Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi H.M. Nasruddin Anshoriy Ch.

0



 GALIH GAHARU

 

Menjadi santri di bukit kapur ini

Kakek tua itu sedang bercakap-cakap dengan pohon gaharu

 

Di rerimbunan dzikir ini

Jalan setapak menuju puncak hanyalah cinta

Kerikil dan batu tak lekang mengamini doa

 

Menjadi bayi di hutan ini

Kakek tua itu sedang menyusu bulan purnama

Malam dan kelam tak sanggup menyelimuti jiwanya

Sebab cahaya memancar terang dari butir-butir tasbihnya

 

Di tempat ini semua makhluk sedang mengaji

Pada rimba yang renta

Pada petani yang tumpul cangkulnya

Ladang kesabaran yang merindukan tegur-sapa

Agar tiba saatnya menjadi khalifah

 

Berguru pada kakek tua itu

Air mataku jatuh sepadat permata

Menghunjam ke bumi dalam kemilau surga

 

Gus Nas Jogja, 22 Agustus 2021




 

BACALAH

 

Bacalah suara hati yang tertulis tanpa aksara

Butiran sunyi yang mengurung diri

Kata-kata di seberang kata-kata

Aksara di luar aksara

Doa di dalam doa

 

Mencari akar nalar di belukar mawar

Tanamlah satu suku kata pada senyap kalbu

 

Belailah angin

Dan berjanjilah untuk selalu bertemu

Galilah mata air

Dan bersabarlah hingga menyatu

 

Setetes atau sesamudera

Simpanlah sebagai rahasia

 

Gus Nas Jogja, 22 Agustus 2021




 

YANG PALING SUNYI

 

Yang paling sunyi di negeri ini adalah puisi

Di pasar loak kata-kata

Yang terbeli hanya janji

Langit batinku sunyi

Meneteskan air mata di dalam diri

 

Yang paling sunyi di kota ini adalah puisi

Pohon-pohon aksara digergaji

Banjir lumpur tutur-kata membawa nyeri

 

Yang paling sunyi di dalam diri adalah puisi

Cinta yang remuk diterkam mimpi

Mati sebelum mati

 

Gus Nas Jogja, 22 Agustus 2021


 



ASMAK PENJINAK COVID

 

Bismillah langit

Bismillah bumi

Bismillah hidup

Bismillah mati

 

Inna Anna Amanna

Asmak langit kusebut

Asmak bumi kusambut

La Tahzan

La Tahzan

La Tahzan

 

Tiada penyakit yang sanggup menggigit

Sebab Tuhan yang Maha Mengobati

Telah mengutus malaikat penyembuh

Innanā āmannā!

Inna Anna Amanna

 

Virus di langit

Virus di bumi

Semuanya sirna 

Atas Kuasa Allah Ta'ala

Semuanya mati 

Atas Kehendak Ilahy

Dengan ikhtiar Asmak Tolak-balak ini

 

Rabbana Asrif’ Anna ‘adhaba Jahannama

Inna Adhaba Kana Gharamaan 

Innaha Sa’at Mustaqaraan wa Mu’qama

Lindungi kami, Duh Gusti, dari bara siksa api neraka!

 

Pandemi ini adalah panen raya kami

Karena dzalim pada diri sendiri

Wabah ini menggila karena kegilaan kami

 

Duh Gusti

Sehatkanlah jiwa-raga kami

Cerahkan kemanusiaan kami

Waraskan akal sehat kami

Jauhkan kami dari tipudaya untuk merusak bumi

Jauhkan kami dari matirasa jiwa dan melalaikan langit

Jauhkan kami dari menodai kesucian hati

 

Bismillah 

Niat ingsun tapa-brata

Nawaitu taubat nasuha

Kutulis mantra ini 

Asmak Penjinak Covid

Tabib Agung Langit dan Bumi

 

Innanā āmannā!

Innanā āmannā!

Inna Anna Amanna

La Takhof!  La Tahzan! 

 

Suwuk segala suwuk 

Asmak segala asmak

Rahasia ruh dan rasa

Darah-daging iman dan ilmu

Menyatu

Maujud

Menyembuhkan 

 

A'udzubillahi minasysyaithonirrojim

Hanya atas ijin dan kuasa Allah

Asmak ini pengusir kafir pageblug

Asmak ini pengobat tingkat makrifat

Asmak ini vaksin penyembuh iman 

Asmak ini vaksin pengobat rasa aman

 

Innanā āmannā!

Sluman slumun slamet

Asmak datang Covid hilang

Lailaha illa Allah

Muhammad Rasulullah

 

Gus Nas Jogja, 28 Agustus 2021

 

 

 



SUWUK PAGEBLUG

 

Di antara Kaf dan Nun

Kubiarkan nafasku mengaji hidup

Kuniatkan suwuk ini mengeja masa depan

 

Kusingkirkan ronta dzakarku

Kupanahkan dzikir ke palang pintu

 

Niat ingsun urip

Nawaitu udu klungsu

Wabah Pandemi segera berlalu

 

Dengan lidi kuusir Pandemi

Dalam lidi kuhembuskan vaksin Ilahi

 

Pageblug ini mewartakan maklumat bumi

Betapa pentingnya manusia bermawas diri

Tersebab pestisida meracuni semesta

Tersebab polusi mengirim jelaga ke dalam jiwa

 

Niat ingsun urip

Nawaitu udu klungsu

 

Dalam banjir bandang kegelisahan 

Dalam badai fitnah dan cerca antar sesama

Dalam gempa korupsi dan kemunafikan yang menghancurkan negara

Pagebluk adalah jawaban alam untuk kita semua

 

Niat ingsun urip

Nawaitu udu klungsu

 

Dengan mengucap senyap 

Suwuk Pageblug kutembangkan di hening kalbu

Beribu-ribu lidi

Berjuta-juta lidi

Bermilyar-milyar lidi

Kuikat dalam niat dan tekad 

Menjadi sapu jagat pembersih pandemi

Pengusir duka-lara

 

Kusebut kullu syai'

Kusebut kullu syai'

Kusebut kullu syai'

Kullu syaiin halikun illa Wajhah

 

Dengan meminjam nafas Nabi Khidzir

Dengan mengembalikan nafas hutan dan nafas bermilyar pohonan

Dengan mengutuhkan kembali nafas kemanusiaan 

Atas izin dan kuasa Sang Maha Segala

 

Dengan suwuh pagebluk ini kulangitkan doaku:

Sembuhlah!

Sembuhlah! 

Sembuhlah! 

Wahai seluruh anak-cucu Adam!

 

Gus Nas Jogja, 26 Agustus 2021




 

AMANGKURAT I

 

Api siapa yang terus menyala di sini

Antara Plered dan Kerto

Membakar sejarah 

Mendidihkan darah

Kebencian dan fitnah terkubur di sini

 

Di tepi sungai Opak

Titik temu antara luka dan doa

Aku mendaki Bukit Permoni

Berdiri tegak di puncak 

Kuziarahi masa lalu

 

Jejak Raden Mas Rangsang membentang

Nafas Sultan Agung mengapung dalam kidungku

Jalan berliku bertabur paku

 

Membaca sidik jari Raden Sayyidin

Mataku terkubur debu

Takdir yang getir

Prasasti memahatnya 

Dengan fakir dan pandir 

 

Bagaimana bisa

Sejarah dimutilasi

Kebenaran disuntik mati

Tanpa ada yang pernah peduli?

Di telapak kaki De Graaf

Raden Sayyidin dijadikan alas kaki

Ditulis dengan amis darah dan bau bangkai

 

Enam ribu ulama dibantai

Di alun-alun Plered

Bangkai Ratu Malang dipeluk dan ditiduri

Empat hari lamanya 

Semuanya dicatat menjadi sejarah

Dengan sumber fitnah 

Dan konon katanya

 

Dalam ketiak Ricklefs

Sejarah tak butuh bukti

Tak perlu data dengan teliti

Arkeologi dan literasi 

Tak penting jadi referensi 

 

Bagaimana bisa

Istana membisu

Kraton sepi tanpa suara 

Saat leluhurnya dihina

Direndahkan serendah-rendahnya?

Bagaimana bisa para sejarawan membisu

Atau mengamini kejahatan sejarah ini? 

 

De Graaf dan Ricklefs

Adalah daftar hitam dalam tajam penaku

Sejarawan gadungan yang bukan siapa-siapa

Tapi seringkali dianggap dewa

 

Amangkurat I sudah berkalang rindu

Ia hijrah dari Plered

Agar darah tak tumpah 

Dalam suluk dan khalwat

Ia mangkat seharum bunga

Lalu terbaring Sidoarum

Berserah pada Sang Pencipta 

 

Gus Nas Jogja, 12 September 2021





DI BAWAH SUMPAH

 

Di bawah sumpah

Kusiangi sejarah masa lalu 

Para pemuda yang tak hanya bertutur-kata

Tapi menyalakan api di puncak puisi

 

Ketika penjajah hanya bisa menista

Kaum pribumi dianggap debu dan diinjak di alas kaki

Para pemuda tak perlu saling bertanya 

Agamamu apa

Sukumu apa dan darimana

Kulit manggis atau gula Jawa

 

Di bawah sumpah

Para pemuda mendidihkan jati diri 

"Torang bisa!" teriak mereka yang dari Papua

"Kitorang samua basudara!" pekik pemuda Manado

Sedangkan pemuda Aceh memekikkan takbir

Penuda Bugis dan Batak mengepalkan tinjunya ke cakrawala 

 

Jong Jawa

Jong Borneo 

Jong Sunda

Jong Celebes

Semua berbaris rapi

 

Sebelum Sumpah Pemuda ditulis

Sebelum Sumpah Pemuda diucapkan

Mereka telah berbaris menjadi pagar betis

Bagi Nusa dan Bangsa

Bagi Bahasa Pemersatu

Indonesia 

 

Di bawah sumpah

Kini aku hanya bisa tengadah

Menatap marwah yang gundah

Indonesia yang mencari makna

 

Gus Nas Jogja, 28 Oktober 2021

 

 



HUTAN TUBAN

 

Ziarah ke makam Sunan Bonang pagi ini 

Kutembus rimba dzikir dalam duka mengalir 

Hening dan bisu membiru pada lingkar bibirku 

 

Rindu masa lalu mengerati degub jantungku

Kudengar suara gamelan sayup-sayup

Ditimpa adzan subuh yang kian menjauh

Meraut ratap senyapku

 

Mataku berkaca-kaca mengiringi terbit matahari 

Menyaksikan rimba yang porak-poranda

Tanah tandus dan kemarau jiwa

Pagi buta ini seakan jumawa

 

Kusebut nama Tuhan di hutan Tuban

Gemuruh tasbih tunas-tunas pohon Jati

Mendesis dan mendesah di antara gemalau doa

 

Kucari bening embun di hutan ini 

Kuntum kemuning dan kelopak bunga randu menyapaku

Menyuapkan sepincuk sepi dalam jihad dan munajatku

 

Gus Nas Jogja, 22 Oktober 2021




 

JUM'ATKU

 

Jum'atku adalah rindu

Kujulurkan jejaring jala sutera

Menjadi tenun shalawat 

Ikatan tali kelembutan

Mengikat rindu pada Muhammadku

 

Jum'atku adalah cahaya 

Plasenta tali pusar cinta dan rindu

Pengikat lahir dan batin

Senarai seloka dan gurindamku

 

Telah kusyairkan cakrawala 

Dengan syiar kesiur doa

Tadarusku berlinang air mata

Mata puisi tujuh samudera 

 

Jum'atku adalah gapura 

Gemetar istighfarku

Tempatku membuka gerbang takdir

Gerimis tangis dan hujan lebat makrifatku

 

Jum'atku adalah telaga

Kau dan aku berendam dalam doa

Bertukar takbir dalam sulaman salam selama-lamanya

 

Jum'atku adalah jimatku!

 

Gus Nas Jogja, 29 Oktober 2021





Tentang Penulis


H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.

 

Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

 

Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.



Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top