Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi H.M. Nasruddin Anshoriy Ch.

0


NUZULUL QUR'AN


Surga adalah 6666 ayat kebenaran 

Firman bersayap cinta yang lahir 

dari Rahim Nur Muhammad

Gua Garba Kalam Suci yang 

menetaskan 114 surat-surat cinta 

Karunia Semesta, 30 Juz 

Keindahan yang tak pernah 

memejamkan mata, pantang 

tertidur walau kantuk kata-kata 

memeluk sekujur bumi


Surga adalah Madah Ilahi yang 

diwahyukan kepada Sang Nabi dan 

dijagaNya dengan tadarus jutaan 

malaikat sepanjang hari sepanjang 

malam oleh manusia yang terpilih 

sebagai KekasihNya


Surga dicipta melalui Kitab Suci, 

petunjuk bagi tiap-tiap jiwa yang 

takwa, manusia muttaqin yang 

tiap helai nafasnya menghidupkan 

iman, yang Mata Ketakwaannya 

meyakini rahasia gaib 


Malam ini, tanggal 17 Ramadlan, 

kusenyawakan cinta sejati di 

Jabal Nur, tumpukan batu beratap 

Seribu Bulan dalam kerajaan 

Gua Hira, menyaksikan gugusan 

kilau cahaya menembus jantung 

Muhammad Sang Nabi 


Sesudah Nabi Musa menerima 10 

Perintah di Bukit Tursina

Lalu menyampaikan Kitab Taurat 

kepada Bani Israil

Sesudah Nabi Daud diamanahi Zabur

Kitab Keindahan menggetarkan jiwa umatnya

Sesudah Nabi Isa menggendong Injil

Lalu membagi kasih-sayangNya 

kepada para gembala

Puncaknya adalah Al-Qur'an al-Karim 

yang menyatukan Firman Ilahi 

dan menyempurnakannya 

sebagai petunjuk dan pembeda


Sesudah jahiliyyah

Terbitlah tilawah

Sesudah kegelapan

Terbitlah pencerahan


Semesta bertakbir

Semesta berdzikir

Sunyi-senyap menempa akal-pikiranku


Iqra'!

Suara Jibril menembus ubun-ubunku

Kubaca dengan sempurna 6666 puisi 

yang memukau nurani 

di kedalaman rahasia hati manusia


Kubaca 114 surat-surat dari langit 

yang melayang dengan damai 

lalu rebah di haribaan bumi, 

yang membuat permata meleleh 

demi mengucapkan cintaNya,  

menjadikan zamrud dan rubi 

mengucap janji, menyambut 

dengan mesra kehadiran Kalam Ilahi


Dengan menyebut Maha Dzat yang dahsyat, 

kukepakkan sayap-sayap bayani ke langit tinggi, 

lalu kukupas lapis-lapis langit itu 

dengan sangkur burhani, 

hingga tinggal menyisakan inti irfani 

di atom ayat-ayat Ilahi


Kalbuku lumer oleh Maha Cahaya

Cahaya di atas Cahaya

Cahaya di Aras Cahaya


Biji dan buah

Sperma dan nutfah

Berhulu pada Cinta

Bermuara dalam Puisi


Akar dan kayu

Zikir dan rindu

Meleburkan kulit dan isi

Menyaturasa dengan daging dan darah

30 Juz Keindahan

30 Juz Kebenaran

30 Juz Kesempurnaan


Surga kusalami

Rasulullah kushalawati

Kucium tanganMu

Dicatat dengan tinta azali di Lauhul Mahfudz

Sidik-jari semesta takdirku


Qobiltu

Kuterima Mahar Kemesraan ini

Qur'an yang turun ke bumi

Tepat di Bulan Suci


Gus Nas Jogja, 17 Ramadlan 1444 Hijrah

 


SULUK MANINJAU

Kepada Buya Hamka


Kuziarahi labirin rindu

Tangis bayi yang pecah di tengah danau

Dalam pasang-surut doa ninik-mamak

Diamini para Datuk dan Bundo Kanduang sepanjang subuh


Engkau lahir terbungkus rindu

Di pangkuan zikir 

Berbalut madah di lingkar kepala

Berkalung tahmid yang dirajut oleh Kerapatan Adat Nagari


Bunga Danau Maninjau

Bermekaran senyum teratai

Mengabarkan pada subuh

Telah lahir bayi yang tangguh


Hamba Sang Raja

Abdul Malik yang dikasihi atas perintahNya

Tuhanku

Kauutus ia untuk mengasah pena

Menulis birunya langit

Lengkung senja dalam seloka

Lalu tumbuh buah-buah ranum dari tangan para ibu

Uni dan Uda yang bermekaran di Minangkabau


Kau hadir dengan kabar gembira

Aku terpukau dan memeluknya

Sepayung di bawah gerimis

Sekapal di pelayaran

Nikmat dan syukur bersimbah dalam doa


Dengan sepucuk pena

Kautulis sebutir debu dalam 

deburan rahmat bermilyar pasir pantai


Kubaca dan terus kubaca suluk sunyimu, Buya

Semula memang acapkali kulupa

Sulaman ilmu dalam setiap lembar tutur-kata

Setumpuk hikmah

Dalam berjilid-jilid buku di perpustakaan rindu


Tapi sesudah kautusuk di dada sebelah kiri

Jantungku membuncah

Detak nadi dan cucuran darahku 

seakan pasti mengucap sumpah


Kusulam salammu, Buya

Dalam bait-bait tadarus puisi

Selingkar tasbih kukalungkan 

dalam luka-luka leherku


Tiba-tiba kudengar suara adzan subuh dari dasar danau

Panggilan iman yang pecah di rongga dada

Aku tahu itu suaramu

Suara paling merdu dari arah Surau


Di rindu selanjutnya

Kuziarahi kelok-kelok keindahan

Alam bakambang berbuah zikir

Tiham bakambang mengukir pikiranku


Satu persatu biji kecintaan itu tumbuh

Tak cuma di Tanah Maninjau

Mekar bersemi mawar cinta

Kaucatat dengan wangi melati


Di pelayaran abadi

Telah tenggelam Kapal _Van der Wijck_

Tapi hijrahmu telah begitu jauh, Buya

Di Bawah Lindungan Ka'bah

Pemuda Minang itu pasrah berserah


Sesudah itu badai menghempas

Tapi nafasmu terus berhembus

Sebab rindu tak mungkin dipangkas

Sebab cinta pantang ditebas


Semua itu telah terkubur di masa lalu, Buya

Tapi sejarah sudah menyiramnya dengan darah


Membersamai senja

Suara istighfarmu kian bergetar

Dan di Mihrab Masjid Al-Azhar

Berjuta jemaah pun bertakbir

Terus mengalir zikir dan doa tiada akhir


Gus Nas Jogja, 10 April 2023

 


SELIKURAN


Menjadi Jawa adalah jawabanku

Berjanji tidak jumawa

Hidup sederhana menjawab jiwaku


Kusebut tirakat

Sejatinya laku tarekat

Menempa iman dengan puasa

Mempusakai hidup dengan laku dan takwa


Jawa yang kujalani adalah jalan puasa

Merawat rasa

Meruwat risau

Meriwayatkan tarikh leluhur agar 

hidup tak ngawur


Kusebut mutih agar noktah tiada

Kusebut ngebleng agar hidup hilang spaneng

Kusebut pati geni agar nafsu padam di dalam diri


Di Pertapaan Agung Bulan Ramadlan

Kusucikan jiwa yang kumuh dan nestapa

Tadarus Kalam Suci menggerus 

arus rakus dalam nafsuku


Menuju arus balik

Kenyang dan lapar kembali mudik


Dengan ilmu dan laku

Aku berguru pada Sang Maha Waktu

Kucari malam-malam ganjil dalam iktikafku

Berburu Lailatul Qadar

Kenduri keberkahan

Berharap Rahman dan RahimMu


Gus Nas Jogja, 11 April 2023

 

IKTIKAF


Sebilah rindu

Setajam kalbu

Membelah taubatku


Sebilah kata

Setajam puisi

Menebas dosa


Sebilah mantra

Setajam doa

Senarai makna


Tuhanku

Di bibir Jibril

Kutitipkan salamku

Pada semesta


Dalam iktikafku

Bahasa tak sanggup jadi perantara

Kata-kata karam di dasar samudera


Hanya puisi yang sanggup kuamanati

Menghidangkan secawan cinta


Gus Nas Jogja, 15 April 2023

 

GURINDAM RAMADHAN


Beribu tabik kutitipkan pada 

bait-bait rindu di ujung Ramadlan, 

kutulis dalam gurindamku

Kukembalikan seluruh kata 

yang pernah kukhianati pada 

muasalnya, pada tabularasa 

sebelum Ibu melahirkanku 


Malam-malam Kudus yang 

kusembunyikan dalam sunyi puisi

Telah menguras gairahku pada 

fana dunia, pada goda dan dosa 

yang menyelimuti nafas nafsuku


Ramadlan melesat kilat di ujung 

anak-anak panah taubatku, 

mengantarkan rakaat tarawih dan 

sujud tahajud pada langit witirku


Berkaca-kaca bola mataku 

membaca jejak jelaga dalam sajakku

Surga yang berkali-kali kulukai

Kalam Ilahi yang kulalaikan dalam hidupku


Kusimak kembali derai tadarus di relung kalbu

Tilawah yang terbata-bata

Menuliskan kata demi kata risalah jahiliyyahku

Akankah puasaku akan tiba pada peluk hangat rahmatMu?


Tuhanku

Aku gagal menggali kuburku

Zikirku bercampur nyinyir

Aku gelisah menggenggam erat 

penaMu dalam jemari rindu

Akankah Gurindam Ramadlan 

ini sampai hingga bait terakhir di 

bulan maduku?


Gus Nas Jogja, 15 April 2023

 

MUNAJAT MALAM KE DUAPULUH TUJUH


Dengan menyeru pada Sang Maha Rindu

Malam ini kusucikan jiwaku


Jalan berliku ke langit biru

Tak ada buruk sangka yang kujadikan rambu

Kebaktian yang kujalani

Semata untuk meneguhkan syahadatku 


Dalam sinar ayat-ayat Al-Qadar

Mata kalbuku menatapMu


Perjamuan terakhir

Kausuguhkan cawan suci Al-Maidah

Dalam Tempayan AgungMu 

Pada hari ini telah Kusempurnakan 

untuk kamu agamamu


Mataku membaca

Mataku menyaksikan

Mataku berkaca-kaca

Mata kalbuku bersaksi 

Kebenaran itu telah menghunjam 

di sanubariku


Bersimbah tahmid

Dalam sajadah mahabbah

Kusujudkan kening kerinduanku

Merengkuh syukur semesta


Gus Nas Jogja, 17 April 2023

 

RAJAH RINDU MALAM PENGANTIN


Diakadkan oleh tekad

Kupinang Engkau Tuhan, dengan 

Mahar Semoga


Tak ada palang-pintu yang bisa 

menghalangi kepulanganku 

padaMu


Menjinakkan Engkau 

Kulangitkan Mantra Semoga

Aku semakin yakin dengan cintaku

Mustahil salah mencintaiMu 


Di malam ke sembilan 

Dalam kamar bulan suci ini

Aku dan Kau berbulan madu

Aku Arab bila 'Ain

Aku Ahmad bila Mim

Aku Jawa tanpa jiwa jumawa


Rajah-rajah itu kulukis di kafan tangis

Tolak-balak penjinak onak

Perisai hati penolak duri


Tuhanku

Dalam lingkaran waktu

Telah kubulatkan rinduku

Kasih tulus ini telah kuikhlaskan 

Bersujud menghadap kiblatMu


Gus Nas Jogja, 18 April 2023

 

Riwayat Penyair

H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.

Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.


Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top