Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Resensi Indarka P.P.

0

Satu Cerita, Satu Kenyerian

Oleh: Indarka P.P
Identitas Buku :
  • Judul Buku        : Sejarah Nyeri
  • Penulis               : Yuditeha
  • Penerbit             : Marjin Kiri, Tangerang Selatan
  • Cetakan            : Pertama, November 2020
  • Tebal                 : 128 halaman, 14 x 20,3 cm
  • ISBN                   : 978-602-0788-07-4


Konon, bercerita diyakini sebagai cara terbaik mengkritisi suatu hal. Sebagai miniatur kehidupan berwujud teks, paling tidak cerita dapat berfungsi sebagai nasihat, sekalipun tanpa kata-kata yang tegas. Bahkan sebagian orang menggunakan cerita sebagai sarana memperbaiki sesuatu yang rusak dengan tanpa menyentuhnya secara langsung.

Sejatinya kita telah banyak menjumpai karya sastra yang bertendensi demikian. Dan satu di antara yang sudah – atau kelak – kita jumpai adalah ketika membaca Sejarah Nyeri. Yuditeha, sastrawan sekaligus redaktur sebuah media sastra adalah dalang kenyerian itu.

Bagi yang kerap membaca karyanya, terlebih cerpen, mestinya tahu Yuditeha memiliki ‘napas panjang’ dalam bernarasi. Dalam hal ini, kita patut menduga bahwa ia berhati-hati menyusun logika kalimat. Cerpen-cerpen Yuditeha sering berklimaks pada detik-detik akhir. Yuditeha seolah memaksa pembaca untuk bersabar menanti sensasi ‘gong-nya’.

Dalam buku ini, sebanyak 19 cerpen memakai awalan judul serupa: Sejarah. Mulai dari Sejarah Bibir, Sejarah Rahim, Sejarah Sabun, Sejarah Timun, bahkan Sejarah Titit. Sebagai khas kemerdekaannya selaku seniman sastra, Yuditeha kerap menghadirkan cerita yang bersinggungan dengan hal-hal intim: sisi rahasia tapi paling jujur pada setiap manusia.

Sejarah Sabun agaknya menjadi pilihan tepat untuk menjelaskan hal tersebut. Sabun selaku tokoh utama berkisah aktivitas seorang laki-laki dan perempuan—sepasang suami-istri, berserta putranya setiap berada di kamar mandi. Sabun bertutur bahwa laki-laki dan perempuan itu sama-sama memiliki kebiasaan mencukur bersih bulu ketiak dan bulu kemaluan sebelum mandi.

Suatu hari, sang suami pamit pada istrinya selama tiga hari ke luar kota karena tugas kerja. Dengan otomatis yang akan masuk ke kamar mandi selama tiga hari ke depan adalah perempuan itu dan anaknya saja. Tetapi, suatu waktu, kamar mandi dimasuki seorang laki-laki asing. Tak lama kemudian laki-laki itu disusul oleh perempuan tadi. “…dengan cepat bibir mereka beradu. Tubuh mereka merekat. Lalu mereka saling melepas pakaian hingga telanjang…,” terang Sabun.

Setelah kejadian itu, suami pulang dari tugas kerjanya. Pertama yang ia lakukan adalah bersih diri di kamar mandi. Tetapi ia tiba-tiba tercenung ketika menemukan sehelai rambut keriting yang kira-kira panjangnya 5 senti menempel di permukaan sabun. Sementara ia paham, bahwa ia dan istrinya selalu rutin mencukur bulu ketiak maupun bulu kemaluannya.

Meski terbilang ‘saru’, kisah sabun tak ubahnya cara mengkritik orang-orang amoral. Bahwa cepat atau lambat, kebusukan akan tersingkap sekalipun dengan cara paling sederhana. Sabun dijadikan tokoh utama yang berlaku sebagai narator paling jujur atas apa yang ia saksikan. Maka amanat yang layak dipetik dari cerita ini adalah pentingnya menjaga muruah seseorang, terlebih bagi mereka yang sudah terikat sebagai suami istri.

Selain melalui indera peraba, nyeri bahkan juga bisa muncul akibat luapan emosional seseorang. Dan setelah mendalami cerpen Sejarah Sabun, kenyerian itu mencuat di benak pembaca. Hal ini berlaku untuk cerpen-cerpen lainnya. Satu cerita, satu kenyerian.

Menurut saya, Sejarah Nyeri cukup berhasil menandingi pendahulunya, Balada Bidadari (Kompas, 2016). Balada Bidadari yang dominan berkisah soal asmara sebenarnya juga penuh kenyerian, meski tidak disinggung gamblang Yuditeha lewat kata-kata.

Tentang Penulis:


Indarka P.P, lahir di Wonogiri (Jawa Tengah). Alumni Fakultas Syariah IAIN Surakarta. Aktif menulis di berbagai media. Saat ini bermukim di telatah Kartasura, dan bergiat di komunitas Kamar Kata.
Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top