Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Cerpen Sofiatun Eksa Saputri

0


HANDPHONE KESAYANGANKU

 

“Brug!”

Jantung Yuna berdegup kencang setelah mendengar bunyi kaki itu. Sekitar jam 4 pagi Yuna pergi keluar kamarnya untuk melihat keadaan di luar asramanya karena terdengar suara kaki. Baru membuka pintu Yuna langsung dibuat kaget karena ada seorang laki-laki sedang berdiri di depan jendela asramanya seperti sedang mengintai. Spontan Yuna berteriak. Pria itu berjalan ke arah gerbang kemudian memanjat gerbang dan lari. Tubuh Yuna membeku tidak bisa bergerak sama sekali.

Mendengar teriakan dari Yuna, teman-teman Yuna terbangun dari tidurnya dan menghampiri Yuna.

“Ada apa Yuna kenapa kamu berteriak? apa yang terjadi?” Tanya Laras teman sekamar Yuna.

“I-itu tadi ada laki-laki di depan jendela kita”. Jawab Yuna.

“Hah! yang bener Yuna, kamu salah lihat mungkin”.

“Engga! aku jelas-jelas melihatnya dia sekarang sudah pergi naik gerbang itu”. Jawab Yuna.
Laras kemudian menghubungi pengurus asrama mengenai kejadian pagi itu. Setelah kejadian itu warga asrama diharapkan untuk berhati-hati dan selalu waspada. Setelah sebulan, kejadian itu seperti sudah tidak dipikirkan lagi oleh warga asrama. Mereka sudah tidak merasa khawatir lagi.
Pagi itu Yuna mengikuti kegiatan rutin berupa kerja bakti di area asramanya. Sebelum berangkat ia meng-charger handphone-nya dengan harapan setelah pulang baterainya sudah terisi penuh. Ia tidak merasakan firasat buruk hari itu, bahkan ia mengikuti kegiatan itu tanpa rasa malas seperti
biasanya.

Setelah kegiatan selesai dia langsung pulang dan masuk kamarnya. Di kamar berkumpul teman-temannya yang lain. Namun dia tidak merasa aneh karena memang hari-hari biasanya juga seperti itu. Ketika dia datang salah satu temannya bertanya padanya.

“Kau naruh hpmu di mana?” tanya temannya.

Yuna menganggap pertanyaan itu seperti sebuah candaan, dia mengira temannya ini menyembunyikan handphone-nya karena di tempat dia men-charger handphone-nya hanya tersisa chargernya saja, handphone-nya tidak ada.

“Ah... pasti kamu yang sembunyikan hpku, mana hpku tadi ku-charger di sini”.

Mendengar jawaban dari Yuna temannya ini tampak kaget dengan kenyataan bahwa hp Yuna hilang.

“Tidak, aku tidak menyembunyikannya aku datang ke sini hanya tersisa chargernya saja”. jawab temannya. Yuna yang tidak percaya dan masih menganggap itu candaan malah meledek temannya sambil tertawa.

“Yang benerr... kamu itu sering jahil ke aku jadi aku ga percaya, mana hpku cepat aku mau pakai nih”.

Kemudian salah satu pengurus asrama mendatang, “Yuna kamu tenang dulu ya jangan panik, handphone milikmu, Laras dan Kirana tidak ada ketika pulang dari kegiatan tadi, kami dari pengurus sedang mencoba untuk mencarinya sekarang”.

Mendengar itu badan Yuna langsung lemas, dia terduduk di lantai dan melihat kedua temannya dan handphone-nya yang hilang menjadi terlihat sangat pucat. Yuna tidak bisa merasa tenang, bagaimana kalau hpnya benar benar hilang untuk selamanya? Bagaimana dia memberi tahu orang tuanya di rumah bahwa hpnya hilang?  Pertanyaan itu terus muncul di kepalanya. Yuna sedih handphone-nya hilang tapi dia lebih sedih lagi mengingat kedua orang tuanya harus mengeluarkan uang untuk membeli handphone untuknya, ia merasa menambah beban kedua orang tuanya.
Pihak pengurus membantu melacak hpnya, ketika dilacak posisinya sangat dekat dengan asrama namun ketika didatangi handphone itu tidak ada. Yuna curiga dengan pria yang dia lihat sebulan lalu. Namun tidak ada yang bisa dia lakukan walaupun dia mencurigai pria itu. Dia tidak tahu identitasnya dan di asramanya tidak ada CCTV. Kini Yuna hanya bisa pasrah. Handphone-nya hilang bak ditelan bumi. Tidak ada kemungkinan ia bisa kembali. Semua momen yang Yuna abadikan bersama keluarga, teman juga hilang bersama dengan handphone kesayangannya. Semua file penting untuk kuliah Yuna pun juga hilang.

Mengetahui hal itu Yuna tidak tahan lagi. Ia meminjam hp temanya dan menghubungi Ayahnya. Ia video call dengan Ayahnya, ia mencoba menahan tangisnya tapi tidak bisa. Ia memberi tahu Ayahnya sambil menangis.

“Ayah handphone-ku diambil orang, Yah, huhu....” ucapnya sambil menangis. Ayahnya tampak kaget dengan hal itu namun Ayah mencoba menenangkan Yuna.

“Yasudah sayang nggak papa nanti Ayah bilang ke Ibu nanti adek pulang dulu ya ke rumah, bisa kan sayang? sudah gapapa jangan nangis lagi ya”. ucap Ayahnya.

Yuna hanya bisa mengangguk lesu dan mengakhiri teleponnya.

Setelah salat dhuhur Yuna dijemput Ayahnya untuk pulang. Baru melihat Ayahnya Yuna langsung menangis. Ayahnya mencoba menengkannya lagi. Selama perjalanan Yuna menangis sampai ke rumah. Di rumah ketika melihat Ibunya Yuna langsung meminta maaf.

“Ibu Yuna minta maaf ya Bu, Yuna ceroboh sekarang handphone Yuna hilang, Ibu harus beli lagi, keluar uang lagi, Yuna cuma bisa nambah beban Ibu saja”. ucap Yuna sambil menangis.

“Ya Allah Yuna tidak apa-apa sayang, melihat kamu nangis sampai seperti ini Ibu malah jadi sedih, Ibu ngga marah Yuna, Ibu malah khawatir kasihan sama kamu handphone lagi dipakai untuk kuliah malah hilang nanti bagaimana kamu sekolahnya, nanti habis ini kamu mandi siap-siap ya beli handphone sama tantemu”. Jawab Ibu Yuna.

Mendengarnya Yuna malah jadi tambah menangis, pasti Ibunya mengusahakan mencari uang untuk handphone barunya, tanpa Yuna tahu bagaimana usahanya entah meminjam saudara atau menggunakan uang tabungan yang Ibu punya.

“Ibu langsung beli apa sudah ada uangnya? Kalau saja hpku tidak hilang pasti uang itu bisa dipakai untuk keperluan Ibu yang lebih penting. Maaf ya, Bu”. Jawab Yuna. Yuna tidak bisa berhenti menangis, matanya sudah sangat sembab dan berat untuk membuka matanya.

“Nggapapa sayang, uang itu urusan Ibu sama Ayah kamu ngga perlu memikirkan itu, namanya musibah siapa yang tahu, kalau boleh diminta pasti kamu tidak mau itu terjadi kan, handphone itu berarti bukan rezeki kamu, sekarang dijadikan pelajaran lebih berhati hati, jaga barang barang kamu di sana ya? Sudah tidak apa-apa jangan nangis lagi, ah”. Jawab Ibunya.
Yuna mandi sambil mencoba berhenti untuk menangis. Ia masih memikirkan handphone-nya yang hilang. Ia juga merasa bersalah kepada tantenya karena handphone itu adalah pemberian darinya.

Singkat cerita Yuna dan tantenya pergi membeli handphone. Dalam perjalanan pulang Yuna meminta maaf kepada tantenya karena telah menghilangkan handphone pemberiannya.

“Te, maafin Yuna ya, Yuna ngga amanah menjaga barang pemberian dari Tante." ucap Yuna.

“Iya nggapapa lain kali hati-hati, sekarang sudah beli yang baru jadi yang sudah hilang jangan dipikirkan, nanti kamu nangis terus malah sakit gara-gara memikirkan handphone, nanti Ibumu sedih terus keluar uang lagi malah untuk memeriksakan kamu, jadi sekarang yang sudah ya sudah diikhlaskan ya." ucap Tantenya dengan lembut.

Yuna hanya bisa mengangguk lesu. Walaupun sekarang sudah ada gantinya Yuna tetap berharap handphone lamanya kembali walaupun itu mustahil. Kenangan dalam handphone itu sangat banyak. Handphone itu bagaikan saksi bisu perjalanan Yuna. Perjuangan Yuna masuk kuliah, foto Yuna dan teman-temannya ketika SMA, Yuna bersama keluarganya dan lainnya semua ada di situ. Namun Yuna mencoba mengikhlaskan seperti yang Ibunya bilang mungkin itu bukan rezekinya. Dari pengalaman yang sudah dilalui Yuna untuk pertama kalinya adalah selalu berhati-berhati, jangan ceroboh dan harus mencoba ikhlas dengan apa yang sudah terjadi, selalu berbaik sangka kepada Allah atas apa yang terjadi karena apa yang Allah tetapkan untuk kita pasti itu yang terbaik.

 




Tentang Penulis

Penulis bernama lengkap Sofiatun Eksa Saputri. Tempat lahir di Banyumas 18 Juli 2003. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia adalah alumnui SMK Negeri 1 Purwokerto jurusan Perkantoran. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Alamat lengkap Karang Tengah, Baturraden RT 03/06 Banyumas, Jawa Tengah.  Kontak Handphone : 085763881497.


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top