Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Esai Kim Dug U

0



JALAN MENUJU KUIL BUSEOK

Oleh Kim Dug U

 

“Satu, Dua ….”

Setiap kali waktu menaiki tangga ini, aku menghitung angka. Tapi setelah beberapa langkah, aku lupa angkanya. Resapnya hari-hari yang dihabiskan dengan kebodohan di antara tangga dan keluarnya aroma orang lama yang telah bertahan selama ribuan tahun di celah-celah batu tanggul menimbulkan kebingungan. Oleh karenanya, pengunjung ke Kuil Buseok, waktu naik tangga, kepalanya mengangguk, melupakan hal-hal duniawi ketika dilewati Pavilyun Anyangru, kemudian memasuki surga Budha di dalam Pavilyun Muryangsujeon.

Sambil menghafal Amithabha, aku berputar di luar Pavilyun Muryangsujeon. Pada waktu itu, aku dapat bertemu dengan Gadis Seonmyo dan Buseok (Batu Terapung) yang diangkat tiga kali oleh Seonmyo setelah diubah menjadi naga. Kisah cinta tak berujung dari gadis Seonmyo yang sangat mencintai biksu Euisang ini, diceritakan oleh angin dari Gunung Bonghwang. Menurut cerita, gadis Seonmyo yang datang dari Tang, China untuk mengikuti biksu Euisang belum meninggalkan Kuil Buseok. Menurut legenda, di bawah Amitabha di pavilyun Muryangsujeon, Seonmyo bersarang di bawah lentera batu, menjadi seekor naga batu untuk menjaga Kuil Buseok.  

Di depan lentera batu, antara pilar pavilyun Anyangru, aku melihat gunung Sobaek. Jajaran gunung yang berbaring panjang masing-masing memamerkan keindahannya. Di kaki gunung sana ada Kuil Choam dan Kuil Seonghyol. Barangkali biksu Euisang berjalan-jalan di sekitar kaki gunung sana untuk datang ke sini. Seolah-olah tampaknya ujung jubah biksu Euisang yang datang ke sini di bawah sinar matahari merah yang memancar di atas gunung Sobaek, mengelilingi jalan pegunungan.

Kuil Choam adalah tempat di mana biksu Euisang menginjak kakinya pertama kali di bawah gunung Sobaek. Kuil yang tersembunyi di Gunung Sobaek. Kuil itu terletak sejauh empat kilometer dari Aula Sosu, mengikuti jalan gunung Sobaek, menuju hulu kali Jukgye. Saat ini kuil itu diubah menjadi sebuah pondok pertapaan tapi dapat dibayangkan betapa besarnya skala bangunan kuil pada masa silam setelah melihat jejak-jejak pilar yang dibangun di atas batu besar dan pagoda raksasa.

Kali Jukgye mengalir di depan pavilyun utama Kuil Choam. Melawan arus kali Jukgye sekitar seratus meter, Anda dapat melihat pemandangan indah yakni air yang mengalir di atas batu karang. Merendam kaki di dalam airnya. Walau musimnya musim panas, tapi kakiku terasa dingin. Aku membayangkan biksu Euisang yang berjalan di atas batu karang sambil menggoyangkan kaki dinginnya. Dia duduk di atas batu ini, berdiri di atas bukit di seberang kali, mengukir huruf di udara. Hurufnya apa? Apakah huruf untuk menggambarkan dunia Budha? Atau huruf untuk menuliskan Koguryo, Baekje atau Shilla? Kedatangan biksu Euisang ke sini atas perintah raja pada waktu itu. Ada ide yang besar, yakni membangun sebuah kuil raksasa di kaki gunung Sobaek, dan mendirikan sepuluh buah kuil di wilayah kerajaan Baekje dan kerajaan Goguryo untuk merangkul sejumlah besar masyarakat Goguryo dan Baekje.

Meninggalkan Kuil Choam dan mengikuti kali Jukgye. Kali Jukgye adalah pusatnya kebudayaan Youngju. Ada suatu kebanggaan, yakni kali ini adalah salah satu sumber air bagi sungai Nakdong, ditambah lagi dianggap sebagai tempat suci ilmu Zhu Xi. Oleh karenanya, kaum cendekiawan pada masa lampau berkeinginan untuk membuat tempat ini seperti gunung Mu-I, di mana Zhu Xi mendirikan sebuah ruang kuliah. Mereka menganggap gunung Sobaek sebagai gunung Mu-I di China. Memberikan nama Sembilan Tikungan Jukgye di bawah bukit Kukmang, seperti halnya Sembilan Tikungan Mu-I.

Dari Jukgye menuju Dokhyon, kita akan menjumpai Kuil Seonghyol. Pavilyun Nahan di Kuil Seonghyol sangat terkenal. Pavilyun Nahan ditetapkan sebagai harta benda nasional Korea pada tahun 1985 karena jendelanya terindah dengan pola bunga. Ditambah lagi, pintu masuk pavilyunya diukir dengan penyu, ikan, burung, bunga teratai, kepiting, kodok, naga dan danau menggambarkan nirwana sang Budha. Pada saat senja, jendela kuno itu yang telah dilucuti catnya dilihat lebih indah lagi. Bagian yang disentuh oleh tangan manusia sudah sangat usang. Tanganku naik dengan sendirinya, walaupun aku tahu jendela akan menjadi lebih usang lagi jika aku sentuh. Kelembutan kayu melewati ujung jari tangan dan mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah.

Musim gugur di gunung Sobaek cukup indah. Karena adanya banyak pohon pinus yang cocok berkombinasi dengan pohon maple. Ditambah lagi kebun apel merah tersebar di setiap lereng gunung. Dengan pemandangan itulah, musim gugur di gunung Sobaek tetap indah. Ketika memasuki gunung, jalannya menjadi sempit, hanya dua orang saja bisa melewatinya. Terlalu sunyi, hanya terdengar suara mengalir air. Kadang-kadang, ketika seekor burung terbang, mereka sendiri terkejut oleh suara itu.

Dari lembah Duryegol, jika Anda melewati satu bukit, tiba di Jwaseok, kemudian melewati waduk Dansan dan satu bukit lagi, baru memasuki kebun apel. Jumlah produksi buah apel di daerah Youngju tercatat paling banyak di seluruh Korea Selatan. Di mana-mana terlihat kebun apel. Setelah melewati beberapa belokan di antara kebun apel, Anda akan melihat gunung Bonghwang dengan Kuil Buseok, setelah naik puncak berikutnya. Kebun apel tetap menyambut Anda lebih dulu. Anda akan pasti lelah berkeliaran di antara kebun apel seperti labirin. Kuil Buseok baru muncul dari jauh. Tapi, anda masih berdiri di kebun apel. Kemudian, ketika Kuil Buseok muncul di depan mata anda, tidak bisa mengalihkan pandangannya. Karena pandangan jauh pun, cukup indahnya.  

Seseorang pernah bertanya, kapan Kuil Buseok paling indah.  

“Di tengah-tengah musim bunga, pemandangan pavilyun Anyangru dan pavilyun Muryangsujeon cukup indah, tak ada bandingannya!”

“Saat matahari terbenam di atas gunung Sobaek, anda bersandar tiang pavilyun Muryangsujeon melihat senja, itulah nomor satu.”

“Tidak, bagaimana dengan daun ginkgo di musim gugur yang jatuh, bukankah itu nirwana Budha?"

Lalu seorang biksu mengatakan;

“Apakah anda pernah datang ke sini saat hujan? Semua orang menjadi Budha dengan sendirinya. Karena anda bisa melihat langsung kebaikan Sang Budha yang jatuh dari langit.”

Apakah biksu Euisang pernah melihat pemandangan seperti itu? Dan apakah dia memikirkan nirwana? Tiba-tiba teringat jembatan Sunheungcheong. Cheong artinya kemurnian. Oleh karena itu, seseorang melewati jembatan itu mengandung artinya, yakni memasuki dunia nirwana.  

Setiap kali melewati kebun apel dan naik ke Kuil Buseok, aku berpikir bahwa apel ini juga merupakan hadiah dari Kuil Buseok. Apel di sini rasanya lebih manis dan lebih bersih daripada apel mana pun karena ada anugerah dari Sang Budha.

 



부석사 가는 길


김덕우

 

하나, 둘….”

이 계단을 오를 때마다 숫자를 센다. 하지만 몇 걸음 못 가서 그 숫자를 까먹고 만다. 계단과 계단 사이로 미련하게 살아온 날들도 끼어들고, 축대의 바위틈으로 천년을 지키며 머금었던 옛사람의 향기가 새 나와 혼미하게 하기 때문이다. 그래서 부석사를 찾아온 사람은 계단을 오르며 고개를 갸웃거리다가, 안양루를 지나며 속세를 잊고, 무량수전 안에서 불국정토로 들어가게 된다.

아미타불을 외며 무량수전을 돈다. 돌다 보면 선묘낭자도 만나고, 낭자가 용이 되어 세 번이나 들어 올렸다는 부석(浮石)도 볼 수 있다. 의상을 사모한 선묘낭자의 끝없는 사랑 이야기가 봉황산에서 불어오는 바람으로 들려준다. 당나라에서부터 따라온 선묘낭자는 아직 부석사를 떠나지 못하고 있단다. 무량수전 안 아미타불 밑에서 석등 아래까지 둥지를 틀고 석룡이 되어 부석사를 지키고 있단다.

석등 앞에서 안양루 기둥 사이로 소백산을 본다. 산줄기들이 길게 누어 저마다 자태를 뽐낸다. 저 산자락에 초암사도 있고, 성혈사도 있다. 어쩌면 의상대사가 저 산자락을 돌며 이 자리로 들어섰을 것이다. 소백산 너머로 내뿜는 붉은 햇살을 지고, 산자락 길을 돌며, 이곳을 찾아 오는 대사의 옷자락이 보이는 듯하다.

초암사는 의상대사가 소백산 아래 첫발을 디딘 곳이다. 소백산 속에 숨어있는 절이다. 소수서원에서 소백산자락길 따라 죽계(竹溪) 상류로 10리쯤 가면 있다. 지금은 암자처럼 작은 절이지만, 우람한 바위로 쌓아 올린 축대와 경내에 널려있는 주춧돌석탑부도를 보면 지난날의 규모를 짐작할 수 있다.

법당 앞으로 죽계가 흐른다. 죽계를 거슬러 100m쯤 가다 보면, 너럭바위 위로 물이 흐르는 예쁜 풍경을 만날 수 있다. 물속에 발을 담근다. 여름인데도 발이 시리다. 시린 발을 옮기다가 반석 위로 서성거리는 의상의 모습을 그려본다. 이 바위 위에 앉았다가, 물길 건너편 언덕에 서서 허공에 글자를 새기고 있다. 어떤 글자였을까? 화엄(華嚴)이었을까? 고구려, 백제 아니 신라라는 글자였을까? 의상이 이곳에 온 것은 왕명이었다고 한다. ‘소백산에 화엄종찰(華嚴宗刹)을 만들고, 이 절을 중심으로 백제와 고구려의 영토에 열 개의 절을 세워, 고구려 백제의 모든 백성을 신라 속으로 끌어안자.’라는 큰 뜻이었다고 한다.

초암사를 떠나 죽계를 따라 내려간다. 죽계(竹溪)는 영주문화의 중심이다. 낙동강 발원지 중 하나인 소백산에서의 물길이 시작되는 곳이란 자랑도 있었지만, 그보다 더 큰 것은 주자학의 성지라는 것이었다. 그래서 옛 지식인들은 이곳을 주자가 만년(晩年)에 정사(精舍)를 새우고 거처한 무이산(武夷山)과 같은 곳으로 만들어보려고 하였다. 그들은 소백산을 중국의 무이산(武夷山)이라 여기고, 무이구곡(武夷九曲)을 본 따 국망봉 아래로 흘러내리는 죽계의 곳곳에 죽계구곡(竹溪九曲)의 이름을 붙여주었다.

죽계에서 벗어나 덕현으로 가다 보면 성혈사(聖穴寺)를 만난다. 성혈사가 유명한 것은 나한전 때문이다. 나한전은 1985년 보물로 지정되었는데, 꽃살 창호(窓戶)는 전국 제일이다. 띠살, 빗꽃살, 국화…. 창호마다 대단하지만, 문짝 하나는 특별하다. 그곳엔 자라, 물고기, 물새, 연꽃, 연잎, , 개구리, 그리고 용과 새들을 조각해 넣었다. 문짝 속에 연못과 그곳에 비친 세상을 담고 있다. 불국정토이다. 오랜 세월에 씻겨 단청마저 모두 벗겨져 있는 창살은 세상이 어둑해져서 어느 정도 무채색이 될 때, 그 감상의 맛이 더 감칠 것 같다. 사람 손이 닿는 부분은 많이 닳아 있다. 내 손이 가면 더욱 닳을 것을 알면서도 손이 저절로 올라간다. 나뭇결의 부드러움이 손끝을 지나 핏줄 따라 온몸으로 전해져 온다.

소백산의 가을은 참 아름답다. 단풍나무의 조화를 이룰 소나무가 많기 때문이다. 거기에다 산비탈마다 펼쳐지는 빨간 사과는 덤이다. 소백산자락길의 가을은 그래서 더 아름답다. 산속으로 들어가면, 두 사람이 겨우 비켜 지날 정도의 오솔길이 된다. 너무 조용하다. 물소리뿐이다. 가끔 꿩이 놀라 날아가면 그 소리에 도로 놀란다.

두레골에서 고개를 하나 넘으면 좌석이고, 단산저수지를 돌아 고개를 하나 더 넘으면 사과 밭이다. 영주 사과 생산량이 전국에서 제일이라는 이야기가 실감이 난다. 눈에 들어오는 풍경은 사과 밭뿐이다. 사과 밭 사이로 몇 굽이를 돌다가 고갯마루에 오르면 부석사가 있는 봉황산이 보인다. 그래서 저 마을을 돌아가면 부석사가 보이겠지.’ 하고 마을을 지나 다음 고개에 오르면 부석사보다 사과 밭이 먼저 반긴다. 그리고 미로에 빠진 것처럼 사과 밭을 사이를 한참 헤매다가 지칠 즈음이면 멀리 부석사가 나타난다. 하지만 아직도 사과 밭 속이다. 그러다가 부석사가 시야에 들어오면 그때부터 눈을 뗄 수가 없다. 멀리 보아도 포근하고 아름답다.

어떤 사람이 부석사가 언제 가장 아름다우냐고 물었다 한다.

신록이 한창일 때, 갖은 꽃과 함께 어우러진 안양루와 무량수전이야말로 최고죠!”

글쎄요. 저녁 해가 소백산을 넘어갈 때, 배흘림기둥에 기대서서 바라보는 낙조가 제일이죠.”

아니, 가을 은행잎이 떨어질 때 모습은 어떻고요. 모두가 부처님의 세상이 아닌가요?”

그러자 한 스님이 말씀하셨다고 한다.

비가 올 때, 한 번 와 보신 적이 있나요? 모두가 저절로 부처님이 된답니다. 부처님의 은덕이 내리는 모습을 직접 볼 수 있으니까요.”

의상대사는 이곳에서 그 모습을 보셨을까? 그리고 정토를 생각하였을까? 문득 순흥청다리가 생각난다. 청다리의 청()은 무량청정(無量淸淨)이 뜻하는 세계가 아니던가. 그래서 예부터 이 다리를 지나면 불국정토로 들어선다고 했다.

사과 밭을 지나며 부석사에 오를 때마다 이 사과 또한 부석사의 선물이라는 생각이 든다. 이곳 사과가 어느 사과보다 맛이 달고 깨끗한 까닭은 부처님의 은혜가 있기 때문이다.

 

(Diterjemahkan oleh Kim, Young Soo)

 



Profil Penulis (작가 소개)

Kim Dug-u, lahir di kota Youngju, Provinsi Kyongsang Utara, Korea Selatan. Naik panggung dunia sastra lewat Siwa Sanmun tahun 2007 (esai), Nevel Korea tahun 2009 (novel). Memegang jabatan sebagai ketua Cabang Youngju Perhimpunan Sastrawan Korea dan Pimpinan Jalan Lereng Gunung Sobaek, mantan ketua Studi Kebudayaan Youngju. Menerbitkan buku yang berjudul Perjalanan ke Daerah Youngju. Menerima Penghargaan Penduduk Andalan Kota Youngju.

 

김덕우, 경북 영주 출생, 2007년 시와산문, 에서 수필, 2009년 한국소설. 에서 소설로 등단. 한국문인협회 영주지부장, ()영주문화연구회 회장 역임, 현 소백산자락길 위원장. 저서 찾아가는 영주기행. 수상 영주시민대상.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top