Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Irna Novia Damayanti

0


 

SAJAK JARUM PENTUL KEPADA PEMILIKNYA

 

sungguh aku tak ingin dilepaskan dari kerudung

tergeletak di atas meja menyaksikanmu

diombang ambingkan nafsu 

yang mengajak membunuh peringatan-peringatan-Nya

 

mulailah kau menjadikanku perekam paling dekat

pandangmu dan pandangnya yang

saling berkirim ribuan sajak

lalu gerai rambut dan

sentuhan tangan memulai menguasai hasrat

 

pada kisah akhirnya puisi tercium amis

dalam kamar kos yang baru digambarkan dalam ingatan

lalu mana mungkin Tuhan mendekat dan

mengabarkan semacam sabit di waktu rahasia

pada bentang mimpi

 

ingin kupinta waktu mengembalikan aku

pada gabus-gabus

lalu ketika dikenakan, tubuhku yang lancip ingin menancap

pada jari-jarinya yang lentik

 

An Najah, 11 Oktober 2015

 


 


MAKAM WAYANG KULIT

 

kami rajawana

memulai melupakan suara kendang

apalagi gong yang menggetarkan kasih sayang Tuhan

biar melodi gending menepi pada sunyi

dan wayang digantikan perannya

dengan kyai-kyai masa kini

 

lupakan syair para sinden yang

ingin menemani kita memandang cahaya

menyinari jalan sehingga

kita bisa membedakan jalan mana yang berduri

dan jalan mana yang tumbuh lebat bunga

di kanan kirinya

 

lupakan semua

sebab sudah terbakar bersama rumah-rumah

bersama senyum ramah

bersama teriakkan dan tangisan

semua berlari dikejar ketakutan dan

trauma telah menjadi hantu

gentayangan di sepanjang hari

 

malam terlihat kelam di wajah ibu

maka kita harus pergi

dan pindah di atas pagi

menjemput suara genjring yang terdengar nyaring

suara bedug yang memukul berhala di dada kami

juga sholawat nabi yang memanggil

malaikat semakin berseri

 

dan lihatlah

wajah ibu menjadi matahari

 

Jatiwinangun , Desember 2018

 


 


SUPIT URANG

 

kami tak pernah sampai pada ujung waktu yang

mempertemukan dua sungai ini

 

kami hanya ingin bernafas

dan nafas ini berharap terlihat lebih indah

dari bunga wijayakusuma di waktu malam

lebih panjang dari jalan-jalan yang dilewati

 

kami di pinggir dengan rumput yang selalu hijau

biasa menjadi batu

membiarkan kecemasan datang tiba-tiba

dengan hujan dan keruh gelombang yang

pernah mengalir menotori rumah-rumah kami

membasah merusak buku-buku kami

sebab di kedalaman sunyi,

kami telah bertemu dalam doa paling merdu

puisi paling rindu

dan yang mengapung hanya kepasrahan

serta pasir dari dasar sungai 

 

ujung waktu hanya alamat yang tidak dicari kepala kami

kecipak ikan selalu lihai memburu tawa

juga menuntun anak-anak tetap melangkah

menuju kedewasaannya

 

maka lupakan tentang kemarau dan airmata

sebab mata air selau mengalirkan senyum

dan menggenangkan cerita indah dalam kendi

di dapur ibu

 

 Purbalingga, 2019

 

 


 

JANTUNG PISANG

 

tanahku adalah tempat menanam cerita dan kasih sayang tuhan

betapa nafas kami harum kasturi

ricik air sungai selalu datang mengirim kedamaian

 

tapi pagiku tak pernah memesan sayur jantung pisang terhidang di atas meja

selalu menggantung sampai masak

menunggu rasa lapar melahap

mengumpulkan canda di depan perapian

 

cerita kematian memasak jantung pisang kami kubur dalam-dalam

tapi tetap menziarahinya setiap saat

sambil mengamati anak-anak memainkan tawanya

melepas sunyinya

di antara pohon pisang

 

setidaknya keyakinan akan mengabarkan

jantung kami baik-baik saja dan

maut tidak menggantung di belakang rumah

 

Rajawana, Juli 2019

 


 


BRAEN

 

di antara nyala api yang asapnya melesat bersama rapalan doa

rubiah memukul rebana

sambil sesekali meminum air kelapa

atau kopi

atau teh

 

tulung matulung, tulung Tuan

para Wali lilirna nyawa nira

lilirna ing jagate kelawan sir Allah

para Wali bukakna lawang ing sepangat Nabi

lawan sepangat Allah

 

tak ada lagi kebimbangan di sini

kebimbangan hanya hadir ketika nyawa Syaikh Mahdum Kusain seperti

di antara tebing-tebing, tapi

Alloh selalu menjadi pencipta cerita paling fantasi

dihadirkannya tawon gung

dan rasa takut menguasai prajurit pajajaran yang kepalanya penuh dendam Adipati Onje

 

ada sholat tahajjud yang dibangun Syaikh dan para santri

betapa cahaya seperti pemeran utama pada kenangan

 

malam melepas lelah

dingin menunjukkan khikmat kepada mata yang terjaga

menuju pagi, rubiah mengakhiri

pukulannya

para santri pulang menemui doanya masing-masing

 

Rajawana, Agustus 2019

 


 


KHAUL

 

seusai hati dibersihkan bulan suci

kami duduk melingkar

seorang nenek memutarkan tasbih dan mata air doanya

bapak ibu membaca al Quran

anak anak juga ada di sana

tapi berjalan kesana kemari mengikuti langkah tawanya

kami berada di sini sebab ingatan mengakar

tentangmu dan keluarga kami yang

namanya telah berbunga kamboja

 

di tanah yang dikepung kebaikanmu

kami memulai mengalamatkan tahlil

biarlah melesat menyesap mirip purnama

 

setelah ritual selesai kami selalu bertanya 

apakah kau tersenyum ketika kami ribut memilah tum-tuman yang penuh berkah untuk di bawa pulang dan dimakan di rumah ?

sebab kami lupa di mana menaruh ingatan tentang umur tua dan adab ziarah

 

Rajawana, Agustus 2019

 



 

SELAMETAN

 

di atas daun pisang beberapa doa telah terhidang menghadang cerita di kepalamu

sayur kentang, kluban dan telur ditaburi sinar bulan

 

mulailah tangan-tangan mengambil bagian rizkinya

tanah masihlah ramah menyapa senyummu

tergelar tenda tempat mendudukkan komitmen dan ikrar

 

marilah kita memulai melangitkan syukur sebelum makanan menjadi dingin

 

rupanya perayaan kemerdekaan di dalam perut lebih meriah

dari euforia di jalan raya

 

bulan memangku wajah rayu

celoteh anak menjinakkan matamu

dan kita sekali lagi menyelamatkan diri dari rasa lupa pada sejarah

 

Rajawana, Agustus 2019

 




WAJAHKU

 

aku berhenti di pintu masjid

sebab kata-kata yang beterbangan seperti debu

mencuri keramahan di wajahku

sementara tidak ada cermin menempel di tembok

 

aku hanya ingin tahu

apakah wajahku seperti orang-orang yang bekerja dikantoran

atau orang pinggiran dengan pakaian penuh debu dan

beberapa bagiannya berlubang

lalu pikirannya kehilangan jalan pulang

 

aku tidak menahu kapan mataku mulai buta

melihat wajahku di dalam hati

tapi bukan itu yang perlu diperdebatkan

sebab yang paling penting aku menemukan

orang yang sudah ditugasi membawakan kabar gembira

menjelaskan rupa wajahku yang

saat ini belum kukenali sebelum masuk masjid

menjadi tamuNya

 

Rajawana, 2020

 



 

KAIN BATIK NENEK

 

kurasa kain batik nenek begitu indah 

kain itu berbentuk persegi panjang terbuat dari usianya

di bagian kanan, tergambar senyum

seorang cucu bermain pasir di  belakang rumah

tangannya lihai mengeruk kebahagiaan dengan bathok kelapa

 

di bagian kiri tergambar anaknya menanak nasi di atas tungku

ada mimpi yang lepas bersama asap

adalah melayani jiwa berkelana ke banyak kota, tapi 

waktu telah diserahkan kepada senyum anak dan kekasih

melengkapi pagi dengan memasak, lalu

siangnya mengumpulkan hikmah

di kelapa anak-anaknya dengan bantuan pelepah pisang

atau cerita yang disimpan di dalam masa lalu

 

di bagian atas, tergambar seorang bapak

mengasuh kasih sayang Tuhan pada tanaman palawija

dia juga menjemput rizkinya di bebatuan sungai dan

menaruhnya ke tepi jalan

sebelum menjadi pondasi sebuah rumah

 

kulihat kain batik nenek masih terpajang indah

menjadi mozaik kenangan di kepalaku

 

Rajawana, 2020

 




NASAB NASIB

 

kamu dan aku berangkat dari nasab yang berbeda

pagimu biasa diisi dengan sepiring roti dan susu

sementara aku dengan singkong rebus dan teh gula jawa

 

tapi kita telah dikumpulkan dalam satu nasib

di sebuah ruang

yang dindingnya terbuat dari keheningan

catnya berwarna larut malam

 

kita sujudkan setiap kejadian

membiarkan semesta sibuk menggosibkan

keberadaan luka yang berpindah-pindah

yang kadang di hutan belantara

kadang pula di pasar raya sampai

aku pun pernah dibuat sibuk,

bahkan mengamuk

 

dan nasab serta nasib kita,

sudah menjadi sepasang sandal

menemani langkah kaki bepergian

kemanapun usia meminta

 

Rajawana, Agustus 2020





Tentang Penulis

Irna Novia Damayanti, lahir di Purbalingga 14 September 1992, beralamat di desa Rajawana Rt 19/07 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Irna pernah menjadi santri di TPA al Azhar Karangmoncol Purbalingga dan Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Irna memulai studi di TK Pertiwi Tajug, SD N 3 Rajawana (Sekarang SD N 2 Rajawana), SMP N 1 Karangmoncol, SMA N 1 Rembang, S1 IAIN Purwokerto Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan PBA, dan lulus S2 IAIN Purwokerto Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Irna peraih penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam (API) dari kementerian Agama dan DIKTI sebagai “Penulis Aktif Media” tingkat mahasiswa PTAIN se-Indonesia tahun 2015. No Hp. 085726262851, fb Irna Novia Damayanti.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top