Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Suminto A. Sayuti

0


“JAGA SI BUNGSU JUGA CUCU”

 

kita cuma buih. bisikmu lirih.

                                                dulu.

kurang dari 500 hari lalu.

kini cuma sedih. juga pilu.

ketika bisikmu kembali singgah.

ketika jiwaku taklagi tengadah.

 

“jaga si bungsu. juga cucu”,

bisikmu lagi, “aku ada, di relung jiwa.”

 

betapa panjang lorong menujumu.

 

 


 

LORONG-LORONG

 

Lorong-lorong kampus Qujing Normal University

musim semi. pearl river. hijau rumputan.

cuma dingin. angin sepoi

 

(aku jadi ingat kamu. dingin kaliurang. ngarai merapi. kali kuning. kopi klothok pentingsari)

 

gadis-gadis belajar bahasa. kata-kata bunga dan bisik pohonan. di bangku-bangku taman. bersama daun dan angin. ada hasrat dan kepingin

 

(aku jadi ingat kamu. belajar menabuh gamelan.

di pendapa terbuka. bersama rafa, kaka, dan tya.

walau kini engkau sudah di surga)

 

seulas salam dalam bahasa berbeda.

membangun tegur-sapa antarbangsa. segelas teh hijau terhidang di meja. hangat tanpa gula. serupa hidupku. penuh gelora. tapi tawar dan hambar. serupa akar kehilangan tempat buat menjalar

 

(aku selalu ingat kamu. sejak mula, di awal tujuh lima. hingga hari-hari berangkat tua. dan kamu dijemput sang mahapunya)

 

 


 

BETAPA MAWAR RASANYA RINDU

 

kelebat bayangmu masuk ke ruang dalam.

lalu cintamu yang cempaka mekar kembali.

perlahan tapi pasti. membawa cahaya.

menyela-nyela kelam.

 

seperti bisikmu, kutulis kembali betapa

mawar rasanya rindu. betapa melati

kehendak untuk ketemu.

 

sebaris lagi, istriku, sebaris lagi.

sebelum malam menutup hari.

jangan keburu pergi. sebelum puisi ini jadi.

 

 


 

MENJAGA CAHAYA

 

di bawah redup cahaya lampu kamarku,

engkau hadir. lalu serat-serat hidup pun kautenun. sehelai permadani takdir engkau gelar.

angin pun mengayun-ayun. berkabar.

 

aku tahu. engkaulah yang menjaga

lampu kamarku yang redup. agar tetap hidup

dan bercahaya. ya, engkaulah pemenang

kehidupan. yang menolak diberi piala.

tapi selalu setia menjaga cahaya. lewat salam

                                                dan doa-doa.

 

 


 

YANG TUMBUH LIAR

 

bunga-bunga yang dulu kautanam.

kini sudah bermekaran. taklagi di halaman depan.

tapi di taman paling dalam. aroma melati melapisi dinding hati. kanan dan kiri. harum mawar terbakar di rongga-rongga dada. adalah pagar bagi jiwa yang dahaga. jiwa yang kehilangan cinta.

 

pada batas antara tidur dan jaga.

selalu saja engkau melintas. dengan kata-kata

dan senyum kenanga. kaugamit lenganku.

berjalan menapaki pematang-pematang masa lalu. menyiangi rumputan dan perdu. yang tumbuh liar menyela-nyela.

 

 


 

ISTRIKU… ISTRIKU…

 

istriku, ini dupa akan kuapikan semua.

mengasapi angkasa. biar akar berdebar.

daun-daun hingar. dan batang pohon

pun gelisah. menunggu rebah.

 

istriku, ini bunga akan kutebarkan semua.

biar harum baunya rindu. biar gamelan

jiwa tetap bertalu.

 

istriku, baris-baris cinta ini akan

kubaca semua. biar kumandang jiwa

melintasi benua dan samudra.

 

 


 

CUMA KATA, DALAM ADA

 

saat tandang, angin pun lengang.

cuma buih, sisa gelombang.

cuma isak. sisa gigil semalam.

ketika engkau takjua datang.

 

di beranda waktu, aku menunggu.

engkau jauh, takkunjung terengkuh.

sisanya cuma huruf. cuma kata.

dalam ada, engkau tiada.

dan menyapa. lalu air mata dan doa.

 

 


 

YANG TERSISA CUMA KENANGAN

 

hanya seperti ini, istriku.

ingatanku kembali.

ketika kita berlatih berserah diri.

berbagi dingin malam jazirah.

ketika kita berada di pusat arah.

kita bergandeng tangan. berangkulan.

menempuh lintasan.

menapaki lingkaran demi lingkaran.

dengan mulut takhenti.

dalam gumam panjang.

ayat-ayat cinta pun mengawang.

 

istriku, hari-hari seperti kini.

yang tersisa cuma kenangan.

bayangmu yang selalu meruang.

di setiap siang mencapai tepian.

dan senja pun merapat.

melengkapkan malam.

gusti, izinkan senyum pada

langit dan bumi.

 

istriku. dampingi.

 



 

KELANA YANG TAKLAGI SENDIRI

 

bersama angin kita tapaki lembah

demi lembah. tanpa gelisah dan keluh kesah. rimbun daun-daun menjadi payung. batang pun gunung. menjulang menggapai ketinggian. menembus langit bersama jiwa yang sakit. debar akar-akar. irama jiwa

yang berdenyar. engkau pun bidadari

yang turun senja hari. mengajakku mandi

di telaga putri.

 

aku pun kelana yang taklagi sendiri. selendangmu kusimpan rapi di rumah puisi. larik-lariknya kubaca setiap purnama. bersama anak cucu di tengah pendapa. adalah penawar rindu bagi nenek dan ibu. cengkerama ada dalam tiada. tiada dalam ada. kita pun bahagia.

 



 

KETIKA JARI-JARIKU MENERJEMAHKAN RINDU KE DALAM JARI-JARIMU

 

sepotong cahaya jatuh.

ketika senja belum lagi jauh.

ada kelam tapi bukan malam.

ada benderang tapi bukan siang.

inilah dua sukma dari dua jagat.

begitu jauh sekaligus sangat dekat.

                        cuma satu urat.

mencoba menerjemahkan cinta.

dalam satu makna.

 

batas-batas pun lepas. satu demi satu.

sekat-sekat pun terbuka. satu demi satu.

ketika jari-jariku menerjemahkan rindu.

ke dalam jari-jarimu. ketika engah napasmu

yang dalam. berlabuh di danau dadaku.

ada kalam menapaki lorong malam.

ada benderang menaburi jalan impian.

 

jarak kita begitu dekat. cuma satu urat.

aku pun tetap sabar menanti saat.



 


Tentang Penulis


SUMINTO A. SAYUTI lahir di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Oktober 1956. Pada dekade 1970-an saat tergabung dengan komunitas Persada Studi Klub Yogyakarta, namanya tidak pernah absen dalam forum-forum diskusi sastra maupun pementasan-pementasan puisi dan teater. Di kalangan seniman Yogyakarta, Suminto dikenal sebagai pemuda “bengal” yang tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat. Proses kreatifnya dimulai dari kegemarannya membaca dan menulis sejak kecil. Semakin tersihir oleh dunia sastra sejak masuk Yogyakarta sekitar 1974. Sejak bergabung dengan komunitas Malioboro, mulailah ia menancapkan kukunya di dunia sastra. Penulis yang Guru Besar UNY ini, juga menggeluti seni karawitan dan menggagas serta pengurus Masyarakat Karawitan Jawa. Ratusan karya lahir darinya, baik berupa makalah, diktat, buku, kumpulan puisi, cerpen, esai sastra, dan sebagainya.

 

Daftar ini hanya memuat sebagian karya Suminto A. Sayuti :

  • Kumpulan Sajak Malam Tamansari
  • Resepsi Sastra
  • Intertekstualitas: Pemandu Pengkajian Sastra
  • Ensiklopedia Sastra Indonesia
  • Evaluasi Teks Sastra (2000, terjemahan The Evaluation of Literary Texts karya Rien T. Segers)
  • Semerbak Sajak (2000)
  • Berkenalan dengan Prosa Fiksi (2000)
  • Berkenalan dengan Puisi (2002)

 

Penghargaan :

  • Kedaulatan Rakyat Award, Bidang Kebudayaan (2005)
  • Anugerah Sastra Yayasan Sastra Yogyakarta (2014)

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top