Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Listin Wahyuni

0

 


PEREMPUAN PENYUNGGI KERANJANG

 

dalam munajat selepas subuh

kulihat seorang perempuan

berkain selampai selendang

menyunggi  keranjang:

kerisik daun-daun berdesakan

ranting-ranting kering. kelopak bunga luruh

rumput ilalang. dengung belalang

 

ia meniti shirath

debar dada berdegupan

berharap tangan malaikat

menuntunnya bersijingkat

kakinya telanjang. airmata berlelehan

lisan dan hati tak hendak diam

merintihkan rindu pada kekasih

nun jauh di seberang:

 

ya nabi, ya nabi

ya bulan, ya matahari

 

perempuan itu. menitiskan sendu

di kecipak sungai nafasku

hingga di pagi yang diam

kupunguti kesabaran berserakan

di kebunnya yang manikam


Depok-Yogyakarta

November 2018-2021






SEKERANJANG BUNGA UNTUK BERPESTA


tak ada yang berbincang pagi-pagi tentang

rangkaian bunga. jika kelak pesta kita tiba

 

mereka hanya berhitung berapa bumbung

mutiara yang kau dapatkan

dalam setiap palagan yang meletihkan

 

pesta kita bukan semarak kilau

hanya kenduri cinta sekedarnya

nasi wuduk dan ingkung sekedarnya

taburan kol dirajang sangat tipisnya

 

tapi jangan lupa, aku ingin sekeranjang bunga

untuk kuhirup wanginya. di setiap pagi dan senja

 

kau tahu? betapa sepi perempuan jika tak ada

daun dan kembang. apa yang akan ia mainkan?

 

bahkan ketika pesta kelak usai

ada saja yang sibuk meronce

kenanga, kantil, mawar, melati, pandan wangi

untuk menghias kereta. yang akan membawa

pulang setiap jiwa

 

bukankah wangi yang kita sepakati

di awal dan akhir nanti?


Depok, November 2018






PERBINCANGAN KOPI SENJA

 

Senyum itu masih lembut tersungging di bibir

teduh serindang pohon. kala terik tengah hari

menguarkan aroma zikir. yang kau racik sedari pagi

 

Senyum itu aroma secangkir kopi

yang mengundang tetangga berkumpul di beranda

kala hujan membasuh senja. sambil bersenda bertukar kisah

tentang piring yang pecah sehabis dhuhur

karena mencuci dengan angan terulur

akan rumah di tengah huma. yang dikelilingi jagung

dan ketela. dengan kursi bambu di berandanya

juga serumpun perdu pemalu. harum ilalang dan manja benalu

 

Dan ah, selebihnya derai tawa. renyah dan sederhana

karena perbincangan tetap saja angan

sebelum semua bergegas pulang. menyingsing lengan

mengambil pisau. mengupas bawang menumbuk sahang

untuk sepinggan makan malam

 

Sambil mengingat sebuah kisah tentang jibril,

yang membawa salam damai. bagi hati seladang bunga

    :Tuhan membangunkan sebuah rumah di surga

jauh dari hiruk pikuk dan rasa lelah,,untuknya

 

Depok, November 2018

 

 

 



MEMBACA YUNUS

 

dalam istighfar aku membaca

karena kata-kata kadang bagai

samudera yang gelombangnya tak terduga

menyeretku tenggelam

sampai tak bisa kubedakan

mana daratan mana lautan

 

jika tenggelam

aku ingin seperti yunus

dalam perut ikan diselamatkan Tuhan

dan amarahnya pun ditenggelamkan

 

maka ajarilah aku berenang

seperti sebuah permainan

tanpa batas bersama denyut darah

bersentuhan dengan nama-nama

berhubungan dengan benda-benda

hingga aku memahami

pengetahuan menjalin hubungan

 

aku ingin mengenal qathi dan zanni

temanilah bacaanku

hingga jika tenggelam

seperti yunus aku diselamatkan

dan amarahku ditenggelamkan

 

Depok, Juli 2003

 

 

 

 

 

PENJUAL GORENGAN DI GERBANG PEMUKIMAN

 

ia mengajariku

cara meniup khayalan

seperti pelajaran ngaji

kyai jamal

 

aku bergegas.kembali ke rumah

membenahi bacaan doa anakku

dan tadarusnya yang terpental

sambil bergulat dengan

setumpuk setrikaan

 

mengingatkan suamiku

untuk terus menjaga nyala tungku

meski harus memungut sampah

bisa jadi lebih berkah

karena melebur rindu

pada basah peluh

dan sengak bau

 

bahkan nabi pun

menimba air untuk

menyiram kebun yahudi

dan membiarkan makian

dan tamparan mendarat

di wajahnya yang suci

 

demi dua puluh empat butir kurma.

menenangkan perut lapar fatima, hasan, dan husein

 

Depok, Oktober 2018

 

 

 

 

 

 

SAJAK PENUANG ANGGUR

 

aku hanya mencintai dan

merinduimu hingga engkau mabuk

lalu kutuang lagi anggur

hingga pialamu oleng dan pecah

 

engkau mengadukan kegilaanku

mengiba pada Kekasih. tersedu-sedu

tersungkur bergulung debu

dan lupa akan dirimu

 

kelak jika Ia bertanya

tentang tingkah lakuku

kan kujawab, aku di sekelilingmu

senantiasa. ketika engkau dahaga

karena Ia tak membawaku

pergi menuang anggur pada

yang lain. meskipun aku

menginginkannya

tersebab kejemuanku menunggu

ledakan api cintamu

 

sekarang nikmatilah rindumu, kekasih

aku masih terus di sini. menunggumu

di dekat guci anggurNya. sambil

mencuci piala-piala

 

Jowahan

Ramadhan 1442 H/Mei 2021 M

 

 

 

 

 


TEMUKAN AKU, CINTA

 

1/

Selamat pagi, lelaki sunyi

seduka apa mimpi yang

melingkupimu semalam?

hingga engkau terkapar, dan

membiarkan sekian menit berlalu

tak bergegas membasuh sisa airmatamu

 

2)

Selamat pagi, kekasih

semestinya engkau tak lagi bertanya

bukankah engkau akan ajarkan

perjumbuhan jiwa, cara bedua dua cahaya?

 

Tidakkah engkau rasakan kegugupan

semalam? dalam keriuhan aku melihatmu

melintasi huru hara. meretas keheningan

melangkah perlahan sambil bersenandung lirih lamban

lalu pulang diam-diam, menyusup di kerimbunan sunyi

menggugurkan dedaunan kering, mengusap setetes airmata

di pipi lembut semesta.

 

Nafasku tersengal memburu ketakzimanmu

rindu yang mencincang kalbu berkeliaran

di belantara sukma. hingga pagi tiba, aku menggila.

menunggumu kembali, Layla.

 

Yogyakarta, Oktober 2021

 

 

 

 

 

 KAMBOJA MERAH MUDA

 

Apalagi yang akan kuhikmati pada siang mendung begini?

Sepokok kamboja menunggu tiba senja, saat yang sama

ketika sekelompok burung pulang ke sarang

 

Di langit yang lapang mereka terbang

sayap-sayapnya memangku sukma yang ngungun

di langit biru mengharap sapa

 

Di jalanan berdebu,  kamboja menghisap sisa keluhku

dan dibalurkannya ke seluruh kelopaknya, hingga merah muda

yang kuharap kelak menjadi cerita, ketika tandas letih dan tuntas pedih

 

Merah muda, menghamburkanku ke angkasa

Berbondong rindu, berduyun cinta, bolehkah ku menyusup ke shaf-shafnya?

 

Depok, 17 Rabiul Awal 1440

 

 

 

 

 

SELAMAT PAGI, CINTA

 

Sepagi ini

aku bersenandung abunuwas

karena setelah subuh

tangisku pecah: aku kepingan

kaca yang renta. mencoba

menjadi bidadari.tapi setusuk duri

yang dikirim tuhan

tak mampu kutahan

menidurkanku bermalam bulan

 

"Ilahiy, lastu li l firdaus ahlan

wa la aqwa 'ala nar  l jahim..

 

ya ghafur

tampunglah airmataku

menjadi telaga. dalam istighfar

ajari aku mendayung sampan:

maafkan, maafkan

luaskan, luaskan

hendak kularung senampan lara

agar tak lagi menjadi berhala

 

putri tidur telah terjaga

 

Depok, 2018

 

 

 

 


FATIMAH AZ ZAHRA 2

 

Dan kisah tentang

penggiling gandum itu

masih terus bertutur padaku

selepas pagi

ia menggiling uzlahku

yang dikangkangi nafsu:

sakit.tapi biji biji maksiat

dilebur sampai sekarat

 

Depok, 1439 H





Tentang Penulis



Listin Wahyuni, lahir di Sleman Yogyakarta, Indonesia. Karya-karyanya dimuat dalam Antologi “100 Puisi Tema Ibu se-Indonesia” (Sastra Welang Pustaka, 2012), Antologi “Kaung Bedolot” Sayembara Sastra Sawtaka Nayyotama 2013. Beberapa puisinya juga terikutkan dalam antologi puisi cinta” Di Tangkai Mawar Mana” ( Sastra Welang Pustaka, 2014), juga” Kitab Puisi Perempuan Indonesia” (Getar Hati, 2018) dan Antologi “Pesisiran” DNP 9 (2019). Salah satu puisinya “Si Buta Dan Pendayung Perahu” mendapat penghargaan dalam lomba puisi Islami Sabah Malaysia. Tinggal di Yogyakarta. Kontak email: wahyuniduryat82@gmail.com

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top