Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Ilham Nuryadi Akbar

0


Tanpa Perlu Dijadikan Berhala

 

Sebelum hujan mengguyur badan bumi

sepasang burung dapat menitipkan sehelai bulu

di antara celah-celah gerimis sore hari, tempat paling keliru

yang menjadikan bumi basah atau tetap kemarau

yang menjadikan sepasang burung dapat bergurau atau menangis dengan bergarau

yang menjadikan seluruh makhluk senang atau sekadar risau

 

Meski demikian, dengan sendirinya langit dapat menakar

apa-apa yang dianggap baik

tanpa perlu dijadikan berhala, disembah-sembah, dipuja-puji

pastilah ia akan menurunkan rintik-rintik

untuk memadamkan kecewa, api-api cemburu, lagi membasuh hal-hal merugi

kepada burung, kepada yang murung, kepada penghuni bumi,

yang merasakan kasih sayang buntung

 

Langit adalah tempurung dalam kalkulasi tak terhingga

mendaur ulang doa-doa

untuk ditabur pada dada yang hendak kecewa.

 

Bekasi, 15 Maret 2023

 

 


 

Memasung Segala Dosa

 

Dirimu dapat memasung kebohongan pada mimbar kebenaran

dengan utas, tuntas, menyapu seluruh bau ke tempat yang entah

juga memahat kabar-kabar berkarat sampai jadi nirmala

melarungkan tuduhan-tuduhan gila

hingga hal-hal buruk menggisil dari tubuhmu yang kian menggigil

dan kau, akan berenang di lautan kebebasan dengan sebatang lisong

yang terhuyung-hutung dari himpitan kedua jari kotormu itu

 

Namun nanti di hadapan Tuhan

silahkan menangis sejadi-jadi

sebab dirimu tak dapat mereka-reka atau berbalik wajah

menutupi dosa yang dirimu tumpuk

sampai gemuk

 

Bekasi, 15 Maret 2023

 

 

 

Merinaikan Pola Pikir

 

Bukankah waktu telah ditetapkan sebagai pintu yang mengatur segala sibuk,

sementara termangu adalah lorong untuk menuju masa lalu

tapi mengapa orang-orang sibuk merinaikan pola pikir

tentang siapa yang paling penyair?

sedang berabad-abad

perdebatan syahdunya suatu aksara telah dianggap sebagai ornamen

sekadar menggumbuk hati yang sedang nestapa

 

Kendati kau menang sawala dan dapat jemawa

beberapa sayap tak akan menyertai punggungmu

untuk terbang ke langit lapang tempat Tuhan memandang

atau mungkin dirimu itu lupa

bahwa ribuan jelaga tak bisa menjelma neraka

laiknya kemenangan, tak menjadikan dirimu seorang raja

 

Bekasi, 15 Maret 2023

 

 

 

Palagan di Tubuhku

 

Palagan telah jatuh di tempatku merebah

menandak-nandak untuk mencari kumpulan air mata

sementara detik kian berpagutan dengan detak

menyuruhku memantik bait-bait kesedihan

sungguh kehilangan telah memperkosa siapa saja, termasuk aku

untuk dicampak menyeberangi jembatan kehidupan

 

Kini, setelah tanggal tanggal terpenggal, dan tahun-tahun terkelupas

yang sesekali, secara teratur, sembarang, hingga sekarang

aku melimbungkan seluruh kebaikan

kepada engkau yang tertidur di bawah nisan

 

Bekasi, 15 Maret 2023




Tentang Penulis




Ilham Nuryadi Akbar lahir di Banda Aceh dan saat ini sedang merantau di Kota Bekasi. Buku pertamanya diterbitkan oleh Alinea Medika Pustaka berjudul Kemarau Di Matamu Hujan Di Mataku, terpilih sebagai Juara 2 pada Lomba Puisi Nasional di Festival Penulis. Puisi dan cerpen telah banyak terangkum pada beberapa media Lokal dan Nasional seperti: Kumparan.co, Koran Radar Banyuwangi, Sumenep.news, ideide.id, Literasikalbar, barisan.co, Negeri Kertas, dll. Instagram: @ilhamfellow. WhatsApp: 08111130295.




 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top