Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Santosa Warna Atmaja

0


AIR MATA SEBUAH PELURU

 

“tapi apa dosa saya?” isak sebuah peluru

jejaknya terpuruk pada tembok berdebu

dibalut kisah palsu

di jalanan terus saja orang lalu

memburu dan diburu

                                              

“tapi apa dosa saya?” teriak sebuah peluru

sesaat  dilesakkan

dari karat nafsu

tertanam pada tubuh

tanpa daya tanpa dosa

tapi di jalanan seorang lalu

bercerita tentang pelangi

dipenuhi bubuk mesiu dan debu

 

“maafkan dosa saya” sedu sebuah peluru

gemuruh menembus dinding waktu

di jalanan riuh orang ramai soal moral

kekuasaan, kemanusiaan, kejujuran

di sebuah negeri yang pasar

 

2022




JALAN PULANG

 

Peluit kereta itu kekasih

Adalah batas waktu

Antara kau dan aku

Melepas segala rasa dan risau

Kita berpeluk erat lalu melepas

Sebuah kepergian yang tak bisa

Ditunda

 

Peluit kereta itu kekasih

Adalah isyarat: di stasiun entah

Aku akan menyambut sebuah pertemuan

Entah kapan menjumpaimu

Kembali

 

Peluit kereta menandai kau dan aku

Keretamu pun telah menjauh

Berlalu

 

2021




MALAM IBU KOTA

 

Sepi memenjara

Lampu dingin cahaya

Udara beku rasa

Tak ada sapa sesiapa

Hanya sapamu saja

Ingin kudengar jauh

Dalam menyapa

Sepiku

Bangku-bangku Akmani

Diam dalam dekapan

Embun di luruh waktu

Berlagu rinduku

 

2021




MELANKOLIA PAGI

 

Tataplah matahari yang terbit dan tenggelam

Dan musim yang datang berganti pergi

Tapi biarkan angin yang pergi tak kembali

Pun jalanan gaduh dan riuh

Biarkan menjauh

Tetaplah reguk udara Subuh

Nafasi ruh

 

2022




TANPAMU

 

lambaian tanganmu

dalam kelebat lalu waktu

menoreh segaris rindu

 

sepasang kupu-kupu beterbangan

di antara bunga-bunga

menggulirkan airmata

 

pamitmu saat itu

 “aku hanya minta doa” 

lalu keretamu berlalu

 

2021




KONSTRUKSI AIR MATA SEORANG IBU

 

“ibu tidak akan menangis” bisik seorang ibu

saat anak-anak mengurai rambutnya

kala senja di rintik gerimis

dan di ujung desa kilat menyambar

 

“ibu tidak akan menangis” seru seorang ibu

ditatapnya kian dalam

mata anak-anaknya yang jauh

menerawang masa depan

 

“jangan menangis anakku” lagu seorang ibu

diurai rambut anak-anaknya

diurai setiap lekuk kusutnya

sampai usai usianya

 

Agustus, 2022




FASAD PAGI HARI

 

Titik embun bening rupa

Di atas rumputan pun daun pohonan

Ribuan warna membias harapan

Dalam genggaman dalam angan

Matahari kiblat para pejalan kaki

 

2021




FASAD SIANG HARI

 

Lelehan keringat adalah kesegaran

Setiap liku laku memburu

Istirah dalam doa sarat makna

Tak habishabis tak usaiusai

Pejalan kaki memburu

Matahari mencahayai bumi

 

2021




FASAD SENJA HARI

 

Pada dinding pada daging

Terpahat keringat dan air mata

Usai memburu dan diburu

: maknai waktu

Matahari arah istirah para pejalan kaki

 

2021




FASAD MALAM HARI

 

Yang berjalan pada angan

Tetaplah pelangi

Meski hari telah malam

Meski langit warna kelam

Matahari tetaplah setitik alamat

Bagi pejalan kaki esok hari

 

2021




Tentang Penulis


Santosa Warna Atmaja, lahir 15 Agustus 1967 di sebuah kampung kecil Sangularan, Sumberreja, Tempel, Sleman Yogyakarta. Menempuh pendidikan SD, SLTP dan SMA di Sleman. Sempat memasuki Fakultas Sastra UGM. Menyelesaikan Pendidikan Komunikasi Informasi Publik di STMM Yogyakarta. Karya puisi tersebar berbagai media massa dan antologi antara lain Embun Tajjali dan Puisi Indonesia 1997. 

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top