Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Rini Mei

0


 

ANTARA DUA CEMARA

 

Di antara senyap cemara di bukit barisan

Gemericik membuai sekumpulan bebatuan

Sayup-sayup terdengar seakan kau menjeremba

Merepih sayatan demi sayatan yang tak terbaca rasa

 

Derai air menuruni tangga nabastala

Meninggalkan aku yang masih saja membiru

Menyaksikan berkecai-kecainya jiwaku dihujani badai kala itu

Penuh kepayahan; kucoba tuk berfusi dengan kenyataan

 

Saban datangnya sang hujan, aku selalu terjaga dalam kebekuan

Tak berima. Tapi selalu kubacakan sebait sajak tak bertuan

Aku yang selalu merindukan, membayangkan kau

Berbaur dalam sebuah linea, merasuk menggerogoti akalku

 

Hujan berderai mengguyur tubuhku di antara parkit yang kelelahan

Mengharap ada sedikit celah yang menyeringai dalam

Antara dua cemara. Pada siapakah akhir kan berpegang?

 

Banyumas, 16 November 2020

 

 

 

  

DALAM RUANG REKOGNISI YANG MELENJAN

  

Tuhan, dalam ruang rekognisi yang melenjan

Kumelodikan simfoni di antara nanar merentang

Segala muak menyeruak merasuk sukma yang terbalut jelaga

Menjumpa pengharapan terkungkung seikat jera

 

Tuhan, dalam ruang rekognisi yang melenjan

Kurasai semesta mendidihkan memori yang terkenang

Hingga seisi raga menghabiskan masa digulung obsesi

Pun muara pada ujung destinasi tak kunjung menjadi preferensi

 

Aku meluluh seluruh dalam pelukan riang

Meskipun sembilu menggariskan pada takdir yang menggenang

Dalam gegap pengap menguasai seluruh binar

Tubuhku terjuntai pengharapan yang kian terkapar

 

Purwojati, 2 November 2021

 




DI UJUNG PERON

 

 

Pada gerbong yang berdiam 

Kutitipkan salam 

Namun gema meredamnya di badan besi yang kokoh 

 

Di balik kaca jendela yang basah

Kutulis nama di sana

Hingga berbaur dengan embus bayu serta jejak air yang tergerai merata

 

Ketika laju berpangkal pada ujung peron

Dan sebuah keniscayaan menjemput perlahan

Tlah kutinggal jejak di setiap pandang dari balik kaca yang berembun ...

 

10022022

 




KAMULAH MUARANYA 

 

Kamulah muaranya:

Tempat berlabuhnya kapal

Selepas berjuta likuan arus menghentak

Kamulah muaranya:

Tempat menambatkan perahu

Sehabis bertubi cobaan menghadang

Kamulah muaranya:

Akhir masa pencarian

Insan yang disambut gelora

Kamulah muaranya:

Sesampainya di sana kan kutabur benih-benih kembang

Semerbak memenuhi relung

Kamulah muaranya.

 

Banyumas, 5 April 2021

 





MERATAP

 

 

Liar tergerai

Tertawan secawan heather

Dalam dekap renjana

Membalik riang menempa dusta

 

Aku menoleh,

sekejap menatap 

Meratap...

 

Banyumas, 14 Desember 2021

 




SEJUNTAI KENANG LARAKU

 

Kau hadir sekedar tuk menyapa, kemudian berlalu: menghilang dari kerlingan

Terbit tanpa dipinta: lalu tenggelam begitu saja di balik peraduan

Bagai semburat pelangi yang sesaat tercerai berai

Pun kala senja membungkam kita dalam lerai

 

Kau laksana kapal yang kian melaju

Di tengah terjangan ombak yang beradu

Dermaga ini: mengharapmu bertaut

Meskipun, pelabuhan lain yang tlah kau pagut

 

Bila kerinduan ini tak berpenghujung

Biarkanlah hatiku menanti senja didekap relung

Bersama sejuntai kenang bersamamu

Bersama seikat kembang tanda mata darimu

 

Banyumas, 9 Mei 2021





TERLAMBAT

 

 

Di antara jemari pepohonan

Rinai mendekapku 

Membisikkan rindu

Meski tergegap

 

Di antara lentik pinus kebasahan

Angin menjeremba

Menguraikan rasa

Meski terlambat

 

Purwojati, 4 Desember 2021







Tentang Penulis


Rini Mei. Lahir dengan nama lengkap Rini Mei Hastuti di Banyumas pada tanggal 27 Mei 1989. Perempuan yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar ini sangat menggemari tulis menulis. Lewat buku puisinya yang berujudul Jelaga di Antara Klandestin penulis memenangkan lomba buku puisi se kabupaten Banyumas yang diadakan oleh PGRI Banyumas. Sila sapa penulis melalui rmei2789@gmail.com atau di instagram pribadinya @rinimeihastuti.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top