Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Abdul Wachid B.S.

0


BERJALAN DALAM KABUT

 

berjalan dalam kabut

di antara ingin ngerti

dan putih asap belerang

tapi jalan serasa jauh

aku tak mau menengok ke belakang

 

berjalan dalam kabut

semua sinar tampak putih

bagaimana bisa membeda warna?

tapi jalan serasa berwarna

aku susah menebak kau di mana

 

berjalan dalam kabut

kutempuh kau sampai pun

ke ujung mungkin

 

2000




ASMARAMAYA

 

Kali itu, perempuan itu

Datang padanya, setelah jemu bertapa bisu

Di antara secelurit rembulan

Dan gelombang mega malam

“Katakan, Dasa

Api yang nyala di dada

Takkan membakar Diriku?”

 

Perempuan itu telah jauh dari Rama

Tinggallah rama-rama yang memberi tanda

Tapi gelap terlanjur lelap

Dan ingatan wajah lembut tambah kalut

Dan tahu dada berbulu itu kian menyulut

 

Keseorangan yang belantara itu

Begitu sayu menahan bayu

Ia tak ingin mendekap

Rembulan ke arah gelap

Ia tahu dosa yang tersandang di bahu 

Ia rindu kekasih tak tertempuh

 

Pada rumputan pagi 

Keduanya terlanjur bangun oleh embun 

Sekalipun ngungun 

Dan bergegas pergi

 

2001




AKU INGAT

 

Aku ingat kecupan pertama 

Di luar hujan mendera 

Di jantung magma siap memompa 

Rambut ia bagai selubung malam kejora

 

Burung jangan dilepas dari sangkarnya 

Ia akan kesepian di udara 

Gunung sumbat saja mahkota celahnya 

Ia akan mengguncang Jawa dalam jiwa

 

Aku tak bisa melupa sentuhan pertama 

Di balik pintu, gadis sedikit pucat terkesima 

Dan bila payung pelangi merekah 

Kutuntun ia mencari rumah

 

Maka 

Pada pintu kita toreh tanda 

Pada tiga belas masehi 

Pada kejutaan kali menjamah 

Aku ingat kecupan pertama

 

2001




CATATAN PAGI 1 MEI

 

Aku pusing pagi ini, Ma

Dua hari buskota tak ada

Mogok tuntut naik tarif

Begitu BBM harga naif

 

Enakan kubayangkan wajahmu

Matahari pagi hangat

Di bawah pohon lalu

Angin gentayangan merapat

 

Tetap pusing juga, Ma

Anak sekolah lelah jalan

Sopir-sopir ngambek di jalanan

Buskota teronggok bagai batu

 

Kubayangkan jika

Seluruh negeri

Angkutan berhenti

Matahari esok pasti mati

 

Mungkin akan berangkat

DPR dan Menteri bersemangat

Ke Parlemen untuk debat

Segala soal rakyat

 

Ah, entahlah

Tapi maafkan, Ma

Matahari menjadi sengat

Dan aku gagal menjemput

Pulang kerjamu semalam larut

 

2002




IJINKAN AKU MENCINTAIMU

 

waktu batu

kaulayangkan wajahku

terasa benar

rindu berpijar

 

waktu batu

kaulayangkan wajahku

semua arah

cinta berserah

 

betapa rajam

ke sukma menghunjam

betapa gemas

hasrat berbalas

 

waktu batu

kaulayangkan wajahku

ijinkan aku

mencintaimu

 

2002




Tentang Penulis

 


Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Wachid lulus Sarjana Sastra dan Magister Humaniora di UGM, dan menjadi dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, Purwokerto. Abdul Wachid B.S. lulus Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (15/1/2019). Buku terbaru karyanya : Kumpulan Sajak Nun (2018), Bunga Rampai Esai Sastra Pencerahan (2019), Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus: Keindahan Islam dan Keindonesiaan (2020), Kumpulan Sajak Biyanglala (2020), Kumpulan Sajak Jalan Malam (2021). Pada tahun ini (2021) Abdul Wachid B.S. mendapatkan Penghargaan Tertinggi dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera, yang berkedudukan di Kualalumpur, Malaysia) atas karya pemikiran sastra dan budaya melalui bukunya Sastra Pencerahan.

 

 

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top