Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Budhi Setyawan

0


Masih Saja Menyala Api Perang


langit legam di atas apartemen
bintang bintang sedang terpejam
john lennon belum selesai nyanyikan imagine
ironi penggemar tiba tiba: dor
sekian kali
gemanya masih ada hingga kini
di dada bumi

bersimbah darah koran dan televisi
air mata membasahi setiap lagu lagu
tentang damai yang terputar lambat
terus saja senapan, tank, roket, rudal
menambah kilometer jelajah sasaran
kota kota remuk tak berkutik
rumah rumah rata menyerpih
kemanusiaan hanya ada di kitab dan buku buku
politik tetap sebagai dewa sesembahan
di podium yang didirikan dengan stigma brutal
dan kumpulan dari bermacam hipotesis banal

klaus meine masih kirimkan pesan
lewat larik larik under the same sun
tapi terus berledakan di mana mana
senjata pemusnah membuat berita perang
sengketa menghambur dari tafsir kata kata
memanjang ke dalam kepala
orang orang dengan mulut ternganga
tak bisa berbuat apa apa
bahkan telah kehilangan suara

Bekasi, 26 Agustus 2022 

 

 


Problema Astuti Seperti Tragedi Buah Apel

ia merasa dikerubut problema dalam hari hari, di kota

bandung yang sedang mendung. masih untung ada aliran

sungai cikapundung, sekelumit memberi kesegaran dan

hiburan baginya. dalam ringkih nasib diri seperti burung

kecil di belantara kota yang bingung mesti ke mana.

sepertinya segala hal berjalan begitu saja yang kalis dari

upaya prakiraan. lalu entah bagaimana merangkai jalinan

peruntungan seperti mengurai jalanan yang macet. hanya

begitu begitu saja dan mengeras di dalam cuaca.

ia seorang nona yang diberi nama astuti oleh

orangtuanya, dari desa yang jauh, amat jauh ke arah

timur kota. nah di sini ia merantau mengikuti saja yang

dilakukan teman temannya, juga anak anak tetangga.

karena kalau cuma desa amat sulit bisa kaya, dan hanya

jadi santapan bulan bulanan maki mereka yang kelebihan

mulutnya. risih juga akhirnya telinga, hingga ia niat

bekerja sembari mencari cinta yang tulus dalam

kehidupan di sana. meski kadang goyah, ia pun bilang:

aku tetap aku.

ia suka siaran dunia dalam berita di tvri dengan suara

penyiar yang empuk seperti kasur kapuk. usai berita

saatnya mulai bekerja, menembus kelam jalanan dan

kadang dicap sebagai permata hitam. meski sering pusing

tetapi ia tak suka pada air api, yang konon bisa jadi

penenang bagi resah yang menyerang. ia merasa miris

bila ingat dengan syair lagu tragedi buah apel seperti

menyayat pikirannya. karena kepurapuraan, di balik

topeng, hanya kosong, itu sama juga bohong, maka ia

pun stop sampai di sini.

Bekasi, 13 September 2022 

 

 


Anoman Obong: Sebuah Nyala Keadilan

1/
seekor kera melompati baluarti
seringan kapas diterbangkan angin
mengendap endap mencari sinta
di antara bunga bunga yang hilang harum
dikurung di taman asoka
disekap taring cinta rahwana

sekilas temu pada sinta
tak sempat berkelit dari kejaran
orang orang alengka teriak: maling
lalu kera putih itu terikat rantai
diarak menuju unggun pembakaran
di alun alun saat malam basah berembun

anoman tetap segar
diusap lidah api yang dingin
matanya menyala
mengawasi sekitar
maka dilempar lemparkan kayu-kayu
penuh bara api ke segala arah mata angin
alengka terbakar
rahwana tergetar

pagi pun tinggal arang dan abu
gosong segala mimpi di tepi waktu

2/
lamat lamat ada suara penyanyi
lagu anoman obong menggema
ke langit alengka
seperti suara soimah dari pancawati
tayangan acara teve di youtube
sesekali suaranya memberat
seperti james hetfield
lontarkan lirik dengan paraunya
bait bait and justice for all

Bekasi, 16 Juni 2022 

 

 


Terbawa Lirik Sebuah Lagu

barangkali memang teramat absurd dan lucu
kenapa tiba tiba aku mau saja
diajak bepergian oleh sebuah lagu

aku seperti penumpang bis antar kota
yang belum sempat kubaca namanya
dan ke mana jurusannya

duduk di bangku paling belakang
kurasakan tubuhku sesaat terbang
bila roda kena tonjolan jalan

ah, ini pengalaman seru
meski sedikit menyakitkan
mirip perasaan yang dipermainkan
sialan, jadi teringat lagi sebuah kisah perih

mungkin ini terlalu berlebihan
tapi bukankah kepahitan
seperti bagian dari pertanyaan
agar tetap bertahan dan melanjutkan keberadaan

ya lewat lagu yang serupa laju bis antar kota
aku memang tersesat pada berbagai macam kata
tapi aku bahagia
dan jangan bertanya mengapa

Bekasi, 10 Juni 2022 

 

 


Kapan Kapan Kita Dengarkan Lagu Koes Plus

saat ibukota negara mau pindah
malah ada yang ingin kembali ke jakarta
mungkin kangen pada kerak telor
atau hanya ingin nostalgia macet di jalanan

nusantara telah ditulis beberapa seri
jadi bacaan atau nyanyian mirip ilusi
utopia yang digaungkan di berbagai hajatan
pertemuan dengan pemeluk sepi

andaikan kau datang
barangkali kolam susu telah berubah
jadi tempat pembuangan sampah
bersama residu perasaan yang remuk
teramat sering dikhianati janji janji
setinggi layang layang yang sering ditarik
kuat sekali dan benang putus di tangan

lalu buat apa susah meski hidup tetap seperti bujangan
bukankan tak perlu terlalu risau dengan hidup yang sepi
memang muda mudi masa kini
seperti tak paham isyarat atau alamat
untuk cuaca keseharian di sini

selalu ada kata mengapa
bila ditemui yang sedikit nyentrik

bukankah yang unik dan menggelitik

akan terbit jadi pemantik

kapan kapan kita dengarkan lagu bersama sama
meski kenyataan tetaplah jadi keharuan
yang sendiri dan rahasia

Bekasi, 12 Juni 2022


RIWAYAT PENYAIR


Budhi Setyawan, atau Buset, lahir di Purworejo, 9 Agustus 1969. Buku puisi terbarunya Mazhab Sunyi (2019). Mengelola komunitas Forum Sastra Bekasi (FSB) dan Kelas Puisi Bekasi (KPB), serta tergabung dalam Komunitas Sastra Setanggi. Instagram: busetpurworejo. Bekerja sebagai dosen di kampus Politeknik Keuangan Negara STAN, Tangerang Selatan. Saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top