Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Bayu Suta Wardianto

0


SETIBANYA DI LAUT

 

Kujelajahi bola matamu;

separuh samudera separuh langit senja

Bergerombol ombak dan angin

berderap mendorong perahu kecil nelayan

Lengkung di bibirmu masih mendesiskan kidung

tenang dan lembut mengalun

menutup deru ombak lautan

 

Ooh, Kasihku

Kita tatap camar-camar yang terbang menukik ke air laut

Timbul tenggelam bagai keinginan hati yang tak menentu

Anak-anak laut berlarian membawa harapan-harapan akan keadaan

Meredakan luka sementara dan membangkitkan rasa

yang kau dan aku saling jaga bersama

 

Lukamu yang merah sekaligus teduh

yang enggan berkata pada setiap manusia

yang enggan bersapa pada belantara rimba

yang enggan bersikeras terhadap apa-apa yang tidak tereja

 

kau berjalan, melangkah pelan mengikuti aroma air hujan

kau menepi di antara jurang dan bukit tanah merah di bawah langit pasi

kau bakar setanggi pada pelataran hati

hingga akhirnya mengetahui;

Akulah samudera

 

Nusakambangan, Januari 2022

 




PURNAMA KALA ITU

 

Purnama sudah tertusuk runcingnya ilalang bambu yang meninggi

Beratus lampu jalanan yang sunyi dan meremang kita lalui dalam sepi

Manusia-manusia kalah, tua dan muda yang pasrah akan hidup dan menggantungkan nasib dari orang-orang yang mereka temui

 

Kau, Kasihku. Masih memelukku

dalam jalanan yang sepi dan malam yang hampir mati

 

Kutatap wajahmu yang pasi di bawah purnama yang limbung

Bibirmu masih melengkung indah menggetarkan keangkuhanku

 

Kita pasang perjudian terbesar di muka bumi

Berharap dan berdoa untuk kita yang saling:

memberi, menyembuhkan, dan merawat

 

Purbalingga, Desember 2021

 




KURSI TUNGGU

 

Akhirnya kududuki kursi tunggu yang membisu itu

Sore itu bersamamu

Sambil menanti bus antar kota antar provinsi yang menjemputku pergi

Bercumbu dalam keheningan kita yang tak terkendali

 

Kini, tak ada lagi kursi tunggu yang menantiku sepi

Aku telah duduk di sudut hati

Di sana kau bakar harum setanggi

dengan segulung doa-doa yang aku dan kau tulis sendiri

Biar mewangi lalu abadi

 

Purwokerto Selatan, Desember 2021

 




DARI KERETA MENUJU JAKARTA

 

Dari kereta menuju Jakarta sore ini

Senja beradu bersama kabut dan langit pasi

Pada gerbong non-ekonomi yang sepi

Tanpa anak-anak kecil yang menari atau berlari-lari

 

Lorong-lorong membisu dibalut hening

Orang-orang tak saling menyapa dan dingin

Kursi-kursi hampa berteman kesepian

Perbukitan dan pesahan terongok di balik sekat jendela yang mendinding

 

Dari kereta menuju Jakarta sore ini

Kurapal puji dan doa-doa untukmu, Adinda

Segala harap kuterbangkan pada langit yang tak terduga

Segala ingin kularung pada lautan yang bestari

Biar kau, abadi

 

K.A Purwojaya, Februari 2022

 




BARANGKALI 1

 

Barangkali hutan adalah penjelmaan wajahmu yang ayu

Akan kususuri setiap jengkal tanah yang ditumbuhi pohon-pohon dan diguguri daun-daun

Setiap akar-akar yang menonjol dan suara-suara serangga yang merdu

Sampai menemukan mata airmu dan kureguk sampai hilang segala dahaga

 

Baturaden, November 2021

 




BERTEDUH DI MATAMU

 

Berteduh di matamu

Tak pernah kurasakan bayu yang merasuk ke tubuhku

Berteduh di matamu

Arunika berarak pelan meniti cakrawala

Berteduh di matamu

Sinar hangat, merasuk sukmaku

Berteduh di matamu

Merawat asa, bunga gulma, dan hal-hal yang tak terduga.

 

Purwokerto Selatan, September 2021

 




MATA AIRMU

 

Kutemukan mata airmu

yang menjela telaga

kureguk dan kutelusuri hingga aksa

lalu tenggelam di dasarnya

 

Kemutug Lor, Januari 2022

 




MEMANDANGMU

 

Aku selalu suka memandangmu

dari balik dinding berjendela kaca itu

Tenang, anggun, dan tak tergambarkan

oleh sederetan kata.

 

Aku selalu suka memandangmu

saat ada di dekatku

Seakan-akan aku tak butuh hutan, gunung, atau lautan

untuk melihat keindahan semesta.

 

Purwokerto Selatan, Januari 2022





Tentang Penulis

Bayu Suta Wardianto, lahir di Tegal pada 18 Maret 1998. Seorang Guru SMK yang juga avonturir. Pernah belajar di pendidikan formal selama 16 tahun di Banten dan kini berlabuh di Purwokerto. Bekerja serabutan sebagai pekerja teks di Rumah Kreatif Wadas Kelir menjadi bagian kecil dari Lembaga Kajian Nusantara Melayu Raya.

Proses kreatif bersastranya dimulai sejak bangku kuliah ketika mengenal Herwan Fr, Arip Senjaya, dan Firman Venayaksa. Namanya tercatat di buku antologi bersama Gol A Gong dalam Kumpulan Puisi Penyair Banten “Cinta yang Menangis Cinta yang Berduka”. Buku puisi pertamanya berjudul Tuhan, Aku Tersesat menjadi top 10 dalam ajang Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto. Buku kedua berupa kumpulan cerita pendek yang berjudul Perempuan yang Terjerat Kursi Taman. Tulisannya termuat diberbagai media lokal seperti Radar Banyumas, Maarif NU Jateng, Beranda.org, Bidik Utama, dan sebagainya.

Penulis bisa dihubungi melalui email: bayusutawr@gmail.com atau media sosial Instagramya @suta_sartika.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top