Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi-puisi Suci Wulandari

0


KOSONG

 

aku mau, 

melanglang buana menjelajahi ribuan putaran detik,

menapaki satu persatu bilah waktu yang meneteskan rintik,

mencari celah agar cahaya mampu menelisik keberadaanku,

yang gelap tanpa asa memantik

 

aku adalah gelap,

warna memudar menjelma kepingan hitam

bertebaran memenuhi pelupuk, 

mengembun di atas selaput netra kusam,

lalu tumpah ruah tanpa wujud di alam nyata

 

aku adalah tangis

menggigis tanpa nyawa, tanpa harap, tanpa suara

rinduku tak bernyawa,

sebab ia ada di dalam duka

tertutup rapat oleh paksa,

terpangkas habis oleh putus asa. 

 

aku hilang, sejak engkau hilang 

rapalan doa, tetesan kecil air mata,

menjadi ramuan baru,

untuk memanggilmu,

dari keabadian

 

Purwokerto, 22 April 2019


 

OMBAK

 

selain hujan dan angin,

ombak pun punya cara

untuk menyampaikan tenang melalui riuhnya

 

"tidak apa-apa"

ucap ombak kepada seorang gadis 

deburnya menerjang, tanpa melukai apapun

kecuali karang yang keras

ombak memecah dan mengikis

berkeping-keping, berpuing-puing

menjadikannya kerikil dan pasir

menghias pantai alas duduk sang gadis

 

"tapi kamu, bukan hujan, bukan angin, bukan juga ombak"

gumam ia kepada awang-awang

yang diharapnya ada telinga yang bisa mendengar dalam jarak

 

"kamu adalah malam yang sunyi, senyap

juga gerak jemari di atas papan aksara

atau gelak tawa yang aku tak tahu mengapa

dan kelopak mata yang dikelilingi lingkaran hitam

sebab berat menemui lelap, berkawan dengan malam


kamu adalah malam
yang tenang,
yang dingin,
yang dirindukan"

 

Purwokerto, 19 Desember 2021

 


 

DAMAR

 

Sepasang lengan merentangkan kain

Disatukannya ia dengan rantai-rantai berkarat

Yang akan putus tercerai-berai

Terkena cipratan asam dan garam

 

Sementara langkahnya menyalakan setitik api

Di antara serah dan sumpah serapah

Menelanjangi setiap jengkal tanah

Dengan wajah rata tanpa menampilkan rasa

 

Damar dan gelap,

Adalah sepasang takdir menyakitkan

Ia ada sebab gelap

Mencaci-maki dunia yang tidak kunjung siang

 

Damar menyertai setiap usia

Merelakan dirinya kepada tiupan

Yang berisi rapalan doa-doa tua

Dirangkai dalam kepercayaan naif

 

Namun damar hanyalah sekumpulan titik api

Yang kelak akan hilang

Dan mati

 

Purwokerto, 1 Agustus 2022

 

 


 

REMBULAN MALAM TADI

 

rembulan itu meredup

hampir menemui padam

ia meneteskan leleh dari pancaran sinarnya

menyembunyikan riuh bersama angin

 

rembulan itu tak cukup tahu

buminya berkawan baik dengan samudera

juga gunung dan bukit

serta pepohonan rindang

mereka memperindah senyum

yang tergaris di khatulistiwa

tak cuma dengannya, bumi pun tertawa

bersama makhluk-makhluk yang tumbuh di atasnya

 

rembulan itu menggenggam sesak

sebab kenyataannya, ia lebih berjarak

padahal ia mengerti

senyum bumi, hanya terlukis

untuk rembulan, dalam nyata dan sepi

 

tetapi, wahai

rembulan itu masih belum mengerti

tentang sesak yang ia yakini

hanyalah rasa yang fana dan segera mati

ia terlelap pulas menyelami mimpi

menemui bumi yang tampak amat pedih

berjalan tanpa mata dan kaki

 

Purwokerto, 30 Januari 2022


 

TUHAN MAHA SEJUK

 

Dalam lebur pandangan itu,

Seorang perempuan menengadah

Merapal mantra-mantra yang ia percaya

Mampi didengar Tuhan

Dengan bertopeng kemelaratan

Ia menjelma makhluk paling berdosa

Untuk mengetuk pintu-pintu kesejukkan Tuhan

 

Ia mendongak berurai air mata

Mengakui maha lemahnya ia sebagai manusia

Ia merangkak penuh kesakitan

Meminta belas kasih dari Tuhan

Agar dipeluk-Nya tubuh yang renta

Dan jiwa yang nyaris berkarat

 

Lalu Tuhan,

Menyambutnya dengan kesejukkan

Diturunkan-Nya tetesan air dari gelapnya awan

Dititipkan-Nya basah kepada sayup-sayup hujan

Yang mendera tubuh dengan penuh kasih sayang

 

Purwokerto, 20 Maret 2023


 

BERDUKALAH SESUKAMU, TUAN

 

Di atas tanah itu,

kau membacakan dengan nyaring

barisan Yasin dan Tahlil

untuk mengetuk pintu-pintu hakiki

dan sekedar menanyakan kabar

 

kau terus-menerus merapal

memanggil kekasihmu kembali

agar menuntaskan penderitaan

serta belenggu penyesalan

 

namun, tuan,

kau tidak mengerti

kau dan ia telah berjauhan

apa guna panggilan-panggilanmu itu?

 

Maka, berdukalah sesukamu, tuan

Sampai kering air matamu

Sampai habis penyesalanmu

Sampai lenyap penderitaanmu

Aku,

Persilakan.

 

 

Purwokerto, 14 April 2023


 

 

Riwayat Singkat Penyair

 


Suci Wulandari. Ia lahir di Banyumas, tepatnya pada 23 Mei 2000. Ia menyukai kucing dan bangunan-bangunan masa lampau. Saat ini, ia tengah menempuh pendidikan S-1 dengan mengambil jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Kesibukan lainnya antara lain tergabung dalam Komunitas Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK), Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP), dan Wadas Kelir Publisher.

 

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top