Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Resensi Fajrul Alam

0

BELAJAR KEMANDIRIAN DARI SEORANG NELAYAN

Oleh: Fajrul Alam


Judul               : The Old Man and The Sea

Penulis             : Ernest Hemingway

Penerjemah      : Deera Army Pramana

Penerbit           : Narasi

Cetakan           : 2, 2017

Tebal               : 164 Halaman

 

The Old Man and The Sea merupakan novella (novel pendek) yang ditulis oleh jurnalis asal Amerika Serikat, Ernest Hemingway. Yang lahir pada 21 Juli 1889 dan meninggal pada 2 Juli 1961. Karya ini membuatnya mendapatkan banyak penghargaan seperti penghargaan Nobel Prize dalam bidang sastra tahun 1954 dan penghargaan Pulitzer Prize tahun 1953, penghargaan yang terbilang penghargaan tertinggi di Amerika Serikat. Sementara karya monumental ini ditulis di Kuba tahun 1951 dan diterbitkan tahun 1952.

            The Old Man and The Sea mengisahkan tentang lelaki tua dan laut. Lelaki tua itu bernama Santiago, seorang nelayan tua yang berpengalaman dalam berlayar dan menangkapa ikan. Akan tetapi, nasib orang tidak ada yang tahu. Selama 84 hari Santiago berlayar di tengah lautan, Ia tidak mendapatkan satupun tangkapan ikan untuk dijual maupun dikonsumsinya. Sampai-sampai dia disebut oleh teman-teman nelayannya dan masyarakat sekitar sebagai salao, yaitu bentuk terburuk dari ketidak beruntungan. Oleh sebab itu, Manolin, seorang anak yang menjadi teman akrab Santiago dalam berlayar maupun kesehariannya, oleh orang tuanya dilarang untuk menemani Santiago lagi dan dinasihati untuk berlayar dengan nelayan lain yang lebih hebat dan berpengalaman.

            Namun, bukan seorang nelayan sejati jika Santiago putus asa dan tinggal diam begitu saja. Ia memiliki kepribadian mandiri dan mental yang tangguh serta gigih. Kemandiriannya dapat dilihat dari cara pandangnya dalam menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi. “Awalnya kau meminjam, lalu lama-lama kau pasti kan mengemis.” Begitulah ungkapan sederhananya untuk menasihati dirinya sendiri agar tidak mudah merasa ketergantungan dengan orang lain dan senantiasa berusaha dengan keringatnya sendiri. Dia juga pernah berujar ketika di tengah-tengah perjuangannya dalam berlayar, “Sekarang bukan saatnya untuk memikirkan apa yang tidak kau miliki. Pikirkan apa yang bisa kau lakukan dengan apa yang ada.” Dengan prespektif seperti itulah, yang membuat Santoago menjadi seorang nelayan sekaligus lelaki sejati. Lelaki yang tampil dengan kemandiriannya sendiri dan tidak rentan menggantungkan nasibnya dengan orang lain.

            Sejak awal, Ernest Hemingway memang hendak mencoba untuk merepresentasikan lelaki tua yang sesungguhnya, anak laki-laki sesungguhnya, laut yang sesungguhnya, ikan yang sesungguhnya, dan hiu yang sesungguhnya. Hal ini terbukti dari caranya Santiago menanggapi ketidak keberuntungannya dalam hidup.  Ia beranggapan bahwa setiap hari adalah hal yang baru dan hari-hari selanjutnya masih ada kesempatan untuk meraih apa yang diharapkan. Dengan tekad kuatnya, akhirnya Santiago mendapatkan tangkapan berupa ikan marlin di hari ke delapan puluh limanya. Ikan yang dikategorikan ikan yang besar. Tetapi perjuangannya belum berakhir sampai itu saja, masih ada ikan hiu dengan keganasannya.

            Karena buku ini merupakan terjemahan, maka sesekali ditemukan kalimat-kalimat yang sukar untuk dipahami. Tapi pesan yang disampaikan tetap dapat diambil karena cara kepenulisannya yang tidak terlalu rumit dan mudah untuk diserap. Tentunya, barang tidak mungkin karya fenomenal ini mendapatkan penghargaan yang begitu megah dengan kualitas karya yang jelek. Oleh karenanya, buku ini cocok untuk dinikmati oleh siapa saja. Terlebih, karya satu ini tidak terlalu tebal, sehingga mudah diselesaikan dalam waktu yang singkat sembari mengisi waktu luang.




Tentang Penulis

FAJRUL ALAM, lahir di Kebumen, pada 15 Februari 2001. Perjalanan menimba ilmunya yakni, MI Ma’arif Adikarso, MTS Al-Iman, MA Al-Iman Purworejo. Sementara sekarang masih berjibaku dalam misi perburuan ilmu di UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokwerto. Semoga ia senantiasa diberikan umur dan ilmu yang bermanfaat, serta diberkati gairah berkarya yang berapi-api. Karya-karyanya pernah masuk dibeberapa buku antologi puisi, seperti Khatulistiwa (Kosa Kata Kita, 2021),  Reminisensi (SIP Publishing, 2020), dan Senja di Pelabuhan Kecil (Penerbit Kertasentuh, 2021).


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top