Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Lukisan Ifadah Mustofa

0

PULANG

 

Memang benar karya ini dibuat oleh seorang perempuan. Lukisan ini ditorehkan pada kanvas berukuran 40 x 60 cm. Ketika pertama saya melihat lukisan ini, saya bertanya-tanya mengapa diberi judul Pulang? Pulang ke arah mana? Ke rumah atau tempat yang seperti apa? Atau justru pulang kepada siapa? Gambaran seorang perempuan di tepi laut, bagaimana disebut sebuah kepulangan?

Karenanya mari kita melihat konsep lukisan ini lebih dalam. Ifadah menempatkan sosok perempuan dalam gempuran keikhlasan, direpresentasikan dengan kepasrahannya berdiri seorang diri. Kepulangan yang ditunjuk Ifadah berbicara mengenai kepergian seorang ayah. Sore hari dalam lukisan ini melepaskan kebijaksanaan takdir atas hidup dan mati manusia.

Selain daripada itu, lukisan ini tetap memancarkan kesedihan dengan gambaran air laut menghitam. Sekalipun pancaran sinar senja digambarkan dengan lembut, akan tetapi sifat dari kedudukan tokoh perempuan yang membelakangi arah pandang adalah kedukaan. Ketika konotasi dari sifat duka adalah sebuah perasaan luka, tetapi mengapa Ifadah tidak melibatkan campuran warna merah? Ifadah juga membatasi domain warna hitam, ia lebih memilih warna yang lembut, kuning, orange dan putih? Saya pikir, itulah bentuk keikhlasan seorang anak ketika melepaskan kepergian ayahnya.

Berbicara simbolisme warna dalam sebuah lukisan, kita akan giring pada perbedaan budaya di setiap negara. Misalkan saja di China, warna merah melambangkan keberuntungan, tetapi di Afrika Selatan justru berarti berkabung. Di negara Barat, warna hitam mengandung makna berkabung, sedangkan di beberapa negara Asia Timur identik dengan warna putih. Begitu dengan warna lainnya, kecenderungan makna dalam warna dipengaruhi oleh budaya. Selain perbedaan budaya, pemaknaan warna dalam lukisan juga dapat dinilai dari waktu, seperti warna merah yang lebih maskulin dan warna biru yang lebih feminin, biasa ditujukan kepada anak perempuan.

Langit yang digambarkan dengan warna senja, warna kuning merupakan warna matahari yang biasanya menyebutkan senyuman, ceria, harapan dan bersifat positif. Dominan lain dari warna senja yaitu merah dan orange, yang dapat pula menunjukan kewaspadaan. Simbolisme warna ini dapat menjadi gambaran makna, sekalipun sifatnya tidak seratus persen tepat. Ifadah melukiskan warna langit dengan nuansa senja, ketika dikaji berdasarkan pemaknaan warna, boleh jadi warna langit yang dipilih demikian berarti sebuah harapan, harapan atas sifat keikhlasan akan takdir kehidupan.

Di Indonesia, warna hitam berkonotasi kesedihan dan duka. Di negara Barat, warna hitam juga mewakili hal-hal yang bersifat gelap dan kelam, misalkan saja kejahatan, sihir, perang dan kematian. Lalu pada lukisan Ifadah, gaun yang dikenakan tokoh perempuan, mengapa tidak digambarkan dengan warna hitam, sebagai warna yang menonjolkan sebuah kematian? Dalam perspektif Ifadah, gaun putih itu menggambarkan seorang perempuan yang belum diwalikan dalam pernikahan oleh seorang ayah. Sedangkan gambaran mawar yang diberi warna merah pekat menunjuk kepada bakti dan kebanggaan seorang anak kepada ayahnya.

Sebagaimana dalam budaya barat, warna putih kerap dikaitkan dengan keperawanan (pengantin di hari pernikahan) menggambarkan kesucian. Begitu pula pada umumnya, ketika warna putih dipakai untuk desain, warna putih ini akan menciptakan estetika minimalis, bersih dan modern.

Lukisan berjudul Pulang karya Ifadah melibatkan banyak emosi, terlebih ketika lukisan ini dibuat langsung oleh seorang perempuan dan seorang anak. Ketika Ifadah menyebut karya ini sebagai puisi untuk mengantar kepergian seorang ayah. Saya lebih suka menyebut ini sebagai suatu keikhlasan, mengapa demikian? Sebab keterlibatan emosi dalam warna yang dipilih oleh Ifadah cenderung ditangkap secara lembut, sebuah penerimaan, sebuah harapan. Di dalam karya ini, saya justru tidak melihat emosi kemarahan. Saya melihat sebuah penerimaan, keikhlasan. Sedikit perasaan sepi, tetapi bukan sepi yang kesepian. Kesendirian itu merupakan perpecahan dari perasaan hormat dan kasih sayang.

(Efen Nurfiana)





Tentang Pelukis



Ifadah Mustofa, perempuan kelahiran 2000-an, berdomisili di Banyumas. Kini ia sedang berjuang menyelesaikan pendidikannya di Universitas Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto dengan mengambil jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Hingga kini, Ifadah turut aktif dalam Komunitas Ikatan Pelukis Banyumas (IPB).

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top