Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Rina Ratih

0


NIKMATMU


Fabi’ayyi ‘Ala’i Rabbikuma Tukadhdhibani

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

Ya Allah,

Tidak ada satupun nikmatmu yang kau dustakan

Karena aku telah kau beri nafas kehidupan

Karena aku lahir sebagai perempuan


Fabi’ayyi ‘Ala’i Rabbikuma Tukadhdhibani

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

Ya Allah,

Tidak ada satupun nikmatmu yang kau dustakan

Karena aku telah kau beri makna cinta

Sedalam samudra sepanjang usia


Kau beri petunjuk jalan hidupku yang lempang

Kau beri aku perahu tuk berlayar menuju lautan

Kau beri aku kekasih hati yang seiman

Maka tiada alasan bagiku untuk berpaling darimu

Menyebut namamu di setiap waktuku

Mengingat namamu di setiap helaan nafasku

Mengeja nama-namamu di setiap biji tasbihku


Fabi’ayyi ‘Ala’i Rabbikuma Tukadhdhibani

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

Tidak ada satupun nikmatmu yang kau dustakan


Rinduku padamu sepanjang zaman

Rinduku tak bertepi di kala sunyi

Rinduku menghadang saat malam

Rindu pada sosokmu sebagai imam


Ya Allah,

Luruskan pandangku saat aku hendak berpaling

Bersihkan jiwaku saat aku lelah terbaring

Ingatkan hatiku saat aku hendak berdusta

Karena nikmatmu pun tak pernah kau dustakan!



Rumah Cinta di Yogyakarta




 BERSUJUDLAH, NAK!


Bersujudlah, nak!

Karena dengan bersujud, engkau akan merasakan

Betapa dekatnya jarak itu


Nikmatilah setiap sujudmu,nak!

Rasakan kehadiranNya dalam doamu

Menahan beban menjadi kenikmatan

Melantunkan doa dan harapan di mana jiwamu

Menyatu dalam keberadaanNya.




 TIADA NIKMAT YANG KAU DUSTAKAN ITU!


Tiada nikmat yang kau dustakan itu

Karena setiap tetesan luka kau balut segera dengan bahagia


Nikmat yang kau tawarkan itu

Lebih indah dari sinar seribu bulan

Lebih elok dari pemandangan lautan manapun


Kuingin selalu berada bersamaMu

Memandang wajahMu sambil menghitung biji-biji tasbih

Melantunkan doa mengalungkan harapan

Menginjak kaki di halaman rumahMu adalah kerinduan yang

Tiada pernah putus dalam mimpi


Tiada nikmat yang kau dustakan itu

Karena setiap tetesan luka kau balut segera dengan bahagia



Mataram


 



 AKU TAHU SIAPA DIRIMU

Buat kekasih Tirto Suwondo


Aku tahu

Kau bukan laki-laki sempurna

Tapi aku akan selalu mengasihimu


Aku tidak tahu

apakah kau bahagia

Tapi aku akan selalu membahagiakanmu


Aku tahu

Kau selalu menjagaku

Sebagaimana aku menjaga kasihmu


Aku tahu

Mengapa kau ditakdirkan hidup denganku

Karena aku tidak sempurna

Dan kau lah penyempurna itu.



Padang Sidempuan


 



TIDAK CUKUP SEPERTI MUTIARA

Sajak buat anak-anakku


Kau begitu berkilau dan memukau

Suara tawamu adalah kesejukan bagi siapa saja yang mendengarnya

Kemanjaanmu adalah kerinduan yang mampu mengobati luka

Denting piano dan nyanyianmu

Menyempurnakan hari-hari indah bersamamu


Tidak cukup jadi mutiara yang indah

Jadilah perempuan solehah

Jadilah perhiasan bagi suamimu

Karena kau pun perhiasan baginya


Langkahkan selalu kakimu menuju masjid

Karena di sanalah akhir dari perjalanan hidup kita

Doalah selalu sebelum kau pejamkan mata

Karena di saat itulah mungkin ajalmu tiba


Tidak cukup hidupmu berkilau bagai mutiara

Tetapi berkilaulah bagai air di lautan yang tertimpa sinar seribu bulan



Gedongan Baru





 KAULAH PELABUHAN ITU!


Berapa banyak perempuan yang meratap seperti diriku

Saat memiliki kesadaran betapa singkatnya hidup ini

Meski bunga dan cinta yang kau tawarkan

Tetap saja tak kan mampu kembalikan penyesalan


Berapa banyak perempuan yang menyendiri seperti diriku

Saat luka menganga tak kan mampu terobati lagi

Meski maafmu kau tabur dalam setiap kata-katamu

Tetap saja luka itu ada tak pernah dusta


Berapa banyak perempuan hina seperti diriku

Yang air matanya menetes  sampai ke ujung sajadah

Meski doa-doa terucapkan di sepertiga malam

Tetap saja dosa itu ada tak mengingkarinya


Berapa banyak perempuan karier seperti diriku

Yang terbang dari satu pulau ke pulau lainnya

Meski kesuksesan menjadikanku berkilau di antara yang lain

Tetap saja aku membutuhkanmu untuk berteduh

Tempat melabuhkan mimpi dan menyandarkan lelah karena

Kaulah, pelabuhan itu!



Pelabuhan Batu, Medan





PULAU SARONDE


Seperti di tepian pantai lainnya

Aku temukan keelokan alam di Bantaeng, Bangka, Bengkulu, Padang, Palembang, Mataram, Makasar, Maginti, Medan, dan masih banyak lainnya, tapi di Saronde

Aku temukan ombak Gorontalo yang berbeda


Hembusan angin dan hempasan ombaknya

menggulung kalbu menantang jiwa mempertaruhkan keberanian

Kusentuh air laut dari ujung perahu

Amisnya mengingatkan semua hal tentang kenangan


Orang lain ceria berkecipak dengan ombak

Tertawa lepaskan beban

Aku bersujud di pojok mushola di tengah pulau itu

Menjadi saksi atas kuasa ciptaanMu

Mensyukuri segala nikmatMu



Pulau Saronde, Gorontalo,





                               Tentang Penulis

RINA RATIH, lahir di Tasikmalaya,  Jawa  Barat  tanggal 2 April. Alumni SMA Negeri I Ciamis ini masuk jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Muhammadiyah (sekarang UAD) Yogyakarta. Pernah terpilih sebagai mahasiswa teladan IKIP Muhammadiyah dan Kopertis wilayah V DIY. Setelah lulus langsung menjadi staf pengajar di Universitas Ahmad Dahlan sampai sekarang.

Melanjutkan S2 Idan S3 jurusan lmu Sastra di Pascasarjana UGM. Istri dari Tirto Suwondo dan ibu dari tiga anak ini menulis puisi, cerpen, cerita anak, dan cerita rakyat. Puisi- puisinya terbit dalam antologi Kreativitas (1984), Musim Semi (1984), Aku Angin (1986), Risang Pawestri (1990), Melodia Rumah Cinta (1994), dan Pawestren (2014).

Cerita anak yang sudah diterbitkan: Sapu Tangan Bersulam Emas (1998), Siasat Putri Indun Suri (2000), Syah Keubandi dan Putri Berjambul Emas (2000), Sepasang Naga di Telaga Sarangan (2006), Dewi Anggraeni (2007). Antologi Cerpen Perempuan Bermulut Api (2010), Perempuan Bercahaya (2011), Sang Pembangkang (2011), Putri Emas dan Burung Ajaib (2013), dan Putri Cantik dari Pulau Bintan (2014).

Buku lainnya terbit setiap tahun: Perempuan Penyair Indonesia Th 1900-2005 (Elmatera Publishing, 2010), Citra Perempuan Indonesia di Tengah Kekuasaan Patriarkhi (Elmatera, 2011), Putri Emas dan Burung Ajaib (Pustaka Pelajar, 2013),  Teori dan Aplikasi Semiotik Michael Rifaterre (Pustaka Pelajar, 2016, 2017), Putri Cantik dari Pulau Bintan (Pustaka Pelajar, 2014), Lebah Lebay di Taman Larangan (Pustaka Pelajar. 2015), Belalang Sembah dan Putri Lala yang Malas (Azzagrafika, 2017), Surti, Mawar, dan Kupu-Kupu (Elmatera, 2018), Mider Ing Rat: Proses Kreatif Cerpenis Yogyakarta (Balai Bahasa DIY, 2018), Puisi, Perempuan Penyair Indonesia dan Proses Kreatifnya (Pustaka Pelajar, 2019), Do Teachers or Lecturers need to write Childres’s Literature? (Elmatera, 2020), Dari Datu Pejanggiq sampai Putri Mandalika (Buana Grafika, 2021), dan Cerita Rakyat Bengkulu: Pagar Dewa (Pustaka Pelajar, 2022).

 

 

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top