Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi M. Irfan Hidayatullah

0


 

YANG HARUSNYA DIGUYUR HUJAN

 


Yang diguyur hujan harusnya kepalakepala mengepul di depan gawaigawai panas itu. Mereka yang memproduksi kebencian sambil makan cemilan; mereka yang mengarak perdebatan di medsos sambil tergelak; mereka yang mencari uang dari mengarangngarang kesalahan; mereka yang sudah takpunya urat malu dan... Ah sudahlah...

 

Yang diguyur hujan harusnya kepalakepala mengepul di depan gawaigawai panas itu. Bukan, bukan hanya untuk mendinginkan otak mereka, tapi biar kerontang dan tandus kemanusiaan di sana terguyur air dari langit yang akan menumbuhkan akarakar di tanah fitrah mereka yang tlah retak dan sengit.

 

Ya, Tuhan.. Seharian Engkau telah menguyur kami dengan rahmat-Mu. Seharian pula kami berselimut sambil menyaksikan hirukpikuk diri sendiri...

 

Derwati, 8/2/21


 



YANG BELUM DITUNAIKAN BUKAN SEKADAR JANJI

 


Janjijanji yang belum ditunaikan adalah air mata pada doa mohon panjang usia. Misteri adalah dirimu sendiri yang sering sombong karena kekuasaan. Dan kefanaan adalah fiksi yang setengah kau percayai. Bukankah setiap hari bisa diciptakan cerita baru untuk harapan baru untuk menutupi janji lama? Gumam itu salah satu denting pada hirukpikuk sukmamu.

 

Janjijanji yang belum ditunaikan adalah air mata pada doa mohon panjang usia. Pada jarum panjang waktu ada yang terseretseret sambil tertunduk lesu. Sudahlah, jalani saja bersama kegelisahan itu. Setidaknya ada air mata yang jadi saksi sedetik penyesalanmu.

 

(hanya jika sadar dia mengganti musik hingar di headset itu dengan surat Al-Ashr)

 

Derwati, 10/2 /21


 


 

YANG TAKPUNYA DAYA ITU TAKJUB

 


Yang takpunya daya itu takjub melihat hujan di balik kaca jendela. Dan dia takmampu menghitung sesuatu di atau dari sana. Tempias yang bening, haru yang hening, indah yang denting.

 

Yang takpunya daya itu takjub melihat hujan di balik kaca jendela. Tubuh lelahnya lungkah hampir ambruk ke tanah. Pertanyaan adalah hujam yang takhenti jatuh di aspalaspal mendengus setelah  seharian ditimpa matari. Hanya sehela napas segala kan hempas?

 

(Dia takberani melihat kalender saat sadar bahwa usia bisa usai kapan saja)

 

Boscha, 18/02/21


 

 


YANG MENGGIGILKAN SUBUH ADALAH DOA DARI SUDUT SESAL

 


Takada penyesalan abadi, gumamnya. Hanya saja, ia sedang merasakan sayatan  tipis pisau do(s)a di sekujur jiwa. Namun, tetap, takada penyesalan abadi, pungkasnya. Ia seka perih terakhir yang sebentar lagi meleleh di sudut mata.

 

Subuh yang menggigil ia peluk dengan segenap upaya. Ia bangkit menuju jendela dan membiarkan dirinya menelusup pada poripori kesegaran; pada daun pada embun pada remang yang ngungun.

 

(beberapa getar dari gawai yang ia simpan di meja kerja menandai dimulainya pertarungan itu)

 

Derwati, 19/02 /21

 


 

 

 

YANG TERDUDUK DI POJOK HENING

 


Adakah hening bisa menghibur gundah?

Bagaimanakah cara hening berujar mendedah?

Apakah wujud hening seperti suwung pada mata saat terpejam pasrah?

Bisakah ia dipeluk saat jiwa terlampau lelah?

Mungkinkah ia bergelayut pada gegulir air mata sebelum pecah basah?

Atau serupa lapat dedoa ibu yang bersungkur pada sajadah?

 

(Yang terduduk di pojok hening adalah kau yang diserbu bising pertanyaan taksudahsudah)

 

Eyckman, 27/02/21

 

 

 

 

 

YANG MENGHITUNG DESIR DIRI DI DASAR HARI

 


Motor yang dilajukencangkannya menembus hujan

menemani zikir sore sang pengelana.

Yang basah hanya semesta; bibirnya tetap kering di antara lafaz kesadaran

Ooh, jarak... kau rentangkan sedemikian rupa syariat dari hakikat

 

Jiwa yang menungganginya tidak di situ

Ia bertamasya pada artefak dosadosa yang serupa perangkap lubang jalanan diselimuti genangan

Ooh, jebak...kau hanya bisa diindra oleh makrifat rodaroda jiwa yang menyatu dasar kefanaan.

 

(perjalanan jauh tak dirasakannya karena ia sedang melakukan perjalanan dalam)

 

Derwati, 8/03/21

 



 

YANG TAKBISA BERUBAH KARENA TAKMAU BERUBAH

 


Ini perihal aku bukan orang lain

Ini perihal waktu dan segala keputusan batin

Ini perihal perilaku dan manajemen segala yang mungkin

Ini perihal sikap dan pergulatan yakin takyakin

Ini perihal lupa yang membuatmu semakin

Ini perihal sajak bukan mainmain.

 

1 April 2021


 

 

 

YANG TERTUNDUK MENDENGAR SAJAK DIBACAKAN

 


Bukan, bukan kau yang menembuskan makna,

tapi semesta. Dan kini

ada yang tertunduk dibebani berlapislapis ingatan.

Pada sebuah bangku berdebu di trotoar jalan ibu kota ia merapal Doa.

 

Bukan, bukan karena seperangkat bom yang disembunyikan di balik jaket kebodohan ia bergetar

tapi oleh secuplik nelangsa.

Bangsaku oh, Bangsaku.. Terdengarkah sajak Rendra, Chairil, Taufiq, Mustofa Bisri, dan Amir Hamzah dizikirkan dedaun jatuh?

 

Kebayoran Baru, 2/4/21 


 

 


YANG TERSUMPAL WAKTU TERSEDAK MAKNA

 


Napas tersenggal itu ia rasakan benar

Kematian dan kepahaman serentak menjalar

Pada degup satusatu jantung tersenggal menuju kelar

ia tetiba melihat lanskap yang menenggelamkan kabar

tentang esok, diri, dan harapan yang pudar

 

(Pada dinding gawai kulukis mural untuk otakku yang begitu berkuasa dengan kalkulasi untung rugi dan presisi prediksi melalui survaisurvai suarasuara pendukungpendukung yang penuh loyalitas pembenaran sehingga....)

 

Derwati, 8/9/21


 



Tentang Penulis

 

M. Irfan Hidayatullah adalah seorang di Prodi Sastra Indonesia Unpad. Buku kumpulan puisi yang sudah diterbitkannya adalah Perjalanan yang Bulan (Pustaka Latifa, 2007), Reriak Jiwa (Qua Wacana, 2015), Ada Titik Menari Samar Sekali (Balatin Press, 2018), dan Mendaras/Kompisisi/Senja (Yayasan Mata Pelajar Indonesia, 2022).


Irfan bisa dihubungi di berbagai platform media sosial: @hidayatullahirf (twitter), @hidayatullahirfan (FB dan IG), @mirfanhidayatullah (Tiktok), M.Irfan Hidayatullah (youtube), dan di laman pribadinya www.irfanhidayatullah.com. Hp. 081395133301

 

 

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top