milik sendiri’. Puisi baru bangkit kembali sesaat setelah merasa keputusasaan mendalam dan kehancuran total. Di dalam puisi, dapat berpengalaman yakni dapat melihat sesuatu yang tidak terlihat, dapat mendengar sesuatu yang tiak terdengar. Dengan kata lain, di dalam puisi, aku dapat melihat dan mendengar sesuatu yang tidak dilihat atau didengar oleh orang lain. Penyair yang mengarang puisi serupa itu, dapat dikatakan, ia telah memasuki dan mengejar esensial obyeknya. Namun demikian, puisi bukan hanya tidak membatasi sampai tahap pengejaran esensial obayeknya tapi juga menafsirkan objeknya dengan pandangan baru. Melalui kenyataan daya khayal dapat membuat puisi berlandaskan penafsiran kembali dan rekonstruksi. Jalan ini merupakan jalan penyair yang sepi dan terisolasi. Kesepian itu dapat memekar daya khayal lebih megah lagi. Melalui proses itu, objek dikeluarkan dari kerangka pengetahuan umum. Dengan mata terbuka baru, bahasa yang tersimpan bermunculan dengan format puisi.

 

           Kapan dan di mana saja dalam kesunyian sehari-hari dapat menemukan lidah yang panas. Ketika suatu benda yang sama sekali tidak berarti, misalnya, serpihan salju yang pernah menjadi air atau uap, turun di atas tanah mempunyai luka sendiri. Kadang keindahan yang tidak mudah bahkan kasar memberikan perasaan intim. Adanya keindahan seperti itu di dunia ini, puisi juga mempunyai keindahannya. Kalau seseorang membuat puisi popular dengan sengaja dan mudah, sering terjatuh pada kesulitan. Karena puisi itu segera diubah menjadi romantisme realistis. Puisi sama sekali tidak diperbolehkan kompromi dengan kepekaan dan filsafat. Puisi bukan teks semiotik. Puisi adalah mahluk yang kontradiksi dan variabilitasi. Oleh karena itu, semakin meningkatnya keseksamaan bagi ekspresi, semakin mendekati kebenaran dan kebebasan. Puisi kita sudah lama tidak diubah sama sekali. Sementara, puisi baru yang dibuat dengan pandangan lain membawakan perasaan lain berkat adanya ketidakcocokan yang unik antara uniformitas dan perbedaan. Puisi menolak bahasa tapi akhirnya merekonsiliasi dengan bahasa. Puisi harus mewujudkan imaji internal sebagai kenyataan dan mengorganisir pikiran internal dengan kenyataan untuk mengelola kembali kehidupan sehari-hari. Organisir antara pikiran internal dengan kenyataan itu menunjukkan jalan pertemuan antara internal dan eksternal.

 

        Master Class telah menunjukkan berbagai ilmu pengetahuan kepada kita selama seabad lalu berlandaskan perasaannya. Ilmu pengetahuan itu yang penuh energi dan vitalitas memperlihatkan tanda simbolis dan kenyataan. Tetapi, dewasa ini penderitaan saja membawakan kesadaran terhadap realitas. Kalau seseorang hanya mengejar hasilnya tanpa mengikuti proses penderitaan alamiah, realitas segera diganti dengan ketenangan sementara. Metode untuk mempelajari simpati harus dilewati penderitaan sendiri. Siapa saja harus menanggulangi kesengsaraannya melawan arus tantangannya. Karena kebenaran dapat diperoleh melalui kesakitan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia modern tidak menghiraukan kesengsaraan orang lain akibat kelupaan komunilkasi penderitaan satu sama lain. Kesengsaraan adalah pengembus api untuk menguatkan kehidupannya. Umat manusia dalam kehidupan serupa itu selalu bermimpi dengan indah. Kenyataan sebenarnya hanya sekadar mimpi saja. Kita sering lupa, kehidupan adalah mimpi dan kematian adalah  pembangkitan. Misalnya, penundaan yang terus-menerus, ujungnya adalah cinta. Cinta diperlukan bukan hanya kepala tapi juga komunikasi tubuh sendiri. Puisi harus diciptakan dengan tangan, bukan kepala. Kalau tangannya berhenti, puisinya ditulis oleh telapak tangan sebagai penggantinya.

 

       Kehidupan adalah suatu proses untuk bermimpi ulang dalam khayalan. Dengan kata lain, kehidupan adalah imaji kematian. Imaji itu mendorong kehidupan kita. Dalam khayalan, kita terus mengulangi pengejaran ilusi untuk menempuh kehidupan. Tetapi, puisi tetap menolak ilusi yang membawakan harapan bagi kehidupan yang penuh susah payah. Hal yang paling berpatah hati adalah obor puisi semakin dipadamkan. Hasrat untuk menulis puisi baru muncul ketika penyair itu merasa hasutan untuk memecahkan kehidupan rutin yang bosan. Penyair hanya merasa puas ketika berhasil memperoleh puisi yang dinanti-nantikan. Oleh karena itu, hasrat penyairnya tidak kehilangan bahkan semakin serius. Kehausan akan menciptakan puisinya. Setelah menulis sebuah puisi, penyair mulai mendekati sebuah puisi lagi yang semakin jauh. Siapa pun akan menghadapi kehancuran total sesaat setelah mengerti kesalahannya selama ini. Ketidaksadaran yang mempunyai struktur gaya bahasa mengeluarkan significant melalui simpul dan mata rantai yang kehilangan. Significant simpul dalam ketidaksadaran adalah puisi. Oleh karenanya, penyair menulis puisi sambil mencari mata rantai penyambungan. Penyair terus membuat mata rantai penyambungan. Dengan kesimpulan, penyair yang belum siap simpul, selalu menghadapi kesusahannya.

 

        Puisi diciptakan dari kekosongan dan muncul dari akhiran yang tak dapat disentuhkan. Penyair harus membuka matanya terhadap dunia luar. Lukisan <The Cry> oleh Edvard Munch menggambarkan teriakan yang tidak terdengar di dalam spasi. Penyair mengisyaratkan kesadaran sosial melalui keindahan, mau tak mau memberikan segala sesuatunya seperti halnya ditarik oleh sihir. Konflik yang tak sengit, kehilangan perubahan dan penemuan keindahanya sama sekali tidak dapat mewujudkan hasil apapun. Kegilaan penyair, yakni dunia puisi yang penuh dengan segmentasi sendiri baru muncul dalam proses menegakkan diri sendiri sebagai objek utama. Sayang sekali, jumlah pemilik karakter intelektual semakin berkurang. Jumlah penjualan buku sastra, sejarah dan filsafat juga semakin berkurang. Seabad lalu, dunia sastra baru sampai setelah membaca dan mengerti buku Friedrich Nietzche dan James Joyce. Melalui hal-hal tersebut, penyair dilahirkan kembali dan berhasil menginjak puncaknya dalam kehidupan. Sementara itu, abad ini tetap membutuhkan puisi meskipun kondisi-kondisinya kurang cocok untuk menciptakan puisi. Kapan dan di nama saja, penyair dapat menanggulangi tekanan, tindasan dan kepalsuan.

 

        Zaman ini memaksakan penyair untuk menjadi orang kaya, tapi pemilikan kekayaan menimbulkan rasa malu dan rasa asing bagi penyair. Penyair selalu berusaha untuk mencari metaphor baru sambil mengejar struktur bahasa. Pencarian metaphor baru persis sama dengan penggambaran keadaan flora berlandaskan fosil terkait. Cara pendekatan penyair terhadap hakikat melalui fenomena hari ini dapat diterapkan untuk menganalisa imaji. Melalui imaji, penyair membuat arti di sela-sela spasi puisi yang memperlihatkan diskriminasi. Puisi dapat dikatakan sebagai teks dasar yang mencerminkan semangat zaman dan kesadaran sejarah. Sejumlah besar puisi dewasa ini telah mencapai posisi yang cukup tinggi baik segi kualitas maupun segi kuantitas. Tetapi, kita belum tahu secara mendasar arti dan keberadaan puisi. Penyair sebagai ahli alkimia harus membuat dan menciptakan metaphor yang hidup berlandaskan daya pemahaman terhadap segala hal terkait. Misalnya, puisi yang berjudul Rumput oleh penyair Kim, Su Young, menggambarkan rumput yang sangat berlainan dibandingkan dengan rumput yang telah berada. Dia berhasil merubah rumput sebagai objek utama yang spontan terlepas dari objek yang bersifat lemah dan sedih. Hal itu membangkitkan kembali metaphor yang telah mati menjadi metaphor yang hidup baru. Puisi harus memperlihatkan rasa sensitif. Puisi yang baik harus menyembunyikan sejumlah besar aliran baik di dalam waktu maupun di udara, menunjukkan koeksistensi yang bergaung berlandaskan ingatan tubuh penyair, terlepas dari puisi yang kurang sopan.

 

l  Kim, Su Young : penyair Korea Selatan (1921-1968)




뻔뻔한 시의 안팎 그리고 잃어버린 공존

 

故 이충이 시인


모든 것을 책과 지식에 의존한 채 머리로만 사는 방법과 삶의 정면에서 온몸으로 부딪히며 사는 방법이 있다. 시는 후자의 방법일 것이다. 왜냐하면 시는 자신의 손과 발로 삶의 실체를 건져 올리며 살아가는 시간의 지문이기 때문이다. 이러한 시는 비논리적이고 비합리적인 일들이 일상적으로 일어나는 시간과 공간에서 찾을 수 있다. 시를 읽고 난 다음 ‘이것이다’라는 느낌에 닿아야 한다. 절망이 깊었을 때나 더 이상 추락할 곳이 없다고 느꼈을 때 비로소 시는 살아난다. 시에서 보이지 않는 것을 보고 듣지 못하는 것을 듣는 체험은 남이 보지 못하는 것을 나만이 보고 남은 듣지 못하는 것을 나만이 듣는 것이다. 이런 시를 쓰는 시인은 사물의 본질추구에 들어선 것이다. 그렇다고 시는 사물의 본질추구에 한정되는 것이 아니라 사물을 새롭게 해석하는 데 있다. 상상력의 구체성을 통해 자유롭게 재해석하고 재구성한다. 이 길은 시인만이 쓸쓸하고 외롭게 가는 길이다. 외롭게 가야 상상력이 날개를 달고 꽃을 피운다. 이러한 과정을 통해서 사물이 상식의 틀을 깨고 걸어 나온다. 새롭게 보는 눈이 밝아진 까닭으로 내장된 언어가 시의 형식으로 터져 나오는 것이다.

 

언제 어디서나 일상의 침묵 속에서도 뜨거운 혓바닥이 있다. 물이었다가 수증기였다가 아무것도 아닌 눈송이도 땅에 떨어져 내리면 제 상처를 갖는다. 때로는 쉽지 않고 매끄럽지 않은 거친 아름다움이 친밀감을 줄 때도 있다. 이 세상에 이런 아름다움이 존재하기 때문에 시에서도 아름다움이 존재한다. 일부러 시를 쉽게 쓰거나 더욱이 대중시를 염두에 두면 함정에 빠지기 쉽다. 곧바로 현실적 낭만주의로 변질되고 말기 때문이다. 특히 시를 감성이나 철학 그리고 로망과 타협해서는 안 된다. 시는 기호화 된 텍스트가 아니다. 모순을 가지며 가변성을 지닌 생명체이다. 그래서 표현이 정확할수록 진실에 다가서며 자유로움을 얻을 수 있다. 오래도록 우리의 시는 아무것도 변하지 않았다. 그러나 새로운 시는 읽을 때 느낌이 달라진다. 동일성과 차이성의 절묘한 차이 때문이다. 시는 언어를 거부하면서 언어와 화해할 수밖에 없다. 그래서 내면적인 이미지를 현실화하고 내면적인 생각과 현실을 조합하여 일상을 재생해야 한다. 여기에서 내면적인 생각과 현실의 조합은 내부와 외부가 만나는 길을 의미한다.

 

우리에게 지난 세기 동안 느낌으로 가르쳤던 마스터클래스는 다양한 지식을 제시했다. 넘치는 에너지와 활력으로 상징적인 동시에 구체적이었다. 그러나 오늘날에는 다만 고통이 현실을 깨닫게 해주고 있다. 자연스런 고통의 과정은 없어지고 결과만을 손에 쥐려 할 때 현실은 순간의 안온함으로 휘발되고 만다. 연민을 배우는 방법은 자신의 고통을 통해서 뿐이다. 누구든 거슬러 올라가 자신의 고통을 겪어내야만 한다. 아픔을 통해서만 진실을 알기 때문이다. 자신이 타인에게 고통을 주는 것을 아무렇지 않게 생각하는 일상에서 현대인은 고통의 소통방법을 잊고 산다. 고통은 뜨거운 열로 삶을 단련시키는 풀무질이다. 인류는 이런 삶 가운데서 늘 꿈꾸기를 원했다. 실제 모든 게 꿈이다. 삶이 꿈이고 죽음이 깨어남이라는 걸 우리는 잊고 있다. 가령, 끝을 자꾸 미루는 것도 사랑이다. 사랑은 머리 뿐만 아니라 몸의 소통 또한 필요로 한다. 시 역시 머리가 아닌 손으로 써야한다. 손이 멈추었을 때는 손바닥으로 써야 한다.

 

삶은 환상 속에서 꿈꾸기를 거듭하는 과정이다. 결국 삶은 죽음의 이미지이다. 그 이미지가 우리를 살게 한다. 삶이란 환상 속에서 헛것을 짚으며 반복한다. 그러나 시는 헛것을 거부한다. 헛것을 짚는 한 우리는 고달프지만 한번쯤 살아볼 만하다. 가장 절망적인 것은 시의 불이 꺼져간다는 사실이다. 시를 쓰는 행위는 삶을 파괴하고 지루한 반복에서 벗어나고 싶은 충동을 느꼈을 때 일어난다. 시인은 살아가면서 막상 원하는 시를 얻었을 때 그저 순간을 만족할 뿐이다. 그래서 시를 얻었지만 간절함은 사라지지 않는다. 오히려 갈증이 더 커질 수 있다. 한 편의 시를 쓰면 다시 저만큼 물러서는 시를 향해 가고 또 간다. 누구나 마찬가지지만 우리는 그동안 얼마나 잘못했는지를 깨닫게 되는 순간 모든 것이 끝장나고 만다. 언어처럼 구조되어 있는 무의식은 잃어버린 매듭과 그 고리의 기표로 표출된다. 무의식 속 고리의 기표는 시이다. 그래서 시를 쓴다. 그 다음 접속하면서 연결고리를 찾는다. 다른 대상을 기다리면서 동시에 그것들과 고리를 만든다. 매듭이 없는 시인은 고달프다.

 

시는 아무것도 없는 데서 만들어내는 것이다. 또한 닿을 수 없는 데 있기 때문에 생겨난다. 세상과 사물에 눈을 떠야 한다. 뭉크의 <외침>은 들리지 않는 소리를 공간 안에 절묘하게 그려낸다. 시인은 아름다움을 통해 사회의식을 암시한다. 어쩔 수 없는 마술적 끌림에 모든 것을 바친다. 갈등이 치열하지 못하다 거나 반전과 발견의 아름다움을 놓치면 아무것도 이루어지지 않는다. 모든 시인들의 광기,  자기 분열적인 시세계는 자신이 주체로 서기 위한 과정에서 나온다. 세상에 지적 성격의 소유자가 줄어들고 있다. 문사철文史哲 서적의 판매가 줄고 있다. 지난 세기까지 니체와 제임스 조이스의 작품을 섭렵하고 도달하는 세계가 문학이었다. 이것을 통해 시로 자신을 재탄생 시키는 것이 삶의 극치였다. 한편으로 시의 길이가 어느 때보다 요구되는 세기이다. 어느 시대이건 시의 조건은 탐탁하지 않았다. 어느 시대나 어느 때나 힘과 압제와 거짓을 극복할 수 있는 사람은 시인 뿐이었다.

 

시인은 부자가 되기를 강요하는 이 시대에 ‘갖는다’는 것이 부끄럽고 낯설다. 시인은 시를 통해 언어구조를 밝히며 새로운 메타포를 찾는다. 메타포를 찾는 것은 화석을 통해 당시 식물군의 양상을 그리는 것과 같다. 시인이 오늘의 현상을 통해 본질에 접근하는 방법은 이미지의 분석에 그대로 적용된다. 이미지를 통해 시인은 역차별을 드러내는 의미를 행간에 만든다. 시는 당대의 시대정신이나 역사의식을 판독케 하는 가장 기본적인 텍스트이다. 오늘의 시, 일부 오늘의 시는 상당한 수준에 이른 것은 분명하다. 그러나 시에 대해 잘 알고 있다고 여기다 가도 막상 시가 무엇인가라는 질문을 받으면 아무것도 모른다는 사실을 깨닫게 된다. 연금술사인 시인은 살아있는 메타포를 만들어내야 한다. 이것은 사물의 속성을 발견해내는 통찰력이 남다를 때 가능하다. 예를 들어 김수영의 「풀」은 기존에 인식된 ‘풀’과는 다르게 묘사되었다. 그 당시 ‘풀’은 핍박 받는 민중을 서러운 존재에서 자발적인 의지를 가진 주체로 탈바꿈 시켰다. 이것은 시에서 죽은 메타포가 새로운 메타포로 태어나는 순간이다. 시에는 마음의 미세한 느낌까지 묻어나야 한다. 이즈음의 시는 무수한 시공간의 흐름이 숨겨져 있기에 몸의 기억을 통해 풍경과 마음이 여러 겹으로 겹치는 지점에서 뻔뻔한 시가 아닌 감동하고 공명하는 공존의 시로 나타나야 한다.





Profil Penulis

Lee Choong Lee (Alm.), Pendiri Majalah Sastra Triwulan Korea Siwa Sanmun (Puisi dan Prosa). Lahir 25 Desember 1943 di kota Mokpo, Provinsi Jeolla Selatan, Korea. Meninggal dunia pada 29 Juni 2020. Sejak 1953 tinggal di Gochang, Provinsi Jeolla Selatan. Mendapat penghargaan puisi “Amanat Musim Semi” dari “Kesusastraan Bulanan” tahun 1984, menerima reputasi baik, baik segi lirik maupun segi imaji simpati dengan kata-kata yang mudah dipahami. Antologi yang menyertakan namanya, antara lain: Orang Pendahuluan Ditinggalkan Menjadi Cahaya (1986), Bintang yang Berbaring di Sungai Petang (1988), Siapa Saja Menanyakan, Orang yang Dirindukan (1990), Tangan yang Bersih (1996), Menanam Cahaya (1999). Dan buku kumpulan puisi terpilihnya berjudul Berat Rembulan (1990). Menerima Hadiah Sastra Yun Dong JU ke-2 (1986), Hadiah Penyair Liberalisasi ke-5 (1990), Hadiah Penyair Hijau Pertama (1997), Hadiah Sastra Agama Kristen ke-19 (2001). Mendirikan Majalah Sastra Triwulan “Siwa Sanmun” (Puisi dan Prosa) dan bekerja sebagai penerbit dan redaktur, berusaha keras untuk meningkatkan dan meluaskan pandangan pembaca terhadap dunia sastra.




[시인 소개]

故 이충이 시인 : 1943 12 25일 목포시 산정동에서 출생 ( 2020 6 29일 소천) 1953년 이후 고창읍 읍내리에서 성장했다. 1984년 『월간문학』에 시「춘련」이 당선되어 등단했으며 투명한 서정과 공감적 이미지를 알기 쉬운 언어로 표현해냈다는 평가를 받았다시집으로 1986년『먼저 가는 자 빛으로 남고』, 1988년『저녁강에 누운 별』, 1990년『누가 물어도 그리운 사람』, 1996년『깨끗한 손』, 1999년『빛의 파종』이 있으며 시선집으로 1990년『달의 무게』가 있다. 1986년 제 2회 윤동주 문학상, 1990년 제 5회 자유시인상, 1997년 제 1회 녹색시인상, 2001년 제 19회 한국 기독교 문학상을 수상했고 문학전문지 계간 『시와 산문』의 발행인 겸 편집인으로 독자의 문학적 수준을 향상시키는데 일조하고자 노력하셨다.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top