Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Aditya Ardi N

0

 


Konstanta


hidup ini cadas semata

maka bangunlah semacam waduk atau telaga

untuk menampung banjir bandang luka-luka

 

meneroka hari depan yang tampak cuma ancaman

tajam kecemasan kerap merobek jaring harapan

maka rapikan kembali ingatan agar pulang pada keberanian

 

kesepian adalah kawan paling karib dalam pencarian

penderitaan adalah pelajaran umum dalam buku diktat kehidupan

dan duka cita akan digantikan dengan penghiburan

 


Mengangan Puisi di Atas Kuda Besi

: kepada bayu

 

seperti bensin dalam tangki motor tua tak terpakai

tahun-tahun menguap di udara yang sesak

oleh rencana-rencana umat manusia

 

rasanya baru tadi pagi bising knalpotmu

merisak nyenyak tidurku

tahu-tahu aku terbangun pada irisan waktu

yang tak begitu kuakrabi

 

ingin kuraih lagi masa-masa itu

ketika hari-hari berjalan langsam

dan warung kopi adalah rumah

tempat rebah bagi lelah dan gundah

 

ingin kugapai masa-masa itu

ketika ketidakpastian bukanlah beban

dan dengan uang recehan di tangan

kita tak bergeming menatap hari depan

 

tapi waktu telah membawa kita bertamasya

jauh ke tempat-tempat yang tak pernah kita duga

biarlah puisi ini mereka ulang

segala yang silap, segala yang hilang


 

Kota Kecilku Tak Henti Merias Diri

 

terang sinar bohlam meretas kelam malam

mengabur batas antara kerja dan diam

 

di pertigaan kendaraan riuh berseliweran

seperti pikiran yang dikeruhkan kebutuhan

 

senja mengarus ke selatan

satu lapak koran masih bertahan

 

di pabrik-pabrik terlihat

truk-truk sibuk bongkar-muat

 

orang-orang berjalan kaki

berburu outfit biar terlihat trendi

 

di utara penuh dengan penjual makanan

nasi goreng, mi ayam, bakso hingga jajanan kekinian

 

disusul dengan deret toko-toko

pusat perbelanjaan gawai dan elektro

 

dan barbershop bermunculan

tempat kawula muda mematut penampilan

 

dan coffe shop bermunculan

tempat nongkrong rasan-rasan masa depan

 

“angin kemajuan tak terhindarkan. menyapu

seluruh permukaan kota kecilku.”

 

 

Ibu Setelah Ibu

 

ibu setelah ibu mengajariku cara jitu menuliskan bab satu

sebagai pendahuluan dalam hidup mesti rendah hati selalu

 

ibu setelah ibu mengajariku bahwa menuliskan bab dua

harus memiliki landasan kebijaksanaan dalam menyikapi segala sesuatu

 

ibu setelah ibu meyakinkanku pada bab tiga, bahwa untuk merampungkan

ragam rupa persoalan memerlukan metode yang tepat

 

ibu setelah ibu mengajariku menuliskan bab empat, bahwa hidup senantiasa

membutuhkan pembahasan yang cermat hingga mencapai penyelesaian yang akurat

 

ibu setelah ibu mengajariku menuliskan bab lima, bahwa simpulan

atas hidup yang kadang membingungkan tak lain ialah keberterimaan


Susur Pasar

 

pasar ialah kencang debar

yang terus memberi kabar

kepada hari-hari gusar

 

rasa lapar ialah fondasi

bagi perjumpaan penjual dan pembeli

meski hidup tak melulu soal untung-rugi

 

dalam tanah tumbuhan berakar

dalam tanah mata air meruah segar

dalam pasar hidup yang hidup berpendar


 Riwayat Penyair

Aditya Ardi N, penyair yang lahir di Ngoro, Jombang, Jawa Timur. Buku  Puisinya yang telah terbit antara lain Mobilisasi Warung Kopi (2011); Mazmur dari Timur (2016); Manifesto Koplo (2019).  Beberapa karya puisi dan esai dimuat di media online/cetak lokal maupun nasional. IG: @aditya_ardi_n

 

 

 

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top