Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Esai Kim Huisik

0


 

SELIMUT KAPAS


Oleh Kim Huisik

 

Saat ini, kehidupan di apartemen sangat populer sebagai tempat tinggal keluarga dengan bersih, nyaman dan mudah tanpa intervensi orang lain kalau ditutup pintu masuknya. Ditambah lagi, fasilitas pemasangan pipa gas yang baik menghilangkan kerumitan untuk membawa bungkusan selimut katun (kapas) yang besar dan berat ketika pindah rumahnya.

Ketika keluargaku masih miskin, kami tinggal di sebuah rumah yang dingin, sangat membutuhkan selimut kapas yang tebal untuk mencegah kedinginannya. Orang tuaku melahirkan tiga anak berturut-turut, mengasuh bagaikan kembar. Mereka sering jatuh pilek dengan mudah pada musim dingin. Untuk mencegah pilek anak-anak, orang tuaku hanya menutupi tubuh kami secara keseluruhan dengan selimut kapas, sambil membuka sebuah celah untuk bernafas. Selimut kapas dan briket, itu adalah kebutuhan utama rumah tangga kami pada musim dingin.

Waktu kakak perempuanku yang membeli rumah baru, dia mengatakan, pembungkusan selimut kapas besar dan tebal menjadi hambatan utama untuk pindah rumah nanti. Kakak perempuanku sudah tinggal di rumah petak selama dua puluh lima tahun lamanya, jadi jumlah perabot rumah tangga yang lama cukup banyak. Teman-teman kakak perempuanku sekatedral mengatakan, waktu pindah rumah, pembawaan perabot rumah tangga yang lama ke apartemen baru, suasana apartemen itu akan segera jadikan rumah usang. Sebagian besar peralatan listrik dan elektronik rumah tangga milik kakak perempuanku telah berumur lebih dari lima belas tahun, dan dia hidup bersama ibu mertuanya selama dua puluh lima tahun, kakak perempuanku mau tak mau memiliki banyak barang lama. Di antaranya, selimut kapas adalah barang yang paling disayangi oleh kakak perempuanku. Jika ada uang, kapan saja bisa membeli selimut kapas seperti sayap capung di toko penjualan selimut di mana terdapat selimut yang berwarna mewah dan desainnya juga cantik saling berbeda. Tapi kakak perempuanku mengatakan, pembuangan selimut kapas lama terasa hilangnya jejak dan sentuhan tangan ibu kandung kami.

Di masa lampau, di rumah-rumah yang memiliki anak perempuan yang sudah dewasa, menjelang pernikahannya menanam kapas selama tiga atau empat tahun sebagai suatu hal yang biasa untuk membuat selimut kapas murni. Pada masa serba sulit, ibu kandung kami menanam kapas selama tiga tahun sebagai persiapan bagi pernikahan anak perempuan sulung dan selama musim dingin yang panjang, ibu kami mencabut biji-biji itu dari kapas sampai kuku tangannya terkelupas, dengan sepenuh hati membuat dua buah selimut kapas yang murni. Meskipun selimut kapas lama telah menjadi barang cemoohan akhir-akhir ini, kakak perempuanku tidak dapat membuang selimut itu karena ia pikir itu bukan sopan santun terhadap ibunya yang meringkuk di bawah lampu dengan matanya berkabut waktu beliau mencabut biji-biji kapas sepanjang malam.  

Sepanjang malam, ibu kami mengembangkan kapas bagaikan kembang gula di ujung jari tangan dan menceritakan sebuah dongeng kuno untuk anak-anaknya. Pada waktu itu, saudara-saudaraku yang masih kecil, bermain bayang-bayangan di bawah lampu yang redup. Bau pasta kacang kedelai mencium awan di langit yang tinggi, sapi-sapi bermain di kendang rumah kami. Ada alam semesta yang bernama Ibu, halaman masa kanak-kanak kami menjadi taman bunga yang harum bagaikan surga. Di bawah sinar matahari musim gugur, buket kapas putih berkilauan seperti salju di halaman luar, mekar putih di seluruh rumah. Suatu kenangan di petang hari ketika cerobong asap mengeluarkan asap di desa kaki gunung membawakan kedamaian sambil mengingatkan nostalgia yang berbahagia.  

Kini, abu jenazah ibu disimpan di suatu kuburan umum. Hari-hari yang dilalui oleh ibu adalah hari-hari yang penuh kepedihan dan kesedihan. Bagi seorang ibu yang selalu kekurangan selimut, waktu tidur hanya menutupi perutnya saja selama musim dingin, selimut tebal dan halus adalah hadiah istimewa untuk menutupi tubuh dan jiwanya. Aku tahu keinginan ibuku yang mengharapkan anak perempuannya akan hidup dengan nyaman dan bahagia tanpa mengalami kekurangan apapun selama-lamanya.  Dengan cinta ayah yang sangat menyayangi anak perempuan bungsunya, aku membuat ibu dan ayahku berpisah, dan aku bisa melewati musim dingin panjang bersama ayahku dengan seselimut hangat setiap tahun. Selimut kapas ayahku terasa berat, besar, dan hangat. Waktu tidur, Ibu selalu menutupi perutnya saja dengan selimut, meringkuk kedinginan, dan hidupnya juga dingin, kesepian, dan menderita. Setelah menyaksikan pernikahan kakak perempuanku, beberapa bulan kemudian, ibu meninggal dunia.  

Aku masih ingat rasa sedih, ketika mencabut biji kapas bagaikan ibuku dulu. Seperti kebiasaan, ayahku menanam kapas bagiku selama dua tahun, dan aku juga mencabut biji-biji dari kapas sepanjang musim dingin dengan tangan untuk menghemat biaya sewa alat pencabut biji sambil merindukan ibu. Pada suatu hari musim dingin, aku juga duduk untuk mencabut biji-biji kapas, dan kini semakin menyerupai ibu. Sampai sekarang di lemari pakaianku masih disimpan selimut kapas yang dibuat dengan tetesan air mata. Jika selimut itu dijemur dengan sinar mata hari yang cerah, itu membengkat dua kali lipat karena adanya cinta kasih ibu.  

Tak lama kemudian, aku, menjelang usia 50 tahun akan menikahkan anak perempuan bungsu. Sambil melihat selimut indah berwarna-warni di toko serba ada, disimpan dengan rapi, aku berpikir, bagaimana anak perempuanku ingat arti “Ibu” di masa mendatang. Seperti ibuku, aku juga berharap anak perempuanku akan bertemu dengan suaminya yang berhati baik dan penuh kasih sayang untuk hidup bersama dalam suasana nyaman selama-lamanya.  

Kakak perempuanku akan membagi dua selimut kapasnya untuk dikirim kembali satu kepada ayah kami yang sedang menderita dementia. Mungkin ayahku ingat ibu yang dulu sangat cantik seperti bunga. Aku berharap ayahku akan mengingat ibu ketika selimut kapasnya menutupi tubuh, seperti rusa mengingat kembali lengenda yang kehilangan.  

Januari tahun 2006

 

 

 


목화 솜 이불


김희식

 

요즈음 아파트 문화는 문만 닫으면 타인의 간섭도 받지 않고 깨끗하고 간편하게 가족들만의 보금자리로 각광을 받고 있다. 게다가 가스시설이 잘 되어 있어 옛날처럼 무거운 이불 보따리를 이고, 지고 다니는 번거로움 마저 없어졌다.

가난했던 시절, 외풍이 센 집에 세 들어 살면서 가장 시급히 필요한 것은 두꺼운 솜이불이었다. 아이 셋을 연년생에 쌍둥이로 올망졸망 키우며 감기를 달고 살다보니 그저 머리끝까지 이불을 덮어주고 숨구멍만 살짝 열어놓는 게 바로 겨울을 나는 방법이었다. 연탄 다음에 솜이불, 그것은 우리 가정의 필수품이었다.

새집을 장만해서 몇 달 뒤면 이사를 하는 언니는 짐 정리를 하는 데 가장 문제가 되는 게 이불이라고 했다. 연립주택에서 이십 오 년간 토박이로 살았으니 묵은 짐이 오죽 많겠는가. 성당 사람들은 새 아파트에 입주하면서 헌 짐 가져가 봤자 집만 헌 집 된다고 이구동성으로 이야기한 것 같았다. 워낙 알뜰해 가전제품의 수명도 대부분이 십 오 년을 넘었고, 시어머님을 이십 오 년간 모시고 살다 보니 오래된 물건이 더 많았다. 그 중에서 언니는 목화 솜 이불에 가장 애착이 간다고 했다. 잠자리 날개 같은 이불이야 돈만 있으면 이불집에 널리고 널렸고, 호사스러운 빛깔에 디자인 또한 천차만별이라는 걸 알지만 자꾸만 친정어머니의 손때와 흔적이 없어지는 것 같아 가슴이 아파온다고 했다.

예전에는 시집갈 장성한 딸이 있는 집안에서는 삼사 년 씩 목화를 심어 순 목화 솜 이불을 장만하는 것이 으레 있는 일이었다. 어려웠던 시절, 큰딸의 결혼을 위해서 삼 년이나 심고 가꾼 목화를 긴 겨울 내내 손톱이 까지도록 씨를 뽑고 심혈을 기울여 백 퍼센트 목화 솜으로 두 채나 해 주었던 이불. 비록 세월 앞에서 천덕꾸러기로 전락해 버렸지만 그 이불을 버릴 수 없는 건, 등잔불 밑에 잔뜩 웅크린 채 흐린 눈으로 씨를 빼던 어머니에 대한 예의가 아니라 생각해서였으리라.

어머니는 밤새 손끝에서 솜사탕처럼 목화 솜을 피워냈다. 목화 솜만큼 따뜻했던 긴 겨울, 소쩍새 울음소리가 깊어 가는 가운데 입담 좋은 어머니는 <옥루몽>을 들려주셨다. 희미한 등잔불 밑에서 그림자놀이에 열중했던 내 유년의 형제자매들. 곰삭은 청국장 내음은 하늘 높이 날아올라 구름과 입맞춤하고, 외양간에서는 어미 소와 송아지가 한낮의 일들을 이야기하며 재롱 떨던 곳. 어머니란 이름의 우주가 있어 유년의 뜰은 향기로운 꽃동산이었고 낙원이었다. 가을 햇살을 따라 순백의 목화 꽃송이는 바깥마당에서 눈처럼 하얗게 부풀어 올라온 집안을 하얗게 꽃피웠었다. 산마을의 굴뚝 연기가 피어 오르던 저녁나절의 그 기억들은 삶에 지친 내게 평화로움을 안겨주고 행복한 추억이 되어준다.

이제는 양지바른 납골당 안에서 한 줌 재가 되신 어머니의 지난날은 아픔과 설움의 세월들이었다. 늘 이불이 모자라 배만 겨우 가리고 문풍지 떠는 겨울을 혹독하게 지냈던 어머니에게 있어서 두툼하고 폭신한 이불이야말로 육체와 정신을 감싸줄 특별한 선물일 터였다. 내 딸이 일평생 훈훈하고 따습게 살기를 염원했던 가난한 어머니의 소원을 익히 알고 있던 나로서도 가슴 한쪽이 미어져 왔다. 유난히 작은딸을 귀여워하셨던 아버지의 사랑으로 나는 어머니와 아버지를 별거 아닌 별거를 하게 했고, 매년 돌아오는 긴 겨울을 아버지와 함께 따뜻한 이불을 덮고 날 수 있었다. 안방 사정은 아랑곳없던 철없던 시절 아버지 이불은 무겁고 크고, 따뜻했다. 늘 배만 가리고 추위에 옹송그리고 주무시던 어머니는 인생 또한 춥고 외롭고, 힘겹게 살다 가셨다. 언니의 결혼을 겨우 보시고 몇 달 후 어머니는 먼 나라로 가셨다.

어머니가 가신 뒤 목화씨를 고르며 참 많이도 서러웠던 기억이 난다. 습관처럼 아버지는 나를 위해 목화를 이 년간 심으셨고, 어머니가 하던 것처럼 나 또한 목화씨 빼는 기계비가 아까워 겨울 내내 씨를 빼면서 어머니를 그리워했었다. 더 춥고 더 슬펐던 그 겨울날, 나 역시 어머니처럼 긴 겨울을 똑같은 모습으로 앉아 씨를 뽑으며 어머니를 닮아가고 있었다. 지금도 우리 집 장롱에는 눈물로 씨를 빼면서 해 온 이불이 있다. 햇볕 좋은 날 일광소독을 하려고 널어놓으면, 어머니의 사랑이 가득 담겨서인지 두 배로 부풀어 올라 있다.

어느새 나도 지천명을 코앞에 두고 오래지 않아 홍일점인 막내딸을 시집보내게 될 것이다. 혼수 백화점에 가면 만나게 되는 총천연색의 아름다운 이불과 솜씨 좋게 개켜 넣어 주는 종업원의 손을 보면서 내 딸은 먼 훗날 ‘어머니’란 이름을 어떻게 기억해 줄는지 모르지만, 내 어머니가 그러했듯이 나 역시 내 딸이 따습고 정 많은 배우자를 만나 한평생 편안하고 포근하게 살기를 염원할 것 같다.

언니는 목화 솜 이불 한 채를 둘로 나누는 작업을 해서 도로 친정에 보내야겠다고 했다. 치매로 인해 정체성마저 잃은 아버지가 그 옛날 꽃같이 어여뻤던 어머니를 기억이나 하실는지 모르지만 사슴이 잃어버린 전설을 생각하듯, 그 이불을 덮으시면서 어머니를 기억해 내셨으면 하는 작은 바람을 가져본다.

-2006 12


(Diterjemahkan oleh Kim, Young Soo)




Profil Penulis (작가 소개)

 

 

Kim Huisik, naik panggung dunia sastra lewat “Siwa Sanmun” tahun 2005.

 

김희식/등단 연도 : 2005/등단지 : 시와 산문

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top