Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Mataya Sutiragen

0


IKHWAL KECEMASAN MASSAL

  

Nonton televisi. Mendengarkan radio. Menguping obrolan warga di Pos Ronda. Mengikuti pengajian mingguan—semua sama—menebar berita tentang wabah corona yang datang secara tiba-tiba, seperti tumbuhnya rumput di beranda tak terduga. Dadadada berdegup kencang. Bahkan, diri ini pun menjadi takut kala mendengar suara napas sendiri. Semua berubah:

Absurd

 

2020  

 





GULUNGAN INGATAN

 

Teringat One Orlet yang menulis syair: “Mati tak pernah cuti!” Tuhanku adakah wabah corona ini seperti thaun di zaman rasul? Jika mati tak pernah cuti, lantas apa fungsinya wabah corona di zaman kesempurnaan agama ini? O, Tuhanku—bukankah kematian itu di tiap detik ada? Wahai Yang Maha Hakim; jadikanlah corona sebagai jampi penawar yang bisa menghentikan ragam maksiat sebelum napas berhenti dalam menghidupi

Mimpi

 

2020 


 

 



SAJAK DARI RUANG TAMU

 

Mengamati taplak meja motif jati, bertilam debu sudah. Ruang tamu yang menjadi sepi pengunjung, malas juga membersihkan tapestri. Ini semua efek samping dari wabah corona. Mahluk ini seperti Tuhan yang tak bisa terlihat oleh kasat mata, tapi memberikan efek yang berbeda. Wabah corona seperti hantu yang datang membawa segudang kecemasan lakunya diri. Sementara sabda Tuhan seperti petuah ibu yang pasti menuju jalan abadi, tapi kerap diacuhkan diri

Pribadi.

 

2020


 

 



MELENGKAPI PENGEMBARAAN

 

 

Hujan deras di pangkal senja. Suami mematung di tepi jendela. Siapa yang bisa membaca pasti selain orang serumah? Tuhan tahu secara pasti keadaan kami, tapi gaduh perut tak bisa diajak kompromi. Mengais dulu maka makan, tapi mengais rezeki kini dibatasi ragam peraturan. Dimana segalanya bermula dari kedatangan tamu yang tak terlihat kasat mata, bernama corona. Ucapanku tajam pada suami tak berharap kejam menikam, tapi waktu menjelma jari-jari kuasa mencengkram kita semua dalam rimba perbincangan mata. Hujan menjadi pagar tertinggi dalam mengabdi. Kita adalah dua warna dalam sangkar perjuangan—merajut makna bahasa di manakah cahaya dalam

Kaca?

 

2020 


 

 



SAAT KAU TERTIDUR PULAS

 

Memandangmu, garis-garis tipis di pelipis matamu berpilin menjadi sumbu umurmu sebelum disulut waktu menuju rumah abadi. Dalam renung yang melewati ingatan yang memanjang: renik hujan melewati bermacam percakapan—menangkarkan gelisah hutan perawan yang mengerlip dalam ritus doa hingga gugurnya daun hatiku amat terasa beda dengan kemarin. Disebalik detik yang tak letih memetik waktu, melewati sembilan purnama lebih sepuluh hari—tangis pertama bunga mata pecah di pucuk malam. Di atas samping batik ada segumpal daging, laju kau cuci bersih laju menguburkannya. Jejak ingatan itu bukanlah sekadar impian yang berhasil dibekukan wabah corona, tapi kini kami kesulitan untuk merawat bunga mata dalam 

Asupan

 

2020


 



 

METAFORA CORONA

 

Mengamini doamu aku kenang kepak burung yang terbang ke utara. Persuaan jejak kerap tak terduga, seperti nadi dalam raga—berdenyut—bagai rajah yang digumamkan para pemabuk. Senyummu itu seolah memeluk ini tubuh. Tajam sinar matamu membentang pandang peta-peta yang berserakan sebagai kemulyaan—mula segala memuja Tuhan. Aku mengamini doa jadi antrean panjang yang kelak dibacaNya. Bercermin pada motif tapestri, kita tak ubahnya serat warna-warna yang berserak menjadi helai-helai benang, mampu menyatukan yang berderai-derai. Wabah corona jadi jembatan keledai bersama dalam kembali pada jalan 

Tuhan

 

2021


 




ROMANTISME CORONA

 

Iman Soleh berslogan: “Rakyat membantu rakyat” dan sejak dahulu Mang Ohle punya slogan: “Dari rakyat untuk rakyat oleh rakyat.” Membaca riak gelombang resah, sudah saatnya bergerak: “Lebih cepat lebih baik!” ucap Jusuf Kalla. Wabah corona memetakan banyak sudut pandang. Janganlah lupa berdoa serta sematkan gambar hati di dada, bukan semata lencana melainkan hidup harus punya cinta untuk sesama. Tuhan membaca 

Kita

 

2021

 


 



KETIKA SEMUA MEMBACA

 

Wabah corona menyulam ribuan cerita yang saling terikat dengan ragam benang merahnya. Benarkah musababnya wabah corona itu bisa ada—hasil dari konspirasi dunia dalam permainan kapitalis? Ya, tidak ada yang salah dalam persepsi, tetapi ketika narasi menjamur menjadi berita hoaks, siapakah yang harus dipersalahkan? Sebab sebuah persepsi tak bisa dipersalahkan mutlak, seperti hidup dan matinya ulat di dalam kepompong yang menjadi 

Enigma

 

2021

 




 

PENGUKIR SEJARAH BARU

 

Wabah corona itu mampu membuncahkan ragam napas sejarah, satu demi satu ladang rezeki gulung tikar. Meski saban pagi fajar memberi hangat, tapi kematian ragam impian kian berkibar di segala penjuru. Ya, segala sesuatunya jadi abu, seperti kayu yang dihanguskan api. Namun abu dari kayu bisa menjadi pupuk, di satu detik kedepan mampu menghidupkan lalu menghidupi mimpi-mimpi diri dalam rawat cinta pasca menanam. Ya, engkaulah pengukir sejarah baru, wahai wabah

Corona

 

2021

 


 



SAJAK HIJAU

 

Jangan bersedih kawan, sebab maut selalu datang menjemput meski tanpa wabah corona. Kematian merupakan takdir mutlak bagi semua makhluk yang bernyawa. Bersedihlah untuk diri dari pagi hingga malam sudah berapa bekal yang mampu dipersiapkan pribadi? Kau tahu, segudang tanya tak selamanya jadi solusi untuk menemukan muara abadi, tapi istikamah jalan mutlak menjadi 

Cahaya

 

2021





Tentang Penulis


Mataya Sutiragen adalah nama pena dari Syifa Siti Sofia. Lahir di Tasikmalaya 14 Mei 1995. Lulusan dari Universitas Siliwangi Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Semasa kuliah sempat aktif di Sanggar Sastra Tasik. Kini, sebagai pengajar pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 9 Tasikmalaya. Puisi-puisinya sempat tersebar di beberapa media lokal dan nasional. Seperti Surat Kabar Priangan, Radar Tasikmalaya, Pikiran Rakyat dan Jurnal Sajak Edisi 9 Kini, Esok, Kemarin. Juga dalam antologi bersama dengan judul MENANAM PUISI (Langgam Pustaka:2016), PUANDEMIK (JBS & Puandemikmenulis: Juli 2021). 


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top