Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Lukisan Suci Wulandari

0



TERLAMBAT

Karya Suci Wulandari ini berukuran 768x1024 DPI, dibuat secara digital dengan aplikasi Ibis Paint. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pembuatan lukisan digital menjadi salah satu alternatif menekan biaya bagi seniman. Selain kemudahan pemilihan warna yang telah disediakan aplikasi, bagi seniman pemula, apalagi seorang mahasiswa seperti Suci, tentunya aplikasi sejenis ini memberi kontribusi yang cukup besar. Namun, selain daripada kemudahan yang ditawarkan aplikasi tersebut, tidak kemudian saya mengatakan aplikasi sejenis ini tidak memiliki kekurangan. Bagi Suci, dan saya sepakat, bahwa kanvas dan cat membuat ekspresi seniman lebih aktif dan terdapat eksplorasi kreativitas yang bekerja lebih dalam.

Selanjutnya, mari kita periksa. Suci wulandari di dalam karyanya melukiskan gambaran perempuan yang sedang menangis. Mengapa saya mengatakan demikian? Dilihat dari lekuk wajah dan garis yang mendasarinya, terlihat feminin sekali. Namun, mengapa Suci Wulandari justru meletakkan lekukan berwarna merah sebagai air mata? Atau justru itu bukan air mata? Ketika melihatnya sebagai konotasi warna merah, mungkinkah itu sebuah darah? Baik, mari kita tinggalkan ini lebih dulu.

Di dalam karyanya, Suci meletakkan kata “Terlambat.” Sebagai sebuah simbol, kata ini berperan penting. Terlepas dari keterlambatan seperti apa yang Suci maksudkan, biarlah menjadi rahasia dari karya ini. Selain itu, saya mempersilahkan pembaca memberi interpretasinya terhadap pemaknaan tersebut.

Jika kita melihat esensi dari lukisan ini dengan perspektif kata “Terlambat,” maka konotasi darah yang sebelumnya dipertanyakan mendapat validasinya. Terlambat diidentifikasi dari sesuatu yang terlewat, kita lewatkan, penyesalan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan waktu. Melihat lukisan tersebut mengacu kepada emosi kesedihan, maka “Terlambat” dalam hal ini dapat diletakkan sebagai perspektif yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak dapat diulang atau diperbaiki.

Warna merah yang dimaknai sebagai air mata di sini didudukan suci sebagai simbol penyesalan, mengapa saya mengamatinya demikian? Sebab kedudukan “Menangis darah” pada dasarnya menceritakan hal-hal yang tidak lagi dapat diupayakan, atau bisa juga dikaitkan dengan pengorbanan yang dalam. Emosi yang diberikan Suci pada karya ini meletakkan dirinya pada hal-hal yang tidak dapat diupayakan, diulang, dapat juga berkaitan dengan sebuah keinginan.

(Efen Nurfiana)


Riwayat Pelukis


Suci Wulandari. Ia lahir di Banyumas, tepatnya pada 23 Mei 2000. Menyukai kucing dan bangunan-bangunan masa lampau. Saat ini, ia tengah menempuh pendidikan S-1 dengan mengambil jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Kesibukan lainnya antara lain tergabung dalam komunitas Rumah Kreatif Wadas Kelir.
Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top