Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi H.M. Nasruddin Anshoriy Ch.

0


SELAMAT MALAM, TUAN ERDOGAN


Selamat malam, Tuan Erdogan

Doa berkekuatan 9,9 skala richter mengguncang jantung

Meluluhlantakkan ribuan rindu dalam munajatku


Turki kelabu

Berduyun-duyun malaikat bertasbih di rumah duka

Berkabung dalam tangis membisu


Kugali kubur-kubur itu dalam darah-dagingku

Sayatan duka bertambah menganga

Dukaku dan dukamu bertemu setajam sembilu


Selamat malam, Tuan Erdogan

Kukirimkan selimut hitam dalam bait-bait puisi

Sebagai kafan yang lusuh

Dan nisan rahasia para yatim-piatu


Teriring cinta seputih melati

Kuhidangkan tempayan doa

Kepada 20.000 syuhada yang mengepakkan sayapnya menuju Cahaya


Gus Nas Jogja, 9 Februari 2023



VONIS MATI


Setelah palu diketukkan dan vonis dibaca

Pasal dan sesal bersenggama


Lelaki bengis itu akan mati menyusul anak angkatnya yang teramat sadis dibunuhnya


Dia pulang dengan bekal celaka mengunjungi rumah abadinya di kerak neraka


Ditemukan simpul sesal dan puncak derita dari pangkal paha dan belahan dada

Rujak paling pedas dari ramuan kuno harta tahta dan wanita 


Matinya itu matinya mati 

Ajalnya ajal Dajjal

Ia bunuh anak-cucunya dengan berondongan peluru


Di kerak neraka ia dipenjara lalu membusuk bersama bangkai babi dan celeng kurapan

Pesta paling meriah dari ribuan belatung dan lalat hijau sedang berdansa


Takdirnya abadi menenggak nyeri

Tidak akan hidup lagi bersama jutaan kesengsaraan yang setia menemani dalam kuburnya 


Percuma saja ia bersilat kata dan berlagak menjadi pendekar penuh digdaya

Sebab semua kilahnya sudah patah oleh saksi kunci bernama nurani


Hidupnya dikalahkan hasrat keparat hingga sekarat dan ajalnya dibuai jiwa jumawa 

Lalu ia tembak Joshua tepat di jantungnya!


Entah tersebab apa ia dibakar rimba amarah

Lalu ia tembakkan timah panas lima kali tepat di dada Joshua


Apa mau dikata, dengan timah panas matilah anak muda itu dengan kobaran bara api petaka dari dalam peti matinya


Nerakanya terus menyala dan mustahil ia padamkan dengan pledoi beribu pengacara


Vonis mati mematahkan mimpinya

Ketukan palu melinggisnya hingga tangis dan kisah tragis anak-cucunya pecah dan berceceran pedih perih dimana-mana 


Ya! 

Palu telah diketukkan

Meja hijau memanggil algojo 

Kini ruwatlah ia dan rawatlah riwayatnya agar dunia tahu bahwa gelar bintang di pundak tak akan mampu menyelamatkan marwahnya!



Gus Nas Jogja, 12 Februari 2023



DILARANG MENGAJI DI KANDANG SAPI


Mengajilah anak-cucuku

Mengajilah pada sunyi tersembunyi sampai engkau menemukan rahasia diri


Mengaji itu mawas diri

Mengaji itu mengeja akal-budi 

Datangilah pengajian-pengajian itu walau jauh ke pelosok negeri


Kalian temukan cahaya ilmu pada akar aksara paling rahasia dalam kitab suci di helai hidupmu

Alfabeta kelembutan hati 


Masuklah kalian anak-cucuku ke gua makrifat dan berkhalwatlah empat puluh satu hari di Mihrab Kalbu

Sucikan niat dan jihadmu di telaga ilmu 


Jangan pernah pulang sebelum bertemu restu Guru Sejati yang paling rahasia 

Ingat itu, Guru Sejati!


Jauhi para pesolek agama

Pesohor pengajian yang tak khatam alif-ba-ta

Berhala hiburan yang bermake-up ayat-ayat suci 


Ketahuilah!

Saat mengaji kalian bertapa

Dalam bertapa kalian mengaji

Mengaji itu menguji iman dalam tempaan sakit hati kala dirundung caci-maki!


Bacalah kitab-kitab semesta anak-cucuku

Kamus makrifat semua Nabi

Di sana akan kalian temukan untaian benang-merah kesadaran dan kucuran darah-biru segala ilmu 


Ziarahlah pada simpul derita di kemewahan dunia ini lalu patahkan hatimu dengan senyum sukacita


Kepada nenek sihir yang menggoda dan melecehkanmu

Lalu melarangmu mengaji di Kandang Sapi

Katakanlah bahwa ilmu itu cahaya dan hanya dengan ilmu kita akan waskita dimana pun berada


Jangan pernah mati kata! 

Matilah dalam kubur gemerlap rasa syukur bertabur kilau cahaya 


Mengajilah!

Jangan pernah mau terpenjara oleh kefanaan dunia dengan tipu-daya politik busa-busa 


Tanpa mengaji kita jadi abadi dalam sengsara

Tanpa mengaji kita ini bangkai di pesta dunia


Pergilah ke Puncak Gunung dan temukan makrifat Kawah Candradimuka

Ceburkan segala nafsu dan hasratmu yang bermimpi menjadi penguasa penuh takabur dan penyair jumawa


Datangi gubuk-gubug reyot rumah fakir-miskin lalu ketuklah pintunya

Sampaikan salammu dan  bersedekahlah sepenuh cinta 


Temukan leher kemewahan dunia ini dalam hidupmu lalu pancunglah dia!


Temukan pangkal pada akalmu

Temukan titik-balik pengorbananmu lalu ikhlaskan ia


Akhlakmu adalah urat nadimu maka detakkan denyut ilmu pada imanmu


Puasalah!

Hentikan mengunyah segala resah telanlah semua kilah 

Jangan biarkan lambung dan otakmu menjadi tempat segala sampah


Mengajilah!

Teruslah mengaji wahai ibu-ibu dan emak-emak satu bangsa!



Gus Nas Jogja, 23 Februari 2023



ANREGURUTTA ALI YAFIE

Ode teruntuk Kyai Ali Yafie


Tanyakan pada ayam jantan Bumi Sengkang

Juga di Tanah Pare-Pare

Kenapa pagi ini menghentikan kokoknya?


Seantero Bugis sedang berduka

Itulah jawaban lirih dari jauh yang kuterima


Anregurutta yang berhati lembut itu telah tiada

Bugis menangis

Makassar berduka

Negeri ini kehilangan Sang Arif Billah berhati mulia


Kyai Ali Yafie telah berpulang

Nakhoda sepuh itu telah berlabuh

Riak samudera berhenti berombak

Layar-layar layu mengucap doa


Pada Kitab Kesabaran yang pernah kutulis itu

Engkaulah yang pertama menggoreskan pena

Meneguhkan makna

Bahwa jihad dan dakwah itu bermula dan berujung dari cinta


Lalu luas samudera engkau layari dengan kelembutan hati 

Indonesia Raya kauraih dan kaugenggam dalam kegigihan cinta


Engkaulah guru kesabaran itu

Asam-garam keikhlasan

Hulu-hilir ilmu

Mengaji dan mengajarkan makrifat sebutir debu


Darud Dakwah wal Irsyad

Adalah saksi bisu keteguhanmu mencari ilmu

Kucatat semua itu pada pena jiwa seharum gaharu


Pagi ini kuangkat jangkarku

Kulayari birunya biru samudera rindu

Berbekal dayung doa

Mengantarkan iman dan amalmu menghadap Yang Esa!



Gus Nas Jogja, 26 Februari 2023


Almarhum Kyai Ali Yafie adalah santri Anregurutta Haji Sade Sengkang dan Anregurutta Ambo Dalle Mangkoso, Barru


Bersama Sejarawan Anhar Gonggong, Gurutta Ali Yafie menulis Sekapur Sirih untuk buku Biografi Mahaguru dari Bumi Bugis yang saya tulis belasan tahun silam




BERTEMU CHAIRIL


Di rumah Asrul Sani senja itu

Kau dan aku berjumpa

Lalu bertukar kata

Bertengkar nyala

Dalam diksi yang jingga


Kusampaikan salam dari HB. Jassin

Dengan kuntum kisahnya 


Tak ada puisi di senja itu

Kecuali auman binatang jalang

Meradang menerjang dalam kamus basi


Melihatmu aku kecewa

Pemuda yang menelantarkan hidupnya

Demi cinta dan kata-kata

Hidup seribu tahun tapi mati muda


Kuperkenalkan padamu Pangeran Berhati Kecewa

Diponegoro namanya

Kubawa serta gambar Kerawang-Bekasi

Lengkap dengan jalan tol yang begitu mulusnya


Pemuda bertampang pucat

Dengan puntung rokok di bibirnya

Apa yang kaucari di hidup yang fana?


Di Pecenongan

Kelucuan itu terpingkal jua

Saat mufakat jahat

Dan kemiskinan yang bercampur dahaga ilmu

Bertemu dan bercanda

Sebab karya Voltaire yang kausikat di toko buku itu

Menjelma Bible ternyata


Tanpa Rivai Apin

Kau dan Asrul Sani bercatur puisi

Dari tepi ke tepi

Sungai Ciliwung menjadi saksi


Di Tanah Abang

Telah sampai kisahmu di telingaku

Saat betinanya Affandi

Menerima sepucuk kwitansi entah dari siapa


Hingga tiba waktunya

Engkau menyingkir di Tanah Kusir

Berkafan puisi 

Berbantal remukan rahasia



Gus Nas Jogja, 28 April 2022



AKU


Telah kuwakafkan waktuku

Pada darah dan kalbu berwarna biru


Suah kukayuh semua selingkuh

Telah kutempuh samudera peluh

Berselancar aku di cawan suci


Luka lama sudah kubaca

Luka baru kutelan dalam puisi

Mazmur dan mawar bersatu

Di pelaminan Sang Maha Cinta


Akulah pengayuh segala rapuh

Pendaki berlangit mimpi

Labirin sekarat telah kujejaki

Makrifat maut kupeluk erat di relung hati


Berselempang kafan putih

Darah merah mendidih di jihadku

Seribu tahun lagi

Puisiku masih mawar di taman hati 


Tegas tapi mesra

Lugas penuh takwa

Kuwakafkan kasihku hingga di akhir masa



Gus Nas Jogja, 3 Maret 2023




SILICON VALLEY


Lembah Silicon itu pun pergi meninggalkan kiamat di rumah sunyi

Kabar terakhir yang kudengar dari mikrofon dunia maya

Start-Up tumbang oleh mimpinya lalu binasa


Masa silam dan masa depan bertemu di lembah ini sembari dimabuk mimpi

Dibuanglah semua mesin ketik dan potret lama lalu lembaran baru penuh warna dibuka di cakrawala


Dunia telah dilipat dalam dompet lalu dimasukkan dalam saku celana

Facebook, Google dan Twitter, menggelar papan-catur merayakan pesta bertema "hari ini makan siapa?"


Di meja makan sebuah kafe aku berjumpa Mark Zuckerberg, Larry Page dan Jack Dorsey

Bersulang puisi kusembunyikan dukaku agar tak muncrat di wajah mereka


Senja mendekatkan bibirnya lalu berbisik padaku: sudah saatnya!

Lembah Silicon bersendawa saat Space-X dan Tesla datang menyapa


Tiba-tiba kabar ganjil datang di pagi buta

Steve Jobs dan Elon Musk ketinggalan dompetnya lalu Jack Ma mengantarkan saham-saham kaum milenial ke negeri rahasia


Kini Start-Up jatuh 

Lapak-lapak mimpi kehilangan investasi

Lalu kubeli semua kesabaran dan rasa syukur hari ini dengan selembar puisi



Gus Nas Jogja, 16 Maret 2023




LEMBAH SILICON


Kasat mataku menyaksikan asal-muasal virus-virus malware dan kaki tangannya

Perang mimpi-mimpi Alam Semesta

Di lembah Silicon diuji-coba hingga akhirnya manusia terpasung virus-virus ciptaannya


Lubang hitam multimedia dan ledakan besar fatamorgana direkayasa

Sawah-sawah hijau dan akar padi adalah masa lalu

Lahan-lahan pertanian dan perkebunan tak lagi menggugah selera


Kuburan masal dunia maya tanpa nisan pun dibangun megah di sini

Internet menjadi berhala dan segala gerak-gerik manusia tergantung padanya


Sampai kapan dan tiba bila kecerdasan artifisial dipuja? 

Bisakah kemanusiaan digantikan perangkat lunak dan kodrat alam ditakdirkan oleh robot-robot dunia maya?


Sebentar lagi kedigdayaan teknologi itu akan dicabut nyawanya oleh badai matahari dan semesta harus berputar balik: kembali ke titik nol!


Milenial akan kembali meraba-raba dunia purba

Token nontukar menjarah hingga ke akar nalar 

Noken tak tertukarkan  berebut pasar dan token yang tidak dapat dipertukarkan menebas kepakaran sang aku manusia


Apa pedulimu jika kiamat tiba hari ini?

Atau sebelum Hari Raya esok lusa tiba-tiba perang nuklir sudah merayakan pesta?


Kesaksianku padamu

Metaverse Blockchain dan Crypto Currency sudah basi dalam belukar diksi dan rimba puisiku

Bursa kata-kata dan pasar bebas kapitalisme yang berbusa-busa

Sudah lama kuhijrahkan ke alam baka


Lembah Silicon telah dan akan terbuka kedoknya

Saham-saham perbankan jatuh dan rush terjadi dimana-mana 

Rantai blok yang kausaksikan di Ethereum dan Flow hanya kecerdasan ornamen yang tanpa busana

Topeng masa lalu dan topeng masa depan yang pamer di masa kini dengan wajah jumawa


Dalam aksi kanal-kanal puisiku

Literasi Digital yang bermimpi menjadi juru kunci tapi ujungnya justru menelanjangi diri sendiri 


Tuhan kupanggil pagi-pagi agar himne kematian di Silicon Valley tak bergema di negeri ini 

Kuucapkan terima kasih untuk kecerdasan artifisial yang menghunjamkan ribuan rindu di ulu hati hingga ujungnya kami semua rela menjadi manusia yang lupa diri


Tuhanku

Waraskan kemanusiaan kami dan jauhkan kami dari prasangka dan labirin super-komputer di hidup sesingkat ini



Gus Nas Jogja, 17 Maret 2023


 Tentang Penulis

           H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.

 

           Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

        Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top