Sastra Untuk Silaturrahmi Antar Bangsa, Persaudaraan, dan Perdamaian ! Happy Reading !

Puisi Heru Mugiarso

0


PIGURA SEMESTA
 
Ia belum selesai ketika langit jingga berucap: au revoir
Kain satin
Membalut langit
Pada pipih waktu
 
Dan aku mencuri doa
Para pendosa
Yang memar oleh malam
Ketika bertugur
 
Ada yang tak lekas, cintaku
Ada yang membasah pada pelupuk matamu.
 
 
2019
 
 
MEMUJA TEPI
 
Ketika tepi itu fatamorgana
Ingin aku dengan riang menyongsongnya
Tersebab rindu akan indah pada layar prisma.
 
Ketika tepi itu oase tak berpintu
Ingin aku dengan murung meninggalkan dan berlalu
Tersebab rasa sepi adalah rahim jemu
Tepi, kita tahu,adalah suaka tak berbatas
 
Ruang di mana raung dengan mudah ditebas
Dan kepompong sangtuari yang kedap bebas.
 
 
2019
 
 
KAU TIKAM JANTUNG WAKTU
 
Kau tikam jantung waktu dengan semenamena
Kau rajam rindu hingga ke denyut nadinya
Sebelum kemudian detik berhamburan dari mulut jam
Memekikkan irama gegar kematian
 
Kau robek kelam pada angka penanggalan
Kau siksa rabu dalam sepi penantian
Sekon berjajar pada mistar itu kini berangkat sekarat
Tergamit oleh takdir lewat tangantangan malaikat
 
 
2019
 
 
JEJAK-JEJAK MENUJU SUBUH
 
Membaca jejakjejak sebelum terjebak
Aku sampai pada seutas jalan bernama subuh
Udara dan halimun mengabut
Oleh ayatayat yang samar serta jauh
 
Sayapsayap malaikat itu
kembali berkemas
Meninggalkan bumi yang cemas
 
: Mu
Kugapai lewat sujud yang retak pada sempadan rindu
Airmata berserak di pelataran
selaksa jejak.
 
 
2019
 
 
MELANKOLIA KOTA
 
Kepada siapakah engkau mengeluh?
Lenguhanmu pun tak bakal jadi larik-larik puisi
Tersebab dalam imaji rimba beton
para robot dingin itupun
Berseliweran di jalanan kota
 
Kepada siapakah engkau menanam doa?
Madah suci pun tak sampai ke langit
Tersebab lelehan cakrawala
Menyumbat nadi cinta yang tercelup melankolia
 
 
2021
 
 
AIRMATAHARI
 
Jangan kirimi aku uap embun
         Karena aku bukan alamat ranah yang rimbun
 
Jangan kirimi aku ombak laut
        Tersebab aku rindu pantai tak bertaut
 
Jangan kirimi aku majas tak bertangkai
        Tersebab aku bait sajak tak berbingkai
 
Jangan kirimi aku airmatahari
       Karena engkaulah doa yang tercuri
 
Amin.
 
 
2021
 
 
LIRIK PARANOIA
 
Mungkin sebuah sungai bening
Mengaliri sebentang  oase kering
Dalam kemasan sepetak fatamorgana
Dan terbubuh pada partitur melankolia
 
Tapi, adakah yang lebih nyeri dari lirik ellegi
Ketika doa terlepas dari bingkainya
Lalu dengan amarah pergi membelah-belah matahari
Menjeritkan lantang sebagian bait paranoia?
 
 
2021
 
 
BAIT- BAIT PURNAMA
 
Langit perca menggurat bait-bait purnama
Sejenak senja lalu jeda dan tertunda. Rembulan menetas dari cangkangnya
Biasnya kautangkap di riak kolam
 
Namun tak ada Narcisus di sana. Berkaca pada sekujur fatamorgana
Hanya gegar pancaroba dan kulit pandemi yang mengelupas sisik-sisiknya
Engkau menunjuk ular namun aku melihat kabut
 
Barangkali penantian pada margin ini
Adalah mistar waktu dengan skala yang satu demi satu tanggal
Dengan lolong kesakitan dari bawah sadar yang  kian dangkal
 
 
2020
 
 
 
HIMNE AGUSTUS
 
Menggumamkan sunyi agustus nyala nadiku mendadak lampus
Tulang dan darah yang pernah bersenyawa
layu di altar kudus
 
Pada titinada terbubuh himne luka
Dan ketika itu, kita tahu,nenek moyang menyanyikan
lagu kebangsaan airmata.
 
 
2020
 
 
RANGGAS KEMARAU
 
Hanya hurufhuruf puisi tanpa spasi
Terbubuh di langit kemarau ini kali
Fontosintesis menjemput ajal
Juga binar cahaya matahari tak kekal
 
Hanya ranting rapuh menembang lagu megatruh
Dan bumi tertunduk sekaligus trenyuh
Tarian kanakkanak satu demi satu luruh
Kian layu serupa kehilangan ruh.
 
 
2020
 
 

Tentang Penulis

 


Heru Mugiarso, lahir di Purwodadi Grobogan, 2 Juni 1961.Dia menulis puisi sejak masih duduk di bangku SMP.  Karya-karyanya berupa puisi (hingga kini sudah mencapai ribuan), esai, cerpen, artikel, di muat di media lokal dan nasional. Antologi puisi tunggalnya yang telah terbit : Tilas Waktu  (2011) dan Lelaki Pemanggul Puisi (2017). Novelnya bertajuk  Menjemput Fatamorgana terbit  tahun 2018. Bukunya yang lain adalah : Wacana Sastra Paragraf Budaya (2019), dan Lirik-lirik Purnama Sang Maestro ( 2020). 
 
Penghargaan yang telah diperolehnya adalah Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 sebagai Penyair Terbaik. Namanya tercantum dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017), tercatat pula sebagai Sastrawan Jawa Tengah dalam Buku Sastrawan # 2 (Inventarisasi Data Kesenian Jawa tengah ) oleh Taman Budaya Jawa Tengah (2020).
 
Dia dipercaya menjadi juri Sayembara Antologi Puisi Prasidatama Balai Bahasa Provinsi Jateng (2019), dan narasumber bedah buku puisi penyair Jawa tengah oleh Balai Bahasa Jawa Tengah. Dia juga mengajar kelas eskul puisi pada Sekolah Dasar Gratis  Kuncup Melati Semarang; sebagai narasumber acara sastra program Bianglala Sastra Semarang TV; pembina Komunitas Lentera Sastra mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Universitas Negeri Semarang.
 
Heru Mugiarso bekerja sebagai dosen Universitas Negeri Semarang. Alamat rumahnya di Jl. Bukit Kelapa Sawit IV/30-31 Perum Bukit Kencana Jaya Tembalang Semarang 50271; email  heruemge@gmail.com; WA 081325745254.
Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Post a Comment
To Top