Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi H.M. Nasruddin Anshoriy Ch.

0


DOA PAGEBLUG

 

Tuhanku

Hari ini kami tengadah menadah seluruh jiwa

Memohon padaMu meredakan amarah bumi yang telah lama kami zalimi

Amarah Alam Semesta yang telah bertahun-tahun kami siksa

Dengan hati merunduk merindu welas asihMu

 

Hamba yang berlumur lalai dan lupa bersyukur ini

Sepantasnya diuji dengan cinta 

Agar nalar mekar mewangi

Agar iman tertanam indah di taman hati

 

Semua nestapa ini buah dari kerakusan kami

Kemaruk pada bumi

Serakah segala-galanya mengeruk alam raya

Kami habiskan pohon-pohon untuk digergaji

Kami habisi sawah-ladang dengan racun pestisida

Betapa lengkap kepongahan kami

 

Tuhanku

Pageblug ini menyantap jutaan nyawa

Bahkan nyawa orang-orang terdekat yang kami cintai

Belahan jiwa kami dijemput pergi oleh Pandemi

 

Doa-doa yang kami panjatkan

Munajat langit yang kami jeritkan

Menyatu dengan raung sirine di jalanan

Ambulans yang lalu-lalang mewartakan kematian

 

Tuhanku

Oksigen melimpah yang telah lama Engkau sediakan

Lewat pohon-pohon yang ditanam sebelum kami dilahirkan

Hanya tinggal satu dua yang tersisa

Selebihnya dibabat habis si angkara murka 

 

Kini kami kalang-kabut mencarinya

Oksigen dalam tabung besi yang kian mahal harganya 

Sementara nafas kian tersengal menghirup jelaga

 

Tuhanku

Engkaulah Sang Maha Vaksin itu

Kuatkan iman kami agar imun di raga terjaga

Iman yang akan menjadikan aman dalam hidup dan mati kami

Iman yang mengamini doa-doa sederhana ini 

 

Pageblug ini menyayat hati

Kuatkan kesabaran kami dari kecengengan ini

Sesudah sekian lama takabur dan kufur pada nikmat rahmatMu

Jangan biarkan jiwa dan raga kami hancur

Oleh comberan dan residu yang selalu terhidang di piring kami

Dan kami santap dengan lahap setiap hari

 

Dengan mengamini doa-doa Maulana Rumi

Munajat pujangga yang begitu arif menemukan jiwa sejati 

Kami tawakkalkan hidup dan mati kami

Dengan ikhtiar Al Jabbar dan Ibnu Sina

Mencari sumber penyakit lalu menyembuhkannya

 

Dengan menziarahi Abunawas

Kami terus mencari cara untuk mengusir Corona

Sebab sebagai sesama makhlukMu

Corona bukan Yang Maha Kuasa

 

Hanya kepadaMu kami berdoa

Meminta untuk membinasakan Corona

Hanya dengan Makrifat Alif saja

 

Tuhanku

Rahmati kami pencerahaan jiwa ini

Sebagaimana Sunan Kalijaga mengucap tembang 

Kidung Rumekso Ing Wengi

Atau Mantra Ajisaka 

dalam syair Hanacaraka

 

Tuhanku

Kami telah takabur tak henti-henti

Jumawa tiada terkira

Menjadikan harta dan tahta sebagai berhala

Menjadikan orang-orang miskin sebagai alas kaki

 

Tuhanku

Segala puji dan puja kami hanya padaMu

Hilangkanlah dosa karatan di hidup kami 

Bersihkan sampah kata dan akal busuk di diri kami

Sisakan nikmat taubat di ujung maut kami

MenghadapMu dengan cinta abadi

Dengan senyum berseri

 

 

Gus Nas, Jogja, 15 Juli 2021




 

SULUK NUR MUHAMMAD

 

Di mihrab Lauhil Mahfud 

kujumpai Adam dan Hawa

Akulah setetes sperma 

yang terombang-ambing 

di lautan takdir 

Sang Maha Perkasa

 

Sebelum bertapa di gua garba 

Bapakku

Sebelum tafakur di rahim  rindu 

Ibuku

Telah kubaca Alastu 

dalam syahadat sempurna 

di palung kalbu

 

Alastu Birobbikum

menggelegar di cakrawala

Alastu Birobbikum 

menggemuruh dalam gelombang 

tujuh samudera

Dengan lantang kuucap: 

QulNA balaa SyahidNA!

 

Ziarah di Lauhil Mahfud 

telah mengantarkan makrifatku 

di puncak cahaya

Pada kelopak Arsy 

kulihat mekar harum 

Nur Muhammad

Cahaya di atas Cahaya 

gemerlapan 

dimana-mana

 

Di tempat ini air dan api 

tak pernah berseteru

Di tempat ini langit dan bumi 

menjadi satu

Di tempat ini 

telah bersemayam puisi rindu

 

Menziarahi Alifbata 

Hakikat Cinta 

Kutemukan Kun 

di relung jantung

Kun mengucap 

pada lidahku

Fayakun  menjelma 

dalam deru darahku

 

Kutatap kembali Alastu 

dengan sujudku

Keningku remuk

Kuucap kembali Alastu

Hatiku tunduk

 

Inikah suluk cahaya 

pada sisa usiaku? 

Kupeluk erat Hisab dan Mizan 

hingga di relung kalbu

 

Ya Rabb, 

QulNa balaa SyahidNA

bebaskan aku 

dari pongah dan tipu!

 

 

Gus NaS, Jogja, 31 Maret 2021

Menjelang Gerbang Ramadlan 1442 H


 

 

 

RUBAIYAT KIAMAT

 

/1/

Dengan mengucap Bismillah

Rubaiyat ini kutulus di bening kalbu

Bertabur di cakrawala

Menyemerbak di dalam rindu

 

/2/

Al Qori'ah berdiri gagah 

Tuhan berfirman pada manusia dan seluruh makhluknya

Apakah kiamat hanya isapan jempol belaka?

Apakah bencana cuma hiasan bibir semata?

 

/3/

Mal Qori'ah

Apakah hari kiamat itu 

Apakah kiamat itu semacam pesta

Apakah hari kiamat itu masih menyisakan sepatah kata?

Ataukah dunia binasa tanpa menyisakan Izrail sang pencabut nyawa?

 

/4/

Wama Adrokamal Qori'ah

Tahukah aku apa makna kiamat itu?

Tahukah engkau kapan kiamat tiba?

Tahukan kita dimana kiamat itu kini berada?

 

/5/

Yaumayakununnasukalfarosyilmabtsutsus

Hari kiamat itu manusia seperti serangga di atas kobaran api

Jiwa manusia porak-poranda tak tentu rimba

Raga manusia tercerai-berai antara daging dan tulang-belulangnya

 

/6/

Watakunuljibalukal 'ihnil manfus

Manakala gunung-gunung seperti taburan debu

Ketika alam seketika berkubang lumpur jelaga

Tatkala bumi remuk dan langit ambruk tanpa tiang penyangga

 

/7/

Faammantsaqolat Mawaazinuh

Lalu tampaklah mizan keabadian

Neraca akal budi yang adil tiada terperi

Saat amal kebaikan ditimbang dan pahala menjelma cahaya

 

/8/

Fahuwafii'isyatirrodhiyah

Saat manusia berakhlak mulia disemayamkan di singgasana

Ketika iman ditampakkan seperti kilau permata

Manakala budi-pekerti menjadi zamrud dan rubi

 

/9/

Waammamankhoffat Mawazinuh

Dan orang-orang yang tanpa bekal kebaikan dalam hidupnya

Manusia-manusia pemuja berhala 

Makhluk penuh penuh keculasan dan kebencian itu akan memanen amal buruknya

 

/10/

Faummuhu Hawiyah

Tempat terburuk bernama neraka

Seburuk-buruk bencana sesudah kematian tiba

Sehina-hina penjara dan kerak kebusukan tiada hingga

 

/11/

Wamaa Adrokamal Hawiyah

Tahukan kita apakah neraka bernama Hawiyah itu

Tahukah aku orang-orang seperti apa yang akan menjadi penghuninya?

Tahukah engkau manusia penuh jumawa yang akan kekal di dalamnya?

 

/12/

Naarunhamiyah

Ibu segala api yang menyala tiada henti

Yang cipratan panasnya melelehkan tempurung kepala dan seisinya

Yang jilatannya mendidihkan gunung-gunung es dimanapun berada

 

 

Gus Nas, Jogja, 20 Januari 2021





Tentang Penulis


H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.

 

Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

 

Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top