Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Umi Kulsum binti Jaenudin

0


Pelataran Puisi


Aku duduk berlatarkan puisi

Dengan retorika yang membawaku

Terbang menuju air terjun

Biru membalut warna

Di atasnya mengambang kecintaan

Yang terus menyejukkan


Koma dan titik

Kuseduh

Manis dan pahit

Aku masukkan

Di sela-sela kata

Meskipun kadang

Aku terhenti dan tersesat oleh

Cerita yang terhampar


Aku buka selembar demi selembar

Yang tersisa dari

Percakapan kita

Tadi malam


Purwokerto, 4 Mei 2023



Aku tak Bisa Menulis


Aku tak bisa menulis

Dari sebuah puisi yang terbaca

Oleh dedaunan jatuh

Atau orang-orang berlabuh di dermaga


Aku tak bisa menulis

Dari suara-suara yang tersirat

Jauh di atas langit

Atau jauh di bawah tanah


Aku tak bisa menulis

Dari bait-bait lagu yang beraroma

Kisah susah senang


Namun aku bisa menulis

Dari doa-doa yang bertebaran di bumi

Langit dipenuhi olehnya


Purwokerto, 25 Mei 2023



Selepas Tukar Kata Tadi Malam


Hembusan angin

Mengusir lelah

Tarikan napasku

Mengusir segala penat


Aku bercerita tentang sosok pria

Berjalan di tepian pantai

Yang darinya aku sadar


Bahwa lembayung akan pergi

Saat malam menyapa lagi


Darinya aku tak memaksa

Kau duduk di perjamuanku


Karena mungkin jamuanku

Kurang indah saat perapian malam

Kita mulai


Duhai mata yang indah aku pandangi

Aku kirim merpati putih

Menemani jejak hari-harimu


Purwokerto, 4 Juni 2023



Rembulan


Ada sejenak rindu dari insan

Yang datang di kala rapuh dan peluh menyelimuti


Derai air mata meluncur bersama butiran doa-doa

Menggapai kesunyian di ujung ruang-ruang kosong


Yang tak lain rumah yang berpondasikan takwa


Kedungbanteng, 27 Mei 2023



Ombak Rindu


Jejak langkah kini

Membawaku pergi dari tatapmu


Senja yang nyata setiap harinya

Ikut menyelinap menjadi malam-malam tanpa kawan


Ombak menarikku

Tenggelam dalam lautan

Hingga kutercabik-cabik oleh waktu


Kedungbanteng, 27 Mei 2023



Perempuan


Aku tidak tahu perempuan

Tubuh-tubuh mereka berbalut dengan kebohongan

Manisnya kehidupan hanyalah tipuan semata


Baju-baju dan sepatu hanyalah pengikat dan pijakan

Lalu, apa istimewanya?


Di seberang lensa matanya

Berdiri darah yang mengalir indah

Dibuainya, dirawatnya hingga menjadi manusia

Bahkan, jika kau berlari sampai ujung dunia

Berlian yang akan dihidangkan takkan jumpa


Dihamparan pupuk kehidupan berirama cerita, suka, dan duka

Meski kadang sorak suara memporak-porandakan keteguhannya


Pijakan kakinya tak pernah sampai pada menara-menara

Tapi kehidupannya yang kacau mampu menghidupkan kertas-kertas putih

Bertuliskan sebuah mimpi dan harapan


Purwokerto, 12 Mei 2023


Riwayat Penyair

 

Umi Kulsum binti Jaenudin, berasal dari Garut, Jawa Barat. Sekarang, dia sedang menempuh Pendidikan S1, Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).  Dia turut aktif di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Selain itu, dia aktif juga di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Tarbiyah Komisariat Walisongo UIN SAIZU. Karyanya dimuat di buku kumpulan cerpen tiga paragraf “Secangkir Kopi di Pagi Hari” yang berjudul “Pangeran Impian” dan  dimuat di Buku Antologi Lomba cerpen “Sahabat Bersama Sampai Syurga”.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top