Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Laeli Rahma

0


MENAFSIR BAYANGAN

 

apakah kita lahir dari mimpi,

pada penjelmaan seperti Ismaya.

menuntun setiap laku

di dalam wajah yang berbeda

atau kita adalah lakon

yang tersesat

di dalam megah dunia lainnya.

 

seandainya memilih jalan

pada bersiung ruas takdir

akankah gunung derita

masih tetanam di punggung kita,

 

segalanya hanya bayangan

episode demi episode

seperti kereta melaju

pada rel pikiran kita,

tapi ruang-ruang

masih berisi kekosongan

yang menyimpan gaung ganjil.

 

dan hamparan ini

tak terbatas

pada rumput-rumput tumbuh

di telapak tangan semesta

 

sebab Ismaya di jantungmu

pun tak lahir

dari sebongkah batu.

 

2020


 



JALAN BAGONG

 

waktu telah menyempurnakan wujudku

melalui ubun-ubun,

dari kepala yang menyimpan serapah.

 

maka aku melintasi hidup

dalam lakon blakasuta

yang kerap dibungkus caci.

 

aku saksikan jalan ini

seperti besi-baja

melengkung disepuh angkuh

yang jangkung

dan terbakar amarah

sepanjang laku.

 

seandainya aku mencium

wangi rahim

dan tubuhku suci

dari pintu goa garba

mungkin bisa jadi

aku seorang pandhita,

atau politisi

sebab tak akan ada

yang mampu menadah

tiap kehendak

dari bukit bibirku.

 

sedang kini

aku hanya pendulum

dari kebijaksanaan

yang kian kau lupakan

pada tulang punggungmu.

 

haruskah  aku

mengulang kelahiran

jadi lakon cendala

yang menjadi bayang

di pikiranmu?

 

2020






ANTASENA

 

langit menyapihku sebagai bocah prematur

yang memanggul kesedihan semesta ini.

 

sebagai lancip pisau

bagi tiap tipu daya

 

mataku adalah cahaya

mengiris daging kegelapan

yang selunak tanah

ke arah suara riwis

di bawah jantung

yang memanggilku

 

dan di sana, sepi menimangku

mengenal tutur tanpa bayang-bayang

 

oh ibuku Urangayu, kepada siapa

aku hendak menggugat, jalan lakon

yang memangku takdir

pada lengkung sungut ini.

 

sementara tak seorang pun percaya

pada sebuah niscaya, bahwa aku kekal

di balik ulu-hati mereka

yang terbakar sebagai luka

ketika lidah memahat dusta,

 

2020







POST-ANOMAN

 

bila aku

terlahir kembali di abad ini

dan boleh memilih

takdir sendiri

mungkin akal adalah

jalan penjelmaan yang kupilih.

 

secepat angin, akan kusampaikan

sebuah pesan kepada Rama

tanpa membangun sebaris jembatan

di jantungmu

 

aku runtuhkan angkuh dunia

yang menjelma raksasa

dan mencuri kesucian semesta

yang ranum ini.

 

2020






BAJANGWURUNG

 

aku lahir

dari cinta yang tak diberkati

 

dan rahim ini telah

menjelma pawang yang menadah

hujan runtuh dari lenguh seekor kuda.

 

kucibir doa yang gagal diterbangkan

di pucuk daun-daun mahoni

sebagai tuba yang mengkerdilkan jalan hidupku

 

sebab hidup tanpa lakon,

adalah ruh yang berlari

pada lajur kereta

tanpa gemerincing

suara baja

 

kujilati cahaya bulan

yang rembes pada ekor awan gelap

pada titah jalan suci ini

agar bertemu kesejatian diri

yang menuntun laku hidup ini.

 

2020


 




ANTAREJA

 

tubuh ini akankah jatuh

pada keningmu yang linglung

 

telah kujilat jejak

telapak kaki ini

dengan lidah apiku

yang membakar sepi

di dalam remang jantungku

 

lalu dimana

sebenarnya keadilan

di tanam dan tumbuh

pada jenar tanah ini

 

ataukah ia

segenggam rumput menari

di tengah sunyi padang pasir

yang dijerang dongeng

jadi kebijaksanaan

 

2020


 




Tentang Penulis

 


Laeli Rahma, lahir di Purbalingga. Kini tinggal di Purwokerto. Alamat email: laelijafra@gmail.com.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top